Sepuluh

1.9K 226 19
                                    


Teman-temanku berkata yang kau cari seperti apa
Ku hanya bisa tertawa nanti pasti ada waktunya
Walau jauh dilubuk hati aku tak ingin terus begini
Aku harus berusaha tapi mulai dari mana.

Terlalu Lama Sendiri.
Kunto Aji

Sudah tiga jam Jenny berbaring di tempat tidur, tidak terhitung berapa kali dia membolak-balikan tubuhnya ke kanan dan kiri. Matanya sudah terasa berat seakan menjerit meminta beristirahat, tapi hatinya terlalu gelisah dan pikirannya yang tidak bisa berhenti berpikir.

Tadi pagi Lisa kembali datang ke kantor Jenny, memintanya untuk berbicara berdua. Jenny tahu arah pembicaraan Lisa, lagi-lagi Lisa meminta Jenny untuk membantunya membatalkan pernikahan Ardan, tapi kali ini Lisa menjelaskan alsannya dan itulah yang membuat Jenny tidak bisa tidur sampai larut malam.

Ardan itu gila apa terlalu baik.

Jenny terus memikirkan apa alasan Ardan menikahi Kania. Apa arti pernikahan menurut Ardan. Pernikahan bukan permainan yang bisa di coba-coba kapan saja, bukan sesuatu yang singkat untuk diputuskan. Pernikahan bukan sekedar simbol atau status, tapi pernikahan adalah ikatan, dimana ikatan itu terbuat dari berbagai janji. Janji untuk saling mencintai dan Janji untuk memberi serta menerima.

Sebenarnya itu urusan antara Ardan dan Kania, harusnya Jenny tidak perlu memikirkan hal itu berlebihan, Ardan hanya sekedar kliennya dan tugas Jenny adalah membantu Ardan dalam membuat pesta pernikahannya. Cukup Jenny menjalankan tugasnya dan Ardan membanyarnya, begitulah seharusnya hubungan mereka. Tapi Lisa membuat Jenny menjadi rumit, Ah, benarkan ini karena Lisa.

Pukul tiga pagi Jenny baru bisa tidur lelap dan itu membuat Jenny bangun kesengian. Tepat setengah sembilan Jenny baru membuka matanya, hal yang pertama kali dia lihat adalah ponselnya, ada empat panggilan tak terjawab dari Febri dan satu chat WhatsApp yang masuk dari Merli.

Jen nanti sore jangan ke mana2!!!!!!

Jenny langsung membalas ok pesan dari Merli, rasanya sudah lama Jenny tidak pernah jalan berdua dengan Merli. Jenny perlu mengistirahatkan pikirannya dari perkerjaan, mungkin nanti sore dia bisa mengajak Merli untuk nonton di bioskop.

"Kok, baru dateng, Jen?" tanya Febri saat Jenny tiba di kantornya jam sepuluh pagi.

"Sorry, Gue bangun kesiangan, gak bisa tidur butek banget pikiran gue."

"Emang ada masalah?"

"Masalahnya gue gak denger alarm bunyi."

"Gue tanya serius juga. Oh, ya tadi Ardan ke sini nyariin lo. Dia nitip pesen nanti siang lo di suruh ke kantornya jam dua siang jangan kurang jangan lebih."

"Ah, dia emang rese." Sebenarnya Jenny malas sekali harus ke kantor Ardan apalagi harus bertemu dengan sekretarisnya yang gak karuan.

"Kamu udah buat janji sama Pak Bos?" tanya Clara dengan tampang sok berkuasa membuat kebencian Jenny semakin bertambah.

"Udah,"

"Mana buktinya!!"

"Bukti apa?" tanya Jenny

"Apa aja, biar aku percaya kalau Pak Bos janjian sama kamu, pesan misalnya."

"Aduh ribet banget sih, kalau gak percaya ya udah saya balik aja." ucap Jenny kesal.

"Iya-iya, gitu aja kok ngambek sih, Neng. Tuh, pak Bos ada di dalem, kamu masuk aja, tapi lain kali bawa buktinya yah!!"

Oh, My JennyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang