📝Harian Kesembilanbelas - Sisi Buruk

3.4K 246 47
                                    

Ketika kamu selalu mendekat, rasanya aku ingin menjauh karena terlalu sesak. Namun, sebentar saja kamu menghilang, rasanya aku tidak ingin berhenti untuk selalu mencarimu.

Arland Nugrha

•••••

"Gue ke kantin bentar, ya, Nay. Paling gue cuma beli batagor doang. Abis itu gue langsung balik ke kelas nemenin lo makan," ucap Riani yang hanya diangguki oleh Naya. Segera gadis dengan wajah lebih putih dibanding Naya itu melesat menuju kantin.

Kemudian Naya mengeluarkan kotak bekal dari tasnya. Kotak bekal berwarna hijau berukuran sedang. Dipandangi sebentar kotak bekal itu dan pandangan Naya berpindah ke Arland yang hendak bergegas keluar kelas bersama Cakra dan Gary.

Ketika tiga cowok itu hampir melewati pintu, Naya memberanikan diri untuk bangkit dan sedikit berteriak, "Arland! Bisa ngomong sebentar nggak?" tanyanya sedikit tampak ragu.

"Uhuy! Udah makin akrab aja nih, romannya. Siap-siap kelewat lagi deh kita, Cak," celetuk Gary yang diamini oleh Cakra.

"Iya, Nay. Bisa kok," sahut Arland. "Lo berdua duluan aja. Gue cuma bentar," lanjutnya menginteruksi kedua sohibnya itu.

"Lama juga gapapa kok, Land. Kita mah sudah biasa jadi ajudan yang setia menunggu sampai kapanpun," balas Cakra dengan mendramatisir ucapannya.

Cakra dan Gary melenggang. Sedangkan Arland kembali memutar arah hendak menghampiri meja Naya.

"Ada apa?" Cowok itu sudah berdiri di sebelah meja Naya.

"Ini," gumam Naya setengah gugup sambil menyentuh kotak bekalnya dengan kedua tangan.

Arland melirik ke benda hijau di meja dengan kening berkerut. "Kotak bekal?" tanyanya mengklarifikasi.

"Ini buat kamu." Naya menyodorkan kotak bekal itu ke Arland. "Ibu aku yang buatin," kata Naya dengan kepala tertunduk. Ia takut kalau Arland akan menolak pemberiannya ini.

Cowok itu tersenyum. Lalu mengambil dengan entengnya kotak bekal itu. Dia menerimanya. Sontak membuat Naya mengangkat pandangannya dengan wajah mendadak sumringah.

"Makasih, ya. Bilangin ke nyokap lo buat bekal makanannya. Lain kali nggak perlu repot-repot kayak gini," kata Arland dengan wajah yang membuat Naya tidak bisa berhenti tersenyum. Raut cowok itu tampak berbinar.

"Nggak repot kok. Ibu senang kasih ini buat kamu," balas Naya dengan antusias. Bagaimana tidak seorang ibu diam saja ketika putrinya merasa bahagia ketika ada seorang laki-laki yang mampu membuatnya lebih semangat dalam menjalani hidup kelam itu. Tentu saja Anita akan berterimakasih kepada orang tersebut.

"Terus lo makan apa?"

Dengan cepat Naya mengambil kotak bekal kedua dari dalam tasnya. Kotak bekal berwarna merah. "Ibu buat dua. Lauknya juga sama kok," ucap Naya dengan wajah amat riang.

Arland manggut-manggut. "Okedeh. Kalo gitu gue ke kantin dulu, ya. Gapapa kan kalo gue nggak nemenin lo makan?"

Naya menggeleng cepat sambil berkata, "Gapapa. Nanti Riani nemenin aku, kok."

"Yaudah. Gue duluan," pamitnya dan melenggang.

"Arland!" panggil Naya ketika Arland baru beberapa langkah menjauh dari posisinya tadi. Cowok itu berbalik. "Ya?"

"Jangan dibuang, ya. Kalo kamu nggak suka, kamu bisa kasihin ke orang lain. Yang penting jangan dibuang," ujar Naya mewanti-wanti cowok itu.

"Enggaklah, Nay. Masa dibuang. Pasti gue makan kok, " sahut Arland.

Diary untuk Arland [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang