Epilog

9.6K 460 49
                                    

🔊 Biar Aku Yang Pergi - Hanin Dhya

Sejak kejadian malam itu, mood shila masih hancur.

Bahkan menatap wajah vano dan gita pun shila enggan.

Vano juga merasa aneh dengan tingkah shila sejak tadi malam hingga pagi ini.

Tak ada sapaan riang vano dengar dari shila hari ini.

Vano menatap shila yang kini duduk tepat dihadapannya. Perubahan raut shila sangat berbeda. Ia tidak pernah melihat wajah shila sedatar dan sedingin ini kepadanya.

Hingga tiba tiba gadis yang duduk disebelahnya tersedak dengan santapannya sendiri.

"Ini minum," ujar vano sambil memberikan minumnya kepada gita.

"Pelan-pelan makanya." Omel vano kepada gita.

Gita hanya mampu tersenyum kikuk.

Merasa gemas, vano pun mengacak acak rambut gita, pesis seperti yang biasa ia lakukan kepada shila.

Hati shila kembali ngilu. Apalagi disaat mendengar ucapan 'kamu' ditengah kalimat yang vano ucapkan tadi.

Tak banyak yang sadar. Hanya shila. Ya. Hanya shila.

"Ehem ehem!"

Suara menggelegar dipenjuru kantin pun terdengar.

Seseorang sedang berdiri diatas salah satu meja tepat di tengah kantin sambil memegang toa.

Lelaki itu terlihat acak acakan. Dan hampir satu sekolah mengenalnya, kecuali shila.

"Ehem, cek cek! sari roti, roti sari roti!" Ujarnya untuk mencoba apakah toa nya telah menyala atau belum.

Semua mata tertuju kepadanya degan tatapan bingung, kecuali shila.

"Ashila Felicya Wijaya!" Ujarnya.

Sontak mata michel hendak keluar dari tempatnya.

'Itukan nama kembaran gue.' Batin michel yang kini duduk di meja terpisah dari kembarannya itu.

"Sekali lagi, yang bernama Ashila Felicya Wijaya, gue harap berdiri dan lihat ke arah gue." Ujar nya lagi.

Shila hampir tersedak dengan makanannya saat sadar namanya disebut.

Shila langsung bangkit dan memutar tubuhnya ke asal suara yang memanggil namanya tadi.

"Nah gitu dong,"

"Ehm, langsung aja, gue cuma pengen bilang,"

"Ashila Felicya Wijaya, gue Arez Geraldi Prasetyo mau lo jadi pacar gue."

Shila langsung tercengang. Ralat. Bukan hanya shila. Tapi semua manusia yang menyaksikan hal itu juga ikut tercengang.

Kemudian lelaki yang tadi menyebut dirinya arez pun turun dari meja dan menghampiri shila.

"Lo mau gak jadi pacar gue? Gue tau ini klasik. Dan gue juga ga seromantis oppa-oppa di drama korea yang sering lo liat, tapi gue akan selalu jaga hati lo disini, dihati gue shil." Ujar arez sambil menggenggam tangan shila. "Gimana?" Ujar arez sambil menaikkan sebelah alisnya yang simetris itu.

Tanpa pikir panjang, shila pun mengatakan, "Oke. Gue terima." Ujar shila dengan senyuman manisnya.

Shila berhasil membuat michel tercengang. Semua manusia yang berada dikantin juga ikut tercengang mendengar jawaban shila. Termasuk Arez.

Hampir satu sekolahan tau kalau shila hanya menyukai vano.

Beberapa detik kemudian, barulah semua manusia di kantin langsung bersorak girang, sambil menggebuk- gebuk meja. Kecuali vano.

"Piwiit!"

"Ciee Ciee!!"

"Pj woy! Pj!"

"Shil? Kenapa lo terima sih?! Lo ksnal sama dia?" Bisik michel kepada shila yang kini berdiri disebelahnya.

Shila menggeleng.

"Lah terus? Bukannya lo cuma cinta sama vano?"

"Cinta sebelah pihak juga ada tanggal kadaluarsanya. Jadi gasalah kan gue coba nyari cinta yang baru?" Ujar shila datar sambil kembali menatap lelaki yang tadi menyatakan cintanya kepada shila.

Vano mengepalkan tangannya kuat setelah mendengar jawaban yang lolos dari bibir mungil shila.

Vano sadar, bahwa ini adalah rasa cemburu yang hadir pertama kali di hatinya. Vano sungguh sangat tidak rela melihat shila harus dimiliki lelaki lain, selain dirinya.

Entah apa yang terjadi setelah ini. vano sudah membayangkannya.

Hari harinya yang sepi, tanpa ocehan shila. Tanpa rengekan shila. Tanpa godaan nakal shila. Bahkan tanpa gelak tawa shila lagi, apakah vano akan sanggup dengan semua itu?

'Shil, kenapa lo milih dia? Lo bilang lo sayang sama gue. Lo selalu nahan gue disaat gue berusaha jauh dari lo. Tapi sekarang, kenapa lo hadirin orang baru diantara kita?' Batin vano.

Tak kuat melihat shila yang secara tiba tiba telah menjalin kasih dengam orang yang tak vano kenal, membuatnya semakin emosi.

Vano pun meninggalkan kantin dengan rahang mengeras dan hati yang luka.

Jujur vano merasa sedih. Ia akan kehilangan shila. Shila yang selalu berjuang untuknya. Kini telah pergi.

'Apa gue terlambat shil?' Batin vano sambil meratapi kebodohannya selama ini.

'Kenapa gue milih dia? Karena sekarang gue sadar van. Tuhan cuma nyiptain happy ending dikisah michel dan vero. Bukan kita. Gue harap lo bisa tetap bahagia sama gita.' Batin shila sambil berusaha tersenyum dihadapan pacar pertamanya, Arez.

BERSAMBUNG
....

PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang