Enam

1.9K 207 18
                                    

Mengapa engkau tak cintai aku
seperti aku mencintaimu
mengapa kau tak bisa menjadi
cinta sejati

Cintai aku
Rini Wulandari

Minggu yang cerah, sempurna untuk Jenny bisa menikmati liburnya. Dia lega karena mamahnya sudah sehat, tapi setelah bertemu dengan mamahnya, ada hal lain yang mengganggu hatinya, tentang pertanyaan mamahnya. "Kamu kapan nikah?"

"Kamu terlalu sibuk mengurus pernikahan orang lain, umur 28 itu bukan umur muda, Jen. Mamah tahu karir kamu baru dimulai, mamah juga ingin kantor kamu cepat berkembang. Tapi kita hidup tidak hanya untuk berkarir, bukan berarti mamah menyuruhmu untuk cepat-cepat menikah setidaknya kamu kanalkan mamah sama pacar kamu."

Itu akan adalah permintaan sederhana seadainya Jenny punya pacar, tapi nyatanya laki-laki yang dia suka sudah menikah dengan sahabatnya sendiri dan salahkan hatinya yang belum bisa menghapus perasaannya.

Jenny mengaduk-aduk jus jambu bijinya dengan sedotan, dia sedang menunggu Merli tapi sudah dua puluh menit Merli belum juga datang.

"Jenny." 

Jenny pikir Merli yang memanggilnya tapi ternyata bukan, "Nia, kamu kok di sini?"

Nia menarik kursi di samping Jenny, "Aku lagi pesen makanan buat Ardan, kebetulan ini restoran kesukaanya Ardan. Kamu sendirian aja?"

"Iya, aku lagi nunggu temen. Kenapa gak makan di sini bareng Ardan, lebih enakan di sini dari pada di bungkus."

"Kalau hari Minggu, Ardan selalu tinggal di apartemennya. Dan kalau udah di apartemennya dia selalu lupa makan, aku gak mau ngajak Ardan ke sini karena aku tahu dia pasti pengen istirahat, setiap hari dia sibuk kerja aku gak tega kalau hari Minggunya aku buat dia sibuk sama aku."

"Terus kapan kalian bisa jalan bareng?" tanya Jenny penasaran.

"Itu gak penting, Jen."

"Ardan beruntung punya calon istri kaya kamu, udah cantik, baik, pengertian dan gak banyak nuntut."

Tiba-tiba Jenny melihat wajah Nia berubah menjadi murung, "Mungkin juga sebaliknya." kata Nia, dan tak lama seorang pelayan datang memberikan pesanan Nia. "Aku pulang dulu ya, Jen. Kalau kelamaan takut makananya dingin."

Setelah Nia pergi tidak lama kemudian Merli datang dan duduk di depan Jenny. "Maaf gue telat. Oh, ya tadi yang ngobrol bareng lo itu Kania bukan sih?"

Jenny mengeryit, bagaimana Merli kenal Kania. "Iya, kok loh bisa tahu? kalian saling kenal?"

"Dia kan pasien gue," jawab Merli.

"Pasien? maksudnya? setahu gue lo itu dokter kandungan?"

"Sini bagi minumnya, panas banget," kata Merli sambil menarik minuman Jenny, "Ya, beberapa minggu yang lalu dia sempet mengalami pendarahan, tapi untungnya bukan keguguran. Dia cuma kelahan dan mungkin juga banyak pikiran." Lanjut Merli

"Pendarahan, keguguran? maksud kamu dia hamil?"

"lah lo gak tahu? dia hamil 2 bulan, karena postur tubuhnya yang tinggi jadi gak kelihatan. Ngomong-ngomong lo kenal Kania dimana?"

Jenny benar-benar terkejut. Jadi Nia sedang hamil. Dengan siapa? sudah pasti sama Ardan.

Dasar cowo brengsek.

"Dia klien gue, Mer."

"Maksud lo dia baru mau nikah. Ya ampun, gue pikir laki-laki yang suka nganter dia rumah sakit itu suaminya."

Oh, My JennyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang