Dua

2.2K 230 34
                                    

Sayang
Opo kowe krungu jerite ati ku
Mengharap engkau kembali

Sayang
Nganti memutih rambut ku
Rabakal luntur treno ku

Via vallen
Sayang

Jenny merapikan penampilannya, sejak tadi dia tidak berhenti melihat wajahnya di cermin kecil yang selalu dia bawa dalam tasnya.

Dia sudah duduk selama lima belas menit menunggu seseorang. Jenny harus memastikan penampilannya sempurna, karena orang yang dia tunggu adalah klien pertamanya.

Dia sangat antusias dan senang luar biasa saat ada seseorang yang menghubunginya karena ingin menggunakan jasa Jenny sebagai Wedding planner. Dan hari ini adalah hari pertama mereka bertemu.

"Jenny,"

Merasa namanya di panggil, Jenny menoleh dan kaget, tidak menyangka mereka yang datang.  "Tante Lisa, Ar-Ardan, kalian kok bisa di sini?" tanya Jenny.

"Lah, kan kita memang janjian di sini," ucap Lisa.

"Janjian? Maksud tante?" tanya Jenny bingung. Siapa yang di maksud kita oleh Lisa. Apa mungkin Lisa dengan Jenny, tapi Jenny merasa tidak membuat janji dengan Lisa apalagi Ardan, "Silakan duduk, tan" kata Jenny mempersilahkan Ardan dan Lisa.

"Maksud tante gimana ya, aku gak ngerti, tan?" tanya Jenny.

"Tante mau kamu membantu proses pernikahan Anak tante" jawab Lisa. Dan Ardan sejak tadi hanya diam, dia sibuk sekali dengan ponselnya.

"Jadi klien aku itu tante, tapi perasaan kemarin namanya tante Juleha," kata Jenny yang masih bingung.

"Hihi, sebenarnya itu nama pembantu tante yang baru. Maaf ya, tante cuma mau ngasih kamu kejutan. Tapi kamu mau kan bantuin tante?"

Kejutannya berhasil.

Jenny masih tidak mengira jika klien pertamanya adalah Lisa. Jenny melirik ke arah Ardan, dia masih sibuk dengan ponselnya.

"Iya, tan. Jenny mau kok, memangnya siapa yang mau nikah?" tanya Jenny.

"Ini si Ardan," jawab Lisa sambil memegang bahu Ardan.

Ini baru doorprize

Jenny melihat Ardan, dia masih sibuk dengan ponselnya. Bagaimana dia bisa berkerja sama dengan Ardan, jika Ardan selalu bersikap begitu.

Orang kaya dia aja bisa nikah. Lah, gue kapan nikah ya? tuaan juga gue, tapi nikah duluan dia.

Entah kenapa tiba-tiba Jenny merasa minder dengan dirinya sendiri.

"Ardan, kamu jangan main ponsel terus dong. Masa dari tadi mamah terus yang ngomong, yang mau nikah kan, kamu." omel Lisa pada Ardan.

Meski bertambah tua, tapi sikap Lisa masih sama seperti dulu. "Mah, kan Ardan bilang kita gak perlu pake jasa ginian. Ardan bisa mengurus pernikahan Ardan sendiri," kata Ardan pada Lisa.

Ih, sumpah sombong.

"Kalau kamu yang ngurus, pernikahan kamu gak bakal terlaksana. Tiap hari kerja terus, berangkat pagi pulang gak tahu kapan. Kamu nurut sama mamah! Sekarang kamu bicarakan berdua dengan Jenny mengenai pernikahan kamu. Mamah mau ke rumah Aris. Jen, maaf ya tante tinggal. Kamu tanya-tanya sama Ardan saja." kata Lisa yang kemudian pergi meninggalkan Jenny berdua dengan Ardan.

Gue harus apa ini? ini orang pasti gak bakal ngomong kalau gak gue duluan yang ngomong.

"Kamu mau konsep pernikahannya seperti apa?" tanya Jenny canggung.

Oh, My JennyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang