Cemburu

3.4K 296 88
                                    

Jenny merasa puas karena pesta pertunangan Clara berjalan lancar, seperti kata Ardan, banyak sekali pengusaha sukses yang menghadiri pesta pertunangan Clara. Sepertinya tunangan Clara memang bukan dari keluarga biasa.

Jenny juga harus mengakui, Clara nampak cantik dengan gaun hitam yang terlihat berkilau, wajahnya begitu bahagia bersama Rian, tunangannya.

Clara sangat beruntung, Ah, Jenny semakin membenci Clara, dia sungguh merasa iri dengan Clara. Kapan saatnya Jenny bisa bahagia dengan laki-laki yang mencintainya.

Jenny melihat Ardan yang datang bersama Kania, tiba-tiba hatinya terasa nyeri. Mungkinkah Jenny sudah benar-benar jatuh hati pada Ardan.

Iya.

Tapi Jenny tahu, dia harus bisa mengeyahkan perasaannya sebelum perasaan itu tumbuh semakin besar. Ardan lebih muda darinya, jelas saja itu bukan tipenya.

“Jen, kamu kelihatannya cape. Mau pulang sekarang?” tanya Yudha yang sedari tadi tidak bisa mengalihkan pandangannya dari sosok Jenny.

Jenny nampak cantik malam ini. Dress pink dengan lengan terbuka, memperlihatkan kulit Jenny yang putih dan mulus. “Bentar lagi, Yud. Aku harus ngucapin selamat buat Clara.”

“Kamu mau aku antar pulang?”

“Kamu antar Febri aja, aku bisa pulang sendiri. Aku mau ketemu Clara dulu ya.”

Seharusnya Jenny memastikan pesta Clara berjalain dengan baik sampai pestanya selesai, tapi tubuhnya sudah terlalu lelah, dia butuh istirahat. jenny juga tidak ingin melihat Ardan terlalu lama bersama Kania.

Perasaan konyol.

“Cla, selamat buat pertunangan kamu. Maaf aku harus pulang sekarang, nanti kalau ada apa-apa kamu bisa ngomong sama Febri dan Yudha.” Ucap Jenny ketika menghampiri Clara.

Clara tersenyum, mungkin karena dia sedang bahagia membuat Clara bersikap ramah pada Jenny. “Iya, aku suka dengan pesta ini, aku harus akui ini hebat. Jadi kamu bisa pulang dan istirahat, sayang Si pak bos lagi sama Kania. Kalau enggak pasti dia mau nganter kamu pulang.”

“Ada Kania atau enggak, aku bakal tetep pulang sendiri.” Jenny tidak mengerti mengapa Clara bisa berfikir seperti itu, mungkin benar Clara tidak suka dengan hubungan Ardan dan Kania, tapi tidak seharusnya dia menjadikan Jenny orang ketiga diantara mereka.

Jenny menghela nafas, dia lelah berdiri menunggu taksi, kakinya pegal akibat High heels yang dia kenakan, dan juga udara malam yang mulai menyengat kulitnya.

Harusnya gue punya mobil.

Saat Jenny mulai frustasi, tiba-tiba saja mobil Sedan berhenti di depannya. Sang pemilik mobil munurunkan kaca mobilnya, dan ternyata itu Ardan dan juga Kania yang duduk di sampingnya. “Mau bareng?” tanyanya Ardan.

“Rumah kita kan jauhan, mana bisa bareng sama kamu.”

“Aku bisa anter kamu dulu,” jawab Ardan.

“Iya, naik aja, Jen. Kalau kamu nunggu taksi itu bakal lama.” Kata Kania.

Lebih baik mana, menunggu taksi yang belum pasti ada, atau harus semobil dengan Kania dan Ardan yang membuat hati Jenny tak nyaman.

“Baiklah. Jangan salahin aku kalau perjalanan kalian jadi semakin jauh.” Jenny membuka pintu belakang dan duduk di belakang Ardan.

Jenny menyandarkan punggungnya, dia memilih langsung memejamkan matanya, rasanya sedikit canggung berada bersama mereka setelah Jenny mulai menyadari perasaannya pada Ardan. “Aku tidur ya, cape banget. Bangunin aku kalau udah sampe!”

Oh, My JennyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang