semakin jelas

1.9K 253 42
                                    

Ini ketiga kalinya Jenny merapihkan rambutnya yang tergerai sampai ke
bawah bahunya, memastikan rambutnya dalam keadaan rapi dengan menyisirnya menggunakan jari tangannya.

Setelah yakin jika penampilannya sudah rapi, dia menarik nafas dalam dan menghembuskannya perlahan.

Jenny tersenyum membawa tentengan di tangannya.
Semoga aja dia suka.

Jenny sengaja bangun  pagi hanya untuk memasak cumi saos tiram. Masakan paling rumit yang pernah dia masak, biasanya dia hanya memasak mie instan dan paling pol Omelette.

Terima kasih untuk Clara yang sudah memberi tahu makanan kesukaan Ardan, meskipun Jenny harus mengurangi harga dirinya.

Kaya mimpi gue masak buat Ardan.

Sudah dua hari lewat sejak kejadian malam itu, saat itu Ardan akhirnya menginap di rumah Jenny, sambil menunggu Bari sadar. Akhirnya Bari sadar di pagi hari, tentu saja Bari bingung mengapa dia berada di rumah Jenny, dan ada Ardan yang menatapnya tak bersahabat.

Jenny langsung meminta Bari pergi dari rumahnya dan mengatakan tidak ingin bertemu lagi dengan Bari. Bari menolak, dia sungguh tidak tahu dengan apa yang terjadi, tapi Jenny enggan untuk bercerita. Yang pasti Jenny harus menjahui Bari.

Dan saat itu Jenny belum sempat berterima kasih pada Ardan, maka hari ini dia datang ke kantor Ardan sambil membawa makan siang untuk Ardan. Jenny berusaha keras agar bisa membuat Cumi saos tiram untuk Ardan, dia menonton You Tube dan juga mencari di geogle, bahkan Jenny harus pergi ke pasar untuk membeli Cumi segar.

Perlahan Jenny membuka pintu, dia tidak sadar jika lupa mengetuk terlebih dahulu. Setelah pintu terbuka, bukan Ardan yang dia lihat melainkan wanita yang sedang duduk di meja kerja Ardan.

Si Ardan ke mana? dia siapa?

“Kamu siapa?” tanya wanita itu pada Jenny.

Perempuan itu memakai kaos berwarna coklat dan celana jean biru panjang, rambutnya pendek di bawah telinga, kulitnya kuning langsat dan bersih, dilihat dari wajahnya, sepertinya dia berumur dua puluhan.

“Aku Jenny, Ardan di mana?” tanya Jenny sedikit kikuk.

“Kamu siapanya Ardan?” tanya lagi wanita itu, kali ini agak judes.

“Aku.. aku,” Jenny bingung menyebut dirinya, “temen, aku temennya Ardan.”

“Jangan bohong, kamu pasti selingkuhannya Ardan. Dasar wanita gak tahu diri, gak punya moral, pasti gara-gara kamu Ardan mutusin aku.”

Jenny tidak habis pikir dengan wanita yang kini sudah berdiri dihadapannya, tiba-tiba marah dan menjelekan Jenny. ”Kalau ngomong jangan sembarangan! Kamu kali yang selingkuhannya Ardan, sudah jelas Ardan mau nikah sama ka__”

“Iya Ardan mau nikah sama kamu, tapi batal kan, itulah azab kalau ngerebut pacar orang, aku sumpahin kamu bakal batal nikah terus.”

“Eh jaga mulut kamu ya, semoga aja sumpah kamu balik ke kamu. Lagian bukan aku yang mau__”

“Jenny, Maria, kenapa kalian bisa ada di sini?” Tiba-tiba Ardan dan Clara datang. Ardan terkejut melihat Jenny dan Maria yang sedang bertengkar di ruangannya, sedangkan Clara tersenyum senang di samping Ardan.

Maria langsung menghampiri Ardan, “Jadi perempuan itu yang bikin kamu tega mutusin aku cuma lewat telpon, kamu tega, udah berapa kali aku maafin kamu yang sering selingkuhin aku, tapi kenapa akhirnya kamu milih perempuan lain. Aku cinta sama kamu, bahkan mungkin maaf aku gak akan pernah habis buat kamu. Tapi kenapa kamu kaya gini.” Ucap Maria sambil menangis.

Oh, My JennyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang