Dua hari kemudian...
Vano dan vero tengah sibuk memikirkan sebuah kejutan untuk sang ibu tercinta yang akan berulang tahun esok hari.
"Bang, kita ngasih apa ya?" Ujar vero yang kini menjatuhkan badannya tepat diranjang vano.
"Gue juga gatau." Ujar vano pasrah.
"Gue punya ide!" Ujar vero sambil bangkit dari posisinya tadi.
"Apa? Awas aja kalo ide lo gapenting." Ujar vano menatap vero tajam.
"Gimana kalo," ujar vero dan kemudian berbisik kepada vano.
Vano pun mengangguk, hingga kemudian ia menyadari sesuatu yang aneh, "Disini cuma kita bedua, lo ngapain bisik bisik?"
"Oiya. Gue lupa bang." Ujar vero dengan cengiran kudanya.
Seketika suara burung elang pun terdengar dan vano dengan muka datarnya. 'Punya kembaran kok bego gini sih ya allah.' Ujar vano dalam hati.
*****
"Oke, michel, kamu temenin aa' vero beli kado. Dan shila bantuin vano masak, dan papa ajak mama keluar seharian. Terserah deh papa mau ajak kemana. Gimana? Sejutu!?" Terang vero berlagak sebagai bos yang sedang memberi pengarahan kepada anak buahnya.
'Kenapa gue harus sama vano sih?' Batin shila.
"Vero, setuju. Bukan sejutu. Jangan buat papa malu didepan calon mantu papa dong." Ujar Fery.
"Haha gapapa kok om. Udah biasa." Ujar michel dengan kekehannya.
Vero pun hanya mampu nyengir sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Yaudah, ayo. Keburu tante popy bangun." Ujar shila memecah gelak tawa diantara mereka.
Semuanya pun mengangguk mengerti.
"Em-- ver," ujar shila menghentikan langkah vero yang hendak bergegas menuju keluar rumah.
"Hm? Apaan?" Tanya vero menaikkan alisnya sebelah.
"Gue gabisa bareng michel aja ya?" Bisik shila pelan.
"Gabisa." Ujar vano datar yang kemudian berjalan dan berdiri tepat disebelah shila.
Vero pun melempar tatapan ngerinya, "Nah tuh udah vano yang jawab. Gue pergi ya. Daah!!" Teriak vero yang kini menyusul michel yang sudah keluar sejak tadi.
"Loh, eh ver-- veroo!!" teriak shila namun tak mendapat respon. Hingga akhirnya shila menyerah dan menghembuskan nafasnya pasrah.
"Mau sampe kapan kita berdiri disini?" Kode vano agar shila bergegas melaksanakan tugas mereka.
"Ya--yaudah. Ayo." Ujar shila sambil memutar badannya kearah dapur.
Kemudian vano pun menarik tangan shila hingga gadis itu berputar 180°, ke arah semula, "Kita ke pasar dulu." ujar vano sambil menuntun tubuh shila dari belakang menuju pintu rumah.
******
🔊 Kasmaran - Jaz
Ga boleh baper. Ga boleh baper. Batun shila.
Itulah mantra yang sejak tadi shila ujar disetiap vano membuat jantungnya berdebar lebih cepat dari biasa.
Kini mereka berada di tengah pasar yang kala itu ramai akibat hari ini adalah akhir pekan.
"Kemana lagi?" Tanya vano sambil membawa beberapa belanjaan yang sudah mereka beli.
"Ayo kesana." Ujar shila yang berjalan seenak nya hingga vano hampir kesulitan menemukan shila dibalik kerumunan orang di pasar kala itu.
'Sial, nih anak udh kecil, nyempil nyempil lagi. Mana-- nah itu dia.' Batin vano sambil menangkap sosok shila di balik kerumunan pengunjung pasar pagi itu.
"Shila, tunggu!" Panggil vano dari belakang shila.
Shila pun menghentikan langkahnya.
"Apa?" Ujar shila berusaha secuek mungkin tanpa menatap vano.
Kemudian vano pun meraih tangan shila kedalam genggamannya, "Antisipasi biar lo ga hilang." Ujar vano sambil mengangkat tangan nya yang sudah menggenggam tangan shila didepan shila.
"Ayo." Lanjut vano.
Shila pun masih menampilkan wajah shocknya.
"Shil, ayo." Ujar vano yang menyadari shila sejak tadi tak kunjung beranjak dari tempatnya.
"Ee--eh i--iya." Ujar shila sambil menahan rona merah muda di kedua pipinya.
Vano pun tersenyum tipis memandang tangan shila yang ada digenggamannya saat ini.
Shila!! Tahan. Jangan sampe vano liat lo blushing. gaboleh baper. Move on. Oke. lo gaboleh liat muka vano. Harus kuat iman shil. Batin shila sambil memandang lurus tanpa menatap kearah vano sedikit pun.
Hingga tibalah mereka ditempat penjual ikan.
"Al, bantuin gue milih ikan. Cari yang seger." Perintah shila sambil sibuk mencari ikan ikan yang berjejer rapi dihadapannya.
Vano pun mengangguk.
Disaat shila tengah asyik memilih ikan, tiba tiba ide gila muncul dibenak vano.
Vano menepuk bahu shila pelan dan membuat gadis itu menoleh.
"Aaa!!" Pekik shila ketika sebuah kepala ikan berada dihadapan wajahnya.
"Hahahaahaha" tawa vano pun pecah melihat ekspresi shila tadi yang mampu mengundang gelak tawa siapa saja yang melihatnya tadi.
"Iih vano! Lo tuh-- nyebelin banget sih!" Gerutu shila sambil memukuli tubuh tegap vano.
"Haha iya ampun. Haha. Muka lo tadi lucu." Ujar vano di sela sela tawanya.
Mata shila seketika terpana melihat pemandangan dihadapannya saat ini. Selama 3 tahun terakhir, baru kali ini shila melihat tawa vano sepecah ini. Wajah vano yang biasa tampan kini terlihat lebih tampan dari biasanya.
Al, please jangan ketawa kaya gini. Lo buat jantung gue nari nari alay kan jadinya. Batin shila.
"Bodo amat!" Ujar shila berpura pura kesal. Dan berjalan mendahului vano.
"Eh shil, tunggu." Ujar vano sambil kembali mengikuti langkah shila dari belakang dengan senyuman tipis yang kini hadir di wajahnya.
"Bu, mereka cocok ya." Ujar seorang gadis manis bergingsul yang sejak tadi memperhatikan mereka dalam diam.
Kemudian seorang penjual sayur yang berada tak jauh dari penjual ikan tadi mengangguk. "Iya neng, serasi. Mbaknya cantik, dan masnya ganteng. Oh iya, ini neng belanjaannya." Ujar sang penjual tadi kepada gadis itu.
"Makasih ya bu." Ujar gadis itu dan kemudian beranjak dari tempat itu, ia menghela nafasnya panjang, entah kenapa perasaan yang sama seperti 4 tahun lalu, kini hinggap kembali dihatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise
Teen Fiction"Jangan pikirin gue, denger aja kata hati lo. Kalau memang lo milih dia, jangan bimbang lagi. Gue bakal bantu lo kok." Ujar shila dengan buliran air mata yang sejak tadi berkumpul dipelupuk matanya. 'Walaupun mungkin hati gue bakal lebih hancur. Wal...