📝Harian Ketigabelas - Pacar Baru Lagi

3.5K 277 114
                                    

Banyak cinta seorang remaja yang dianggap hanya sebuah permainan perasaan sesaat. Namun, kali ini berbeda alurnya. Karena ini adalah cinta yang dalam.

•••••

Naya sengaja menggunakan tabungannya hanya untuk menggunakan taksi menuju rumah Arland. Pikirannya sedang tidak normal. Naya sangat takut jika sesuatu terjadi pada cowok itu.

Bahkan, Naya lupa membawa jaket milik Arland yang padahal cowok itu sudah meminta Naya membawanya.

Sebuah rumah besar bernuansa keemasan menyambut Naya ketika ia baru turun dari taksi. Naya menyamai alamat yang Arland kirimkan dengan tulisan yang ada di tembok pagar rumah mewah itu. Cocok.

Naya langsung menghampiri pagar, mencari tombol bel di sekitar sana. Beberapa kali Naya menekan bel yang membuat seorang wanita paruh baya keluar dari pintu garasi. Naya yakin itu adalah Mbok Ijah yang sering disebut-sebut Arland.

"Iya, ada apa?" tanya Mbok Ijah dengan ramah. Wanita tua itu berdiri di balik pagar, belum membuka gerbang besar yang menghalangi pandangannya.

"Ini bener rumahnya Arland?"

"Iya, bener, Non," jawab Mbok Ijah sambil mengangguk.

"Tadi saya di telpon sama Arland ...," ucap Naya terpotong.

"Oh, Non Naya, ya?" Sontak wajah Mbok Ijah berbinar bak menemukan cabai murah di pasar.

Naya mengernyit. Di detik berikutnya ia mengangguki saja karena sekarang rasa cemas masih bergelut di hatinya.

"Masuk, Non, masuk." Mbok Ijah membukakan gerbang besar itu dengan tenaga seadanya. Seharusnya ada satpam di rumah ini, tapi bisa jadi Pak Satpam sedang ke toilet.

Gerbang itu sudah terbuka. Mbok Ijah menggiring Naya masuk melewati pintu utama yang tinggi itu. Pandangan Naya mulai beredar ke sekeliling ruang tamu yang kelap-kelip karena warna benda-benda di sana dominan gold.

"Sebentar, ya, Non. Mbok panggilkan dulu den Arlandnya," ujar Mbok Ijah yang diangguki Naya. Wanita tua itu pun melenggang dari posisinya.

Tidak memerlukan waktu yang lama Naya menunggu, cowok itu muncul. Naya bangkit dengan cepat dan menelisik seluruh tubuh Arland dari atas sampai bawah.

"Kamu gapapa?" tanyanya dengan nada khawatir. Yang ditanya justru senyam-senyum dengan kedua tangan di dalam saku celananya.

"Naik apa ke sini?" tanya cowok itu terlalu santai. Keadaan Arland sekarang jauh dari kata kalau dia tidak baik-baik saja. Langkahnya mendekat ke arah Naya.

"Arland, aku serius. Tadi di telpon kamu bilang kalo kamu ...." Belum sempat Naya melanjutkan kecemasannya, Arland sudah menarik tangan kecil itu untuk ia bawa bersama langkahnya. Menuju sisi rumah ini lebih dalam.

Naya semakin bingung. Dengan tergesa-gesa ia datang ke sini, tapi sekarang cowok itu justru menghadapkannya dengan sebulat kue cokelat yang sudah tersaji sedemikian rupa di atas meja makan.

"Kue cokelat? Buat apa?" Naya mencari wajah cowok itu. Ia sungguh tidak mengerti arti kue di depannya.

"Bantuin gue habisin kue cokelat ini," jawab Arland lebih terdengar seperti sebuah perintah.

Naya bergeming. Ia masih memandangi kue cokelat itu, sampai Arland menarik kursi di dekatnya dan menahan kedua bahu Naya agar duduk di sana.

"Gue nyuruh lo ke sini karena gue mau lo bantuin gue habisin kue cokelat ini," ulang Arland lebih menegaskan lagi kalimatnya.

Diary untuk Arland [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang