Empat

1.8K 214 36
                                    

Apa salahku kau buatku begini
dalam dilema di antara jalan derita
tidak pernah ku duga ini semua terjadi hoo ooo

Di persimpangan dilema
Terry

Jenny memandangi Ardan yang sedang duduk di sofa coklat miliknya. Dia melepaskan jas hitamnya, kemudian melonggarkan dasinya dan melipat kedua lengan kemejanya.

Kok, ganteng sih?

Jenny segera menyingkirkan pikirannya jauh-jauh, mana bisa dia bilang Ardan ganteng, tapi kejujurannya mengatakan dari semua makhluk yang keluar dari rahim Lisa, Ardan adalah yang paling ganteng.

"Mau minum apa?" tanya Jenny. Sebenarnya Jenny merasa terganggu dengan kedatangan Ardan di rumahnya. Jika tahu Ardan akan datang ke rumahnya pukul 21.40 Jenny tidak akan berpikir mengundang Ardan ke rumahnya.

Ardan menengadahkan kepalanya melihat Jenny yang sekarang memakai jaket pink. "Terserah," jawab Ardan.

Darah kambing mau?

"Mau kopi atau teh?"

"Terserah,"

"Mau manis apa sedang?"

"Terserah"

Jenny menghela napas dan pergi meninggalkan Ardan. Selang berapa lama Jenny kembali sambil membawa segelas air putih. Peduli setan jika Jenny di bilang pelit, salahkan Ardan yang terus menjawab terserah.

"Ini minumnya," Jenny meletakannya di meja tepat di depan Ardan.

Ardan melihat gelas di depannya dengan pandangan lho kok, tapi dia tidak memberikan komentar apapun atau complain pada Jenny.

"Kamu kenapa datengnya malem banget?" Jenny mengusap kedua lengannya mengusir hawa dingin dari tubuhnya.

Sebelum Ardan datang Jenny berniat tidur, badannya sedang buruk, kepalanya pusing dan perutnya sedikit sakit, mungkin karena dia sedang datang bulan.

"Kerjaan aku baru kelar,"

"Oh,"

"Aku gak suka melanggar janji dan gak suka sama orang yang melanggar janji."

Wihhhh, sok keren lo ah.

"Well, lalu kenapa kamu mempercepat pernikahan kamu. Bukan berarti aku keberatan atau gak sanggup. Aku bisa kok menyiapkan pernikahan kamu dengan cepat asalkan kamunya bisa diajak kerja sama. Untuk fitting baju aja kamu susahnya kebangetan, aku memang bertugas mengurus pernikahan kamu tapi kan tetep aja yang mau nikah itu kamu. Kalau kamu emang sibuk banget setidaknya kamu bisa suruh calon pengatin kamu untuk ketemu sama aku, mau gimanapun aku juga perlu ketemu sama dia. Jangan bilang kalau dia sibuk juga kaya kamu?"

Kalau iya, kalian gak usah nikah aja.

Jenny merasa lega bisa mengungkapkan unek-unek di hatinya.

"Aku ngerti," jawab Ardan yang lalu meneguk habis air minumnya, rasanya dia benar-benar haus.

"Terus kapan aku bisa ketemu sama calon pengantin kamu?"

"Besok,"

Ardan menyandarkan punggungnya seakan melepaskan rasa lelahnya, Jenny tidak berhenti meperhatikan Ardan, muncul rasa kasihan di hati Jenny.
"Mau aku ambilin minum lagi?" tanya Jenny yang langsung dijawab tidak oleh Ardan.

"Kalau kamu cape istirahat aja dulu. Aku mau ambil laptop di kamar." kata Jenny dan Ardan mengangguk.

Jenny pergi ke kamarnya mengambil laptopnya, dan betapa takjubnya Jenny saat kembali didapatinya Ardan sudah tertidur pulas.

Oh, My JennyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang