[Special Chapter 6] : Go And Hope (A)

2.5K 309 83
                                    

Long time no see~

Happy Reading~





























"Jika hanya ada satu diantara aku dan janinku yang memiliki kemungkinan selamat..kau akan memilih yang mana ?"

Hanbin membeku, matanya tergerak menatap dalam mata Jinhwan. Jinhwan tahu ,karena ia bisa menangkap dengan cepat raut keraguan di wajah Hanbin. Bisakah suaminya menjawab sesuatu yang dapat membuatnya berhenti menggantungkan harapannya pada sesuatu yang tidak mungkin ?



"Kalau begitu bagaimana kalau aku yang menggantikan kalian?" Tanya Hanbin.Jinhwan terhenyak menatap Hanbin . Tak menyangka jawaban mengejutkan itu keluar begitu saja dari mulut suaminya.

"Aku tidak bercanda han.."

"Aku juga tidak bercanda sayang..lebih baik aku menggantikan kalian berdua untuk menghadap Tuhan.."Hanbin menatap Jinhwan serius. Jinhwan menatap Hanbin tak percaya kemudian menggelengkan kepalanya kuat-kuat.

"Hajima...jangan bicara begitu! aku tidak ㅡ"

"Karena itulah kau juga harus berhenti berbicara hal hal yang buruk.." Potong Hanbin. Hanbin menatap Jinhwan lembut namun tegas sambil memegangi kedua bahu sempit istrinya.

"Aku akan merasa sangat kesakitan ketika mendengarnya, meskipun aku tahu kalau takdir itu tak dapat dihindari.. tapi bisakah kita hanya berpikir untuk besok..?"

"Berpikir apa yang sudah kau lakukan untuk orang yang kau sayangi..berpikir apa yang harus kita lakukan besok agar kenangan indah itu bisa kita kenang..Bisakah, istriku Kim Jinhwan.. melakukannya ? hmm?" Hanbin menatap Jinhwan dengan penuh kelembutan. Air mata yang sudah tak terbendung itu lolos dari manik indah Jinhwan lalu mengangguk.

"Mianhae....saranghae..neomu." Jinhwan memeluk Hanbin, Hanbin dengan senang hati memeluk Jinhwan erat.

Dia tidak setenang itu, dia tidak semudah itu berpikir sedewasa itu. Jauh di dalam lubuk hatinya rasa takut itu semakin membesar.



























"Makanmu banyak ?" Jinhwan memindahkan ponselnya ke telinga kirinya lalu mengangguk. Ia tengah duduk di meja makan sambil makan buah. Usia kandungannya sudah delapan bulan, hanya perutnya yang membesar namun tidak dengan tubuhnya. Berat badannya semakin menurun hingga ia harus makan sehari lima kali untuk memenuhi nutrisinya.

Hanbin sudah bisa kembali bekerja normal namun ia bisa membatasi aktivitasnya pada jam makan siang ia rela pulang kerumah untuk sekedar memeriksa Jinhwan apakah namja itu makan dan minum obatnya. Dan kembali pulang kerumah secepat mungkin pukul tujuh malam.

"Eum... tapi kaki kiriku bengkak dan aku mimisan tadi, sedikit pusing tapi sudah tidak apa apa.." Jinhwan mengangguk-anggukan kepalanya meski Hanbin tak melihatnya.

"Aku pulang sekarang.." Hanbin terlihat sangat khawatir, Jinhwan menghela nafas lalu menggeleng.

"Tiidak usah..Kim Hanbin, kau baru pulang dua jam yang lalu biar kau selesaikan lagumu itu lalu pulang dengan selamat.."



"Benarkah ? kau yakin kau baik baik saja ? sudah minum obat?" tanya hanbin. Jinhwan terkekeh lalu mengangguk.

"hmm.. tenang saja, Tuan Kim selesaikan pekerjaanmu dan cepat pulang.." Jinhwan mengakhiri sambungan teleponnya segera. Namja bertubuh mungil itu tesenyum kecil. Selalu saja, ini sudah lama namun masih saja hatinya berbunga-bunga akan semua perhatian Hanbin padanya.

Apartemen No.292.  (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang