Lima

1.8K 218 21
                                    

Jika aku bukan jalanmu
Ku berhenti mengharapkanmu
Jika aku memang tercipta untukmu
Ku kan memilikimu, jodoh pasti bertemu

Jodoh pasti bertemu
Afgan

Akhirnya tiba juga hari ini, dimana Jenny, Ardan dan Nia duduk bersama. "Feb, tolong belikan minum di depan ya!" Febri langsung mengangguk, "Kalian mau minum apa, di depan ada yang jualan jus." tanya Jenny pada Ardan dan Nia.

"Terserah," jawab Ardan yang selalu sama jika ditawari minum oleh Jenny.

"Aku lagi pengen jus mangga, boleh?" tanya Nia.

"Oke. Feb, beli jus mangga tiga ya!"

"Aku jangan pake susu ya!" sela Nia.

Febbri mengangguk mengerti lalu segera pergi untuk membeli jus.
"Aku minta kalian datang ke seni karena ingin membahas mengenai foto pre-wedding. Kalian mau konsepnya seperti apa?"

"Emmm.. itu tidak perlu," jawab Nia.

"Kenapa?" tanya Ardan tiba-tiba. "Bukannya kamu menginginkannya?"

"Itu dulu, Ardan. Sekarang aku tidak menginginkannya karena itu pasti sangat merepotkan."

"Jangan bohong, apa kamu belum bisa percaya sepenuhnya sama aku?"

Apaan ini?

Jenny mengerutkan dahinya melihat bagaimana sepasang kekasih sedang bercengkrama

"Aku percaya kamu, Ardan" ucap Nia lirih.

Ardan mengulurkan tangannya untuk menggemgam tangan kanan Nia, "Buatlah pernikahan seperti yang kamu inginkan," kata Ardan.

Rasanya Jenny mulai risih, dia seperti kambing congek yang berada diantara Ardan dan Nia. Dan betapa senangnya Jenny dengan kehadiran Febbri yang datang membawakan minuman pesanannya. "Makasih ya, Feb." ucap Jenny yang sebenarnya berterima kasih bukan untuk minumannya.

"Jen, aku pengen foto prewednya di Bali, untuk ide temanya aku serahin ke kamu," ucap Nia.

"Baiklah," Jenny mengangguk setuju meski sebenarnya dia sedikit keberatan karena Bali lumayan jauh dari Jakarta, kenapa tidak di Ancol atau Anyer saja. "Aku udah dapet temanya, karena konsep pernikahan kalian sederhana, So foto prewed aku buat simple. Kalian gak perlu pake gaun yang aneh-aneh, dan tiga hari lagi kita berangkat ke Bali."

Jenny merebahkan punggungnya di kasur kamar hotelnya, rasanya nyaman sekali setelah berapa jam duduk di pesawat. Lagi-lagi dia harus mendatangi Bali. Jika waktu itu dia datang untuk pernikahan Aris, sekarang Jenny datang karena Ardan dan Nia.

Jenny tidak mengerti dengan hubungan Ardan dan Nia, saat mereka bertatapan Jenny tidak melihat cinta diantara mereka. Ah, Jenny kaya tahu aja tatapan cinta seperti apa.

Ponselnya berbunyi, Jenny terpaksa menegakkan tubuhnya dan mengambil ponsel didalam tasnya.
Jenny mengernyit melihat pesan masuk atas nama papah tirinya.

Mamah kamu pingsan, sekarang ada di rumah sakit.

Hati anak siapa yang tidak sedih mendapat kabar jika ibunya sedang sakit. Jenny tidak mungkin pulang ke Jakarta sekarang dia baru saja sampai di Bali, Jenny merasa bersalah karena sejak dia kembali dari Korea dia belum sempat mengunjungi mamahnya.

Jenny memang kecewa dengan mamahnya karena selingkuh dari papahnya, tapi Jenny tidak bisa merasa baik-baik saja ketika mendengar mamahnya sakit.

"Hallo, Yud. Kita langsung pemotretan nanti sore, ya. Saat senja mucul kita bisa langsung mulai, biar besok pagi kita bisa balik ke Jakarta." kata Jenny saat menghubungi Yudha, "Tolong sampaikan ke Ardan sama Nia. Iya, gue tiba-tiba ada perlu di Jakarta jadi gue harus cepet balik. Ya udah, makasih ya." kata Jenny mengakhirinya.

Oh, My JennyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang