Empatbelas

1.7K 213 27
                                    

There goes my heart beating
'Cause you are the reason
I'm losing my sleep
Please come back now

You Are The Reason
Calum Scott

Jenny duduk di sofa putih yang empuk dan nyaman, matanya tidak bisa berhenti berkeliaran, dalam hatinya mengagumi ruangan yang sedang ia singgahi, ini sungguh lebih baik dari pada harus berada di kantor bersama Febri dan Yudha.

Awalnya Jenny berniat mengabaikan pesan Ardan, untuk apa pergi ke apartemen Ardan, jika tidak ada perkerjaan yang perlu mereka bahas. Tetapi ternyata berada di kantor bersama Febri dan Yudha jauh lebih buruk. Entah apa yang membuat Febri mendiamkan Jenny tiba-tiba.

Mungkin Febri sedang ada masalah, atau karena Yudha suka sama gue, tapi mereka tahunya gue udah pacaran sama Bari.

Yudha juga sama anehnya, kelihatan sekali jika Yudha sedang menghindari Jenny.

Apa Yudha tahu kalau gue sama Bari cuma bo‘ongan? Akhh gak mungkin. 

Akhirnya Jenny memutuskan untuk menemui Ardan di apartemennya, sempat kebingungan menemukan apartemen Ardan, apalagi Ardan memberinya petunjuk yang singkat-singkat, sungguh keajaiban Jenny bisa sampai tanpa nyasar.

Apartemen Ardan cukup besar dan stylish. Didominasi dengan warna abu-abu, dengan campuran hitam dan putih, pembatas transparan untuk memisahkan ruang tamu, dapur dan ruang makan. Rapi dan juga wangi.

Pasti ada bibi yang beres-beres apartemen Ardan.

Ada tiga gitar yang tertata rapi di samping sofa yang Jenny duduki. Semua gitar terlihat sama, hanya warnanya saja yang berbeda, coklat, hitam, dan merah. 

Apa gunanya gitar banyak-banyak. Dasar orang kaya, kaya singkong.

Ayooo....” ucap Ardan tiba-tiba yang baru keluar dari kamarnya.

“Ayo, kemana?” tanya Jenny sambil mengamati penampilan Ardan. Kaos biru tua, celana pendek dibawah lutut dan juga topi putih di kepalanya.

“Main basket,” jawab Ardan.

“Hah, kamu serius?” tanya Jenny setengah tidak percaya.

“Iyalah,”

“Kamu ini aneh apa gila si? kamu nyuruh aku dateng ke apartemen kamu pagi-pagi buat main basket, aduh Ardan kita ini bukan bocah SMA lagi, aku ini lagi setres di kantor, setidaknya ajakin aku nonton, makan atau kemana kek, lagian aku gak bisa main basket.”

“Aku yakin kamu itu kurang olahraga, makanya badan kamu lembek, basket juga bisa ngilangin setres, bisa atau enggak itu gampang, nanti aku ajarin.”

“Enak aja kamu ngatain aku lembek, ya udah okeh, tapi kamu lihat baju aku!” Jenny memperlihat penampilannya, kemeja pink dengan celana bahan hitam panjang, serta sepatu high heels. “Yang ada orang bakal ketawa lihat aku main basket, dan sepatu, aku gak bisa main basket tanpa sepatu.”

“Itu gampang, kamu masuk kamar aku, pilih kaos aku yang mana aja, terus di mobil kebetulan ada sepatu olahraga Mbak Riri, kamu bisa pake itu, aku yakin ukuran kaki kalian gak jauh beda, kecuali kaki kamu emang jumbo.”

“Huh, enak aja, gak liat nih, kaki aku mungil gini.” Kata Jenny mengangkat salah satu kakinya. “Oke, jangan salahin kalau lemari kamu berantakan.”

Setelah lima belas menit, Jenny keluar dari kamar Ardan dengan memaikai kaos abu-abu lengan panjang dan juga topi merah di kepalanya. Rasanya agak aneh harus memakai baju Ardan, “Kaosnya gak ada yang kecilan apa?” tanya Jenny merasa minder dengan penampilannya.

Oh, My JennyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang