Incident

2.2K 244 56
                                    

Andai sebuah bintang
Jatuh dalam pelukanku

Ungkapkanlah kata hatimu
Yang indah untukku
Akan terbalas kata
Yang indah untukmu
Aku jatuh cinta
Jatuh cinta

Andai Bintang
Alika

"Feb, aku minta maaf ya. Semua yang kamu bilang benar, aku memang egois, hanya peduli dengan diriku sendiri."

"Jen, aku gak pernah bermaksud buat marah sama kamu, aku minta maaf. Aku tahu, kamu pasti sakit hati sekali dengan Ardan, justru aku yang egois. Aku hanya ingin memperbaiki kantor kita, tapi aku malah menomor duakan perasaan kamu. Aku minta maaf."

"Sudahlah,Feb. Kita anggap masalah kita selesai sampai di sini, dan aku juga sudah gak mempermasalahkan tentang Clara, kamu benar, harusnya aku gak mencampurkan masalah pribadi dengan bisnis. Aku akan bantu kamu mengurus pertunangan Clara, kita buat sebaik mungkin, aku akan buktikan sama Ardan kalau semua yang dia omongin tentang aku itu salah."

"Kamu serius, Jen?" Febri tersenyum senang, dan Jenny langsung mengangguk mantap. "Ah, aku seneng banget dengernya, rasanya aku juga pengen balas dendam sama Ardan." Kata Febri membuat Jenny menatapnya penuh tanya. "Kamu buat dia jatuh cinta sama kamu, terus kamu tinggalin deh nikah sama orang lain. Hhahah aduh, becanda kali, Jen." Kata Febri setelah melihat ekpresi Jenny.

"Kamu gila. Aku pergi sekarang ya, ada janji sama orang."

"Sama Bari ya, cieee yang punya pacar."

"Bukan, sama orang lain kok, udah ya aku pergi dulu." Kata Jenny,ingin sekali Jenny menjawab 'Bari bukan pacar Aku', tapi sampai hari ini Jenny masih harus berbohong pada Febri, berharap suatu saat nanti Febri dan Yudha bisa bersatu, atau Febri bisa menemukan laki-laki lain.

***

Jenny pikir dia tidak akan datang ke tempat ini lagi, nyatanya tidak. Hidup itu memang susah ditebak, mana tahu jika Jenny harus datang ke apartemen Ardan untuk yang kedua kalinya. Awalnya Ardan mengajak bertemu di Cafe dekat kantor Jenny. Saat datang, Ardan sudah menunggu Jenny di depan Cafe, kemudian menyuruh Jenny untuk ikut bersamanya.

Tidak habis pikir, alasan apa yang membuat Jenny mau bertemu dengan Ardan, padahal meskipun mereka sudah baikan, tapi Jenny tidak mau dekat lagi dengan Ardan.

"Cepetan katanya mau ngomong penting," sambar Jenny yang melihat Ardan sejak tiba tadi sibuk sekali dengan ponselnya.

Dasar gak peka, setidaknya tawarin gue minum.

Ardan hanya melirik Jenny yang duduk di depannya, "Nanti dulu," kata Ardan.

"Kapan? Haus ini."

Ardan mengangkat kepalanya, dan sempurna memandang kearah Jenny, "Kamu pengen minum?" tanya Ardan.

"Enggak. Pengen makan ikan kaleng. Kamu ngajak aku ketemu di Cafe, tapi sama sekali gak nawarin aku minum, aku tuh jalan kaki dari kantor ke Cafe, tapi kamu malah langsung nyuruh aku ke sini ngeliatin kamu mau main HP. "

"Kamu ambil sendiri di dapur, adanya air mineral."

"Ih,, " kalau bukan karena saking hausnya Jenny tidak akan mau mengambil minum sendiri di dapur, Jenny berdiri dan melangkah dengan terpaksa.

Benar-benar bersih apartemen Ardan, bersih tidak ada makanan, hanya ada beberapa botol mineral di kulkas Ardan.

Pastilah dia gak pernah masak, kaya gue.

Jenny duduk kembali ke tempat semula, menenggak minumnya sampai tersisa setengah botol. "Kamu sebenernya mau ngomong apa?" tanya Jenny.

"Aku mau nunjukin beberapa gambar contoh pesta pertunangan, Clara itu orangnya pilih-pilih, dia banyak gak sukanya, jangan ada warna ungu, dia benci sama warna itu. Kamu bisa hias dengan bunga mawar asal jangan mawar putih, dia suka yang glamor, kalau masalah makanan dia tidak pilih-pilih."

Oh, My JennyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang