📝Harian KeduapuluhDelapan - Leukimia

3.1K 207 27
                                    

Setiap manusia sudah memiliki kadar kehidupannya masing-masing. Berbeda tentunya. Namun, ada satu hal yang serupa yang harus mereka lakukan untuk kehidupan yang berbeda itu ...  Bersyukur.

Ainaya Valyria

•••••

"Yang gue tanya sekarang, lo sama Naya pacaran apa enggak?" selidik Cakra yang bagaimana pun caranya ia harus bisa mendapatkan jawaban dari Arland. Namun, yang ditanya justru senyam-senyum tidak jelas sambil memutar-mutar sedotan di dalam gelas berisi es jeruk itu.

"Iya, Land. Awalnya gue sama Cakra sempet ngira kalo kedeketan lo sama Naya nggak akan bertahan lama. Palingan lo bosen dan bakalan cari mainan baru," tambah Gary yang dianggukan oleh Cakra.

Arland membawa pandangannya ke Gary, lalu bergantian ke Cakra. Masih sambil senyum yang tidak dimengerti oleh dua temannya itu.

"Lo bener. Gue akan kasih lo hadiah besar karena lo bener," kata Arland pada Cakra yang praktis mengerutkan kening lantaran bingung.

"Gue bener apaan dah?" Cakra dan Gary saling beradu pandang. Pasalnya sekarang Arland semakin mengembangkan senyumnya yang menurut mereka sangat menjijikan.

"I'm lose," jawab Arland meneguk minumannya sampai habis tak tersisa.

"Kalah apaan?" tanya Cakra yang masih belum mengerti sama sekali maksud temannya itu.

"Kalo ngomong yang jelas, setan! Jangan kayak mbah mijan pake teka-teki segala," gerutu Gary mulai habis kesabaran.

Arland terkikik. Padahal kalimat Gary bukan sesuatu yang pantas ditertawakan dalam suasana saat ini.

"Gue ...," ucap Arland terjeda. Gary dan Cakra mulai membuka kedua telinganya selebar mungkin, juga memandang Arland dengan sorot mata yang begitu intens.

"Nggak akan ...," lanjut Arland yang dengan sengaja menghentikan kalimatnya lagi untuk membuat dua orang di depannya penasaran berat.

Cakra dan Gary mengangguk. Masih serius menunggu kelanjutan kalimat Arland.

"Pernah ... Ke cewek lain lagi ... Kecuali, Naya."

Cakra dan Gary mendelik, lalu saling memutar untuk beradu pandang dalam beberapa detik. Kemudian Gary yang sepertinya baru memahami kalimat Arland,  menyentak pandangannya ke cowok itu.

"Maksud lo, lo jatuh cinta sama Naya beneran?" Suara Gary membuat sebagian siswa di kantin menoleh ke arahnya. Diikuti dengan bisikan-bisikan yang sepertinya juga sama terkejutnya dengan pertanyaan itu. Tetapi sayangnya Arland sama sekali tidak peduli dengan hal tersebut. Ia bahkan menginginkan semua orang di sekolah ini tahu tentang perasaannya.

Arland tidak mengangguk atau menggeleng demi menjawab pertanyaan heboh dari Gary. Dia hanya tersenyum tipis sambil mengaduk-aduk es batu di dalam gelasnya dengan sendok.

"Lo serius, Land? Apa ini cuma bagian dari rencana lo aja buat ngerjain Naya?" Kali ini Cakra yang harus memastikan kalau Arland tidak memiliki niat buruk untuk Naya.

"Kalo gue ngerjain Naya, sama aja gue nyakitin dia. Dan nyakitin dia, sama aja bikin gue ancur."

"Wedew!!" seru Gary dan Cakra bersamaan seraya telapak tangan mereka yang beradu di udara.

"Berarti sekarang lo udah insaf?" tanya Cakra setelah menghentikan kehebohannya dengan Gary.

Arland hanya mengangkat alisnya seraya menekan sudut bibirnya ke bawah menjadi garis lengkung. Sambil mengangguk sekali.

Diary untuk Arland [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang