Satu

4.5K 263 14
                                    


Semakin ku menyayangimu
Semakin ku harus melepasmu dari hidupku
Tak ingin lukai hatimu lebih dari ini
Kita tak mungkin trus bersama..

Drive~ Melepasmu

Semua orang nampak bahagia, tapi tidak dengan Jenny. Hatinya sedang terluka, dengan sengaja dia memakai kacamata dengan lensa berwarna coklat untuk menutupi matanya yang bengkak akibat menangis semalaman.

"Jenny, sini cepet kita foto dulu," Sang pengantin wanita melambai ke arah Jenny.

Walau enggan tapi Jenny tetap memutuskan untuk menghampiri mereka. Mereka yang telah resmi menjadi suami-istri sejak satu jam lalu.

Akhirnya Jenny sudah berdiri di tengah-tengah pasangan pengantin. Dia merentangkan kedua tangannya untuk memeluk kedua sahabatnya yang kini sedang bahagia. Bibirnya tersenyum lebar menghadap sang fotografer.

'Cklekkks,"

"Aris, Dea, selamatnya. Semoga kalian jadi keluarga yang bahagia." Ucap Jenny pada kedua sahabatnya.

"Makasih ya, Jen. Kamu kapan nyusul?" tanya Dea.

Jenny tidak suka mendengar pertanyaan seperti ini. Kalian yang udah bikin gue gak nikah-nikah.

"Iya, Jen. Jangan jomblo mulu dong. Kalau perlu ikutan biro jodoh," kata Aris menimpali ucapan istrinya.

"Gak usah sok laku deh, Ris. Kalau gak ada sahabat gue juga lo belom laku." Balas Jenny.

"Ya deh, makasih ya Jenny udah ngenalin gue sama sahabat lo yang paling cantik," ucap Aris dengan bangga merangkul wanita yang telah resmi menjadi istrinya.

"Ih, Aris malu tahu," Dea sedikit mendorong bahu Aris.

"Sayang, kita udah resmi jadi suami-istri ngapa mesti malu-malu. Kalau perlu kita ciuman di sini," kata Aris tidak tahu malu.

"Awas aja, kalau kamu beneran cium aku di sini, jangan harap aku mau tidur sama kamu."

"Lah kalau kita gak tidur bareng gimana punya anaknya, kamu sendiri yang pengen punya anak sembilan,"

"Aris, kapan aku bilang gitu?"

Benar-benar menyebalkan melihat kemesraan pengantin baru. Jenny memilih pergi meninggalkan kedua sahabatnya. Lama-lama bersama mereka, semakin sakit hati gue.

Jenny mengambil segelas jus jeruk, sayang gak ada es coklat. Tenggorokannya terasa kering, kenapa Aris harus menggelar resepsi pernikahan di pantai seperti ini, apalagi harus membuat Jenny repot untuk terbang dari Jakarta ke Bali. Sungguh jika mereka bukan sahabatnya, Jenny tidak akan hadir di pesta pernikahan mereka.

Jenny menyapu padangannya memperhatikan siapa saja yang hadir di pesta pernikahan Aris, dan tiba-tiba matanya tertuju pada sosok laki-laki berkemeja biru yang sedang terlihat serius berbicara dengan seorang laki-laki tua.

Jenny jelas mengenali laki-laki itu. Dia adalah Ardan anak ketiga Tante Lisa. Jenny dekat dengan semua keluarga Lisa kecuali 'dia'.

Sempat berpikir jika Ardan mungkin anak tiri atau anak adopsi Lisa. Bagaimana bisa tante Lisa memiliki anak seperti Ardan. Sejak kuliah dia jarang pulang ke rumah, jarang berbicara dan selalu bersikap dingin pada semua orang.
Jenny tidak pernah berkesempatan untuk saling berbicara dengan Ardan, karena Ardan selalu menganggap kehadiran Jenny seperti debu yang tak terlihat.

Tapi siapa yang menyangka, jika orang seperti Ardan mampu memimpin sebuah perusahaan, dan kabar yang Jenny dengar Ardan telah menjadi Directur di salah satu perusahaan Om Vandi. Gue gak bisa membayangkan jika harus bekerja dengan orang seperti dia.

Oh, My JennyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang