📝 Harian KetigapuluhLima - Janji

3.4K 213 60
                                    

Kebahagiaan ini sudah cukup untukku. Kini waktunya aku beristirahat sejenak.

Ainaya Valyria


🎵 Play the Music in multimedia 🎵

•••••

"Jadi gimana kemarin? Ceritain ke gue dong. Gue kepo nih. Pasti seneng banget kan, bisa ngabisin waktu sama cowok yang kita sayang?" tanya Riani dengan tidak sabar. Mobil yang mereka tumpangi baru saja keluar dari gedung sekolah. Naya meminta Riani mengantarnya ke suatu tempat hendak mengunjungi seseorang.

Naya belum berkomentar. Hanya bibirnya saja yang menjawab rasa penasaran Riani. Naya tersenyum terlalu bahagia.

"Kalian nggak ngelakuin ...," kata Riani lalu membengkok-bengkokan telunjuk dan jari tengahnya seperti memberikan sebuah kode jahil lantaran mencoba menerka-nerka apa yang dilakukan Naya bersama Arland kemarin di vila.

Sontak Naya melototkan matanya. "Astaga, Riani. Kamu mikirnya terlalu jauh. Nggak mungkinlah aku ngelakuin yang macem-macem. Nggak baik tau." Kemudian Naya tampak menunduk karena dugaan Riani membuatnya sedikit tersipu malu.

"Bercanda, Nay. Gue juga tau kok, kalo nggak mungkin lo berbuat macem-macem. Abis gue penasaran banget sama apa yang lo lakuin di vilanya Arland," ucap Riani memilin bibirnya.

"Malamnya aku liat pemandangan dari restaurant yang pernah aku ceritain ke kamu waktu itu. Terus pas di vila, pagi-pagi Arland nyiapin aku sarapan ala inggris gitu. Setelahnya aku diajak naik ayunan, terus jalan-jalan sebentar ke daerah perkampungan dekat situ," papar Naya sambil membayangkan kembali detik demi detik berharga yang terjadi kemarin. Tentu saja senyum di bibirnya menjadi pengiring di setiap kata yang Naya ucapkan.

"Duh, romantis bener kedengerannya. Nggak heran sih, namanya juga mantan playboy, kan. Jadi ya, pasti dia udah biasa bersikap sok manis ke cewek." Bahu Riani tergidik sambil melengkungkan bibirnya ke bawah seraya alisnya yang tertarik bersamaan.

"Riani, udah dong. Sekarang Arland udah berubah kok. Kamu juga udah tau lebih banyak kan, gimana dia selama aku di rumah sakit?"

"Iya, iya. Gue salah pernah punya prasangka buruk sama Arland."

Naya menarik bibirnya semakin lebar sambil menepuk pelan pipi Riani.

"Habis dari makam Vania, kita ke taman dulu, ya," ujar Naya kemudian.

"Mau ngapain? Bukannya lo ada janji sama Arland buat ke rumahnya?"

"Iya. Nanti aku minta tolong Arland buat jemput di taman aja. Soalnya aku lagi pengen makan es krim sama kamu."

"Maksudnya lo ngajak gue kencan?" Riani melongo.

Naya terkekeh pelan. "Nggak gitu juga, Riani. Cuma makan es krim kok. Emangnya salah makan es krim sama sahabat sendiri?"

"Enggak, sih. Tumben aja ngajak gue makan es krim," kata Riani menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

Naya hany tersenyum tipis menanggapi keheranan yang tampak di wajah Riani.

Kemudian, mobil Riani sudah terparkir di area pemakaman umum tempat di mana Alm. Vania terbaring di salah satu sudut itu. Naya dan Riani segera turun dari mobil, lalu menghampiri sebuah pondok kecil di dekat pintu masuk pemakaman untuk membeli air mawar dan satu kantung plastik bunga yang akan ditaburi di tempat peristirahatan Vania nanti.

Mereka pun mulai memasuki lebih dalam pemakaman itu. Arahnya langsung tertuju ke sudut tengah tempat pusara Vania berada.

Pertama-tama Naya mendekat ke batu nisan Vania dengan perlahan, lalu menarik tubuhnya ke bawah untuk berposisi jongkok sambil menatap batu yang tulisannya sudah mulai luntur karena air hujan.

Diary untuk Arland [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang