Keesokan harinya, SMA Merpati mengadakan Pentas Seni yang di pertanggung jawabi oleh Shila, sang sekretaris OSIS.
Tampak suasana pagi itu terlihat sangat padat dan ramai. Shila sendiri hampir tidak menyangka, kali ini yang menghadiri acara pensi disekolahnya itu terlihat sangat ramai.
15 menit lagi Vano tampil, dan sampe sekarang dia belum datang juga!! Mati gue, Mati!! , batin shila.
Cemas. Itulah yang dirasakan Shila saat ini. Akibat vano yang tak kunjung datang ke acara pentas seni SMA Merpati.
"Ver, line vano dong, bilang ke dia cepat dong atau tanyain dia dimana kek apa kek." Ujar shila yang kini mondar mandir didepan sepasang kekasih itu, vero dan michel.
"Astaga kakek shila, lo ga capek apa mondar mandir gitu. Gue juga udah chat dia dari tadi. Tapi kaga di read sampe sekarang." Ujar vero.
"Iya shil, lo tuh tenangan dikit kenapa sih. Gue aja yang liat lo mondar mandir gitu capek. Astaga. Mending lo duduk deh, sini." Ujar michel menepuk bangku kosong disebelahnya.
"Ga. Ga bisa gue. Kalian bisa deh santai santai gitu. Lah gue? bakal di serang fans vano nih kalo dia gadatang." Gerutu shila sambil menggulung lengan jas OSIS nya asal.
"Emang lo ngomong apa kemaren sampe acara pensi ini pada sesek padat gini. Apalagi--" Ujar michel sambil melihat sekeliling,"Gue yakin fans vano dari sekolah lain pada dateng kesini."
Shila pun hanya mampu menggigit bibir bawahnya.
Vano, lo dimana sih. Batin shila.
*****
"Van, lo ada urusan gak?" Ujar gita dari sebrang telepon.
"Kenapa?" Ujar vano datar.
"Gue-- Eng-- Gue lupa jalan balik ke rumah." Ujar gita.
"Lo dimana?"
"Toko buku Retrial. Gue rencana naik gojek tadi, tapi ternyata paket gue abis. Taxi juga gue tungguin dari tadi ga ada yang lewat--" Ucapan gita terputus.
TUT! TUT! . Sambungan telepon terputus.
"Malah dimatiin. Ngeselin banget sih lu van!" Ujar gita kepada handphonenya seakan akan benda mungil itu adalah vano.
*****
"Appaa?!" Ujar michel tak menyangka.
"Gue juga nyesel chel. Gue ga seharusnya bilang ke mereka kalo vano bakal jadi bintang tamu acara kali ini." Ujar shila yang dari tadi sibuk membolak balik handphonenya.
"Dan lo pake buat jaminan kalo vano gahadir, mereka boleh bully lo sepuasnya gitu?!" Ujar michel masih dengan tampang shocknya.
Shila pun mengangguk lesu.
"Emang lo udah bicarain ini sama vano? Dan lo tau kan vano itu paling sulit kalo disuruh nampil." Ujar michel mengingat betapa sulitnya memaksa vano untuk tampil di depan orang banyak.
"Kemaren vano, waktu gue ajakin, dia ngangguk. Dan it means yes, right?" Ujar shila.
"Ah elah, vano mah ngangguk aja biar cepat. Dia mah sulit banget diajakin gini shil." Ujar vero, "Yaudah gini aja. Lo tenang, biar gue yang gantiin vano dipanggung." Ujar vero santai.
"Caranya?" Tanya shila dan michel serentak.
"Kalo mereka cuma mau vano gimana?" Ujar shila kepada vero.
"Astaga shil, lo ga liat tingkat kemiripan gue sama vano itu berapa persen? Ha?"
Shila pun menggeleng.
"Kita cuma beda di kacamata doang shila. Ya ntar tinggal gue lepas kacamata gue. Amankan?" Ujar vero santai.
"Kamu serius? Nanti kamu ga jelas dong liat penonton." Tanya michel yang mengingat minus mata vero sudah lumayan tinggi.
"Aku gapapa gajelas liat mereka. Cukup liat kamu aja yang jelas, liat mereka jelas jelas, itu gaperlu." Ujar vero sambil mengelus pucuk kepala michel pelan.
Plak! Plak!
"Duh banyak nyamuk yah." Ujar shila sambil berpura pura menangkap nyamuk, ia merasa menjadi obat nyamuk diantara michel dan vero.
"Haha bagus. Ide bagus ini mah. Kita pacaran, shila yang nangkepin nyamuk. Kan aman jadinya." Ujar vero kepada michel.
"Haha jangan dong. Kasian. Jomblo dari lahir harus dihargai dong ver."
Kemudian gelak tawa mereka pun pecah.
*****
Gita terus berusaha menunggu sebuah angkutan umum hadir saat ini. Namun nihil. Jalanan kala itu terlihat sepi.
Hingga tiba tiba sebuah mobil sport berwarna hitam berhenti dihadapannya.
Kaca mobil itu pun terbuka.
"Ayo naik." Ujar vano santai.
"Vano?!" senyuman pun mengembang diwajah gita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise
Novela Juvenil"Jangan pikirin gue, denger aja kata hati lo. Kalau memang lo milih dia, jangan bimbang lagi. Gue bakal bantu lo kok." Ujar shila dengan buliran air mata yang sejak tadi berkumpul dipelupuk matanya. 'Walaupun mungkin hati gue bakal lebih hancur. Wal...