"Ayo shil, lo bareng kita aja." Ujar vero yang sadar bahwa shila telah ditinggal oleh kembarannya, vano.
"Hah? Yakali. Ogah ah."
"Kenapa sih? Jual mahal banget sih lu." Ujar vero kepada shila.
"Kalo lo naik mobil mah mending, lah ini naik motor. Lu kira gue cabe cabean?!" Ujar shila galak.
"Ya kan gapapa, jarang jarang juga kan ada cabe kembar kaya kita." goda michel kepada kembarannya itu.
Shila hanya mengerucutkan bibirnya.
"Udah sana sana. Gue naik gojek aja." Usir shila kepada sepasang kekasih dihadapannya itu yang kemudian dibalas anggukan mengerti oleh mereka berdua.
"Kalo gitu gue sama michel pergi luan ya shil, bye." Ujar vero santai.
"Bye shil."
Kemudian michel dan vero pun pergi meninggalkan shila tepat didedapan pagar rumah bak anak terlantar.
"Yah, hp gue low, astaga. Gimana cara ngubungin gojeknya kalo gini. Issh!!" Gerutu shila frustasi.
Hingga tiba tiba sebuah mobil Sport berwarna merah berhenti tepat dihadapannya.
"Ayo naik." Ujar lelaki itu kepada shila yang hanya mampu menganga lebar.
Gimana bisa dia tau gue disini?, batin shila.
*****
KRINGG!!
Bel tanda pelajaran dimulai pun berbunyi.
"Duh, shila kemana sih," kemudian pikiran buruk pun melintas di benak michel, "Aduh gimana kalau sampe--"
"Hei, udah udah. Jangan mikirin yang enggak enggak."
Ujar vero yang saat ini duduk dibangku shila sambil mengelus pundak michele pelan.
Hingga tiba tiba suasana kelas hening. Ya, guru killer dikelas mereka pun masuk.
"Selamat siang."
"Siang bu!" Teriak seluruh siswa dikelas itu dengan lesu.
"Maaf bu! Saya terlambat!" Ujar shila diambang pintu dengan nafas terengah engah.
Semua siswa pun menatap ngeri kearah shila.
"Silahkan duduk!" Ujar guru tersebut.
Mendengar perkataan guru tadi, semua siswa pun menghela nafas lega. Tak biasanya guru killer itu membiarkan siswa terlambat untuk masuk ke kelasnya.
"Bu, tapi saya terlambat." Tanya shila tak percaya.
"Ya sudah. Duduk!"
Shila pun melangkah kan kakinya masuk kedalam ruang kelas dan tiba tiba.
"Bu, tolong hukum saya,"
"Apa apaan kamu ini?"
"Shil??!!" Ujar michele pelan dari bangkunya.
"Saya terlambat bu. Seharusnya ibu menghukum saya. Saya mohon bu!!"
"Yasudah sana! Berdiri menghormat bendera sampai les saya selesai!" Ujar guru tadi geram kepada shila.
"Baik bu!" Ujar shila semangat kemudian berlari meninggalkan ruang kelas.
Shila sempat bertemu pandang dengan vano, namun shila langsung membuang muka dan pergi berlari keluar kelas. Tidak seperti biasanya.
"What the f***?? Shilaa ngapainn ngelakuin itu??!!" Pekik michel pelan tak percaya.
***
Cuaca pagi itu sangatlah panas. Namun shila seakan tak perduli dengan teriknya mentari.
Ia terus menghormat kearah bendera.
Namun tiba tiba, shila merasa kakinya keram setelah berdiri hampir 2 les mata pelajaran.
Ia pun memilih untuk jongkok agar sakitnya sedikit mereda.
Mukanya memerah dan keringatnya mulai bercucuran ke dahinya.
Ia melakukan semua ini hanya untuk menghindari vano.
Tiba tiba disaat shila sedang memencet mencet kakinya yang keram, seorang lelaki berdiri tepat dihadapannya sehingga mampu menghalangi cahaya mentari yang menyengat tubuhnya dari tadi.
Shila pun menghadap lurus kedepan, ia melihat sebotol air mineral dihadapannya.
Penasaran, shila pun mendongakkan kepalanya.
Vano. Lelaki itu berdiri dihadapan shila dengan sebuah botol air mineral yang disodorkan kearah shila.
Shila pun bangkit. Ia hanya menatap lurus dan datar.
"Ini buat lo." Ujar vano sambil menyodorkan air mineral kepada shila.
"Tapi gue lagi dihukum." Ujar shila cuek.
Kemudian vano pun menurunkan tangan shila yang sedari tadi masih menghormat.
"Udah bel." Ujar vano lembut.
"Oo-- oh. Kalau gitu gue permisi." Ujar shila cuek berniat melangkah pergi meninggalkan vano yang masih mematung ditempat.
"Shilaa!! Tunggu!!" Teriak seorang gadis yang sangat shila hafal suaranya.
Shila pun harus membatalkan niatnya untuk beranjak dari tempat.
"Michel?"
"Nih minum buat lo," ujar michel sambil memberikan sebotol air mineral kepada shila.
Tanpa pikir panjang, shila pun meraih nya dengan cepat dan meneguknya bak orang tak minum bertahun tahun.
Vano pun menampilkan ekspresi tak percaya kepada shila. Bagaimana bisa ia menolak pemberiannya.
Akhirnya vano pun memutuskan untuk beranjak dari tempatnya.
"Alvano!! Tunggu." Teriak shila yang mampu mengehentikan langkah vano.
Setelah vano berbalik, shila pun berlari kecil kearahnya.
"Sini," ujar shila sambil melirik kearah mineral yang dipegang oleh vano dan menjulurkan tangannya kedepan.
"Ini?" Tanya vano ragu sambil mengarahkan pandangannya sekilas kepada sebotol air mineral digenggamannya.
"Iya."
"Tapi tadi lo--"
"Nyokap gue bilang, gabaik nolak pemberian orang." Ujar shila sambil merebut mineral tadi dari tangan vano, "Btw, Thanks ya." Sambung shila dengan senyum manisnya yang disinari cahaya matahari pagi itu dan kemudian kembali berlari kearah michel.
Manis. Batin vano.
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise
Teen Fiction"Jangan pikirin gue, denger aja kata hati lo. Kalau memang lo milih dia, jangan bimbang lagi. Gue bakal bantu lo kok." Ujar shila dengan buliran air mata yang sejak tadi berkumpul dipelupuk matanya. 'Walaupun mungkin hati gue bakal lebih hancur. Wal...