FLASHBACK ON
Mei, 2013
"Gue suka sama vano." Ucap gita sambil mengunyah snack yang tadi ia beli bersama shila sepulang sekolah.
"Hah? Apa!?" Ujar shila tak menyangka dengan apa yang ia dengar.
"Gaada siaran ulang." Ujar gita yang kini mulai melompat lompat riang di kasur shila.
"Ih gita, ulangi dong. Gue takut salah denger." Ujar shila kepada sahabatnya itu.
Hingga disaat gita ingin membuka mulutnya lagi, tiba tiba pintu kamarnya terbuka.
"Permisi non," ujar seorang wanita paruh baya yang biasa dipanggil bi iyem.
"Iya bi?" Tanya shila.
"Den vano udah dateng."
"Oh oke. makasih bi." Ujar shila semangat.
Kemudian shila pun menatap kearah gita dan sebaliknya.
"Gimana kalo yang pertama berdiri didepan vano, bakal ditraktir sama vano?" Tantang gita kepada shila.
"Oke. Siapa takut."
Dalam hitungan ketiga, shila dan gita pun mulai berlari ke tempat dimana vano berada. Mereka menuruni anak tangga dengan cepat.
"Aw!" Pekik gita saat kakinya harus tersandung di anak tangga terakhir.
Tanpa menghiraukan gita yang terduduk dilantai, dengan cepat shila berlari kearah vano.
"Ye!! Gue menang!!" Ujar shila riang.
"Gita?!" pekik vano setelah melihat gita tersungkur ke lantai.
"Ya, gagal deh gue." Ujar gita lemas.
Vano pun berjalan kearah gita.
"Lo gapapa?" Tanya vano khawatir.
Kemudian gita pun menggelengkan kepanya cepat.
"Kalian apaan sih. Kalo tadi yang kena kepala lo gimana? Ngapain coba pake lari larian?" Ujar vano kesal kepada kedua sahabat yang selalu berada disampingnya sejak kelas 5 SD hingga saat ini mereka duduk di bangku kelas VIII SMP.
"Yaelah van, biasa aja kali. Lagian gue udah biasa juga jatuh kaya gini."
Kemudian dibalas anggukan oleh shila.
Vano pun hanya mendengus kesal.
"Yaudah, ayo." Ujar vano sambil memberikan punggungnya kepada gita.
"Loh? Mau kemana? Traktir nya gimana?" Tanya shila polos.
"Traktir apa?"
Melihat sorot mata tajam vano, shila pun tak berani memberitahu bahwa ia dan gita bertaruh akan dirinya.
"Em-- eng-- gajadi deh." Elak shila.
"Yaudah, lo punya P3k?"
Shila pun mengangguk, "Itu di dekat dapur."
"Ok." Kemudian vano pun menggendong gita menuju dapur, meninggalkan shila sendiri di ruang tamu sendiri.
Yah, traktirnya batal ya. Padahal gue udah lawan rasa sakit dikaki gue biar gue bisa ngalahin gita di depan vano.
Kemudian shila pun melihat pergelangan kakinya.
Jujur saja, ketika melewati anak tangga ke-5 tadi, kakinya ter sandung hingga kaki shila harus keseleo.
Namun, rasa sakit itu ia tahan. Demi terlihat dimata vano. Demi mengalah kan gita yang telah terang terang terangan atas isi hatinya.
Namun sayang. Segalanya sia sia. Menang atau pun tidak, shila sadar, mata vano tak akan lepas dari gita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise
Teen Fiction"Jangan pikirin gue, denger aja kata hati lo. Kalau memang lo milih dia, jangan bimbang lagi. Gue bakal bantu lo kok." Ujar shila dengan buliran air mata yang sejak tadi berkumpul dipelupuk matanya. 'Walaupun mungkin hati gue bakal lebih hancur. Wal...