Chapter 5

9.8K 637 29
                                    

"Sasuke. Sudah berapa kali aku bilang untuk tidak pulang sampai malam. Tapi kau masih saja melakukannya." ucap Itachi sambil masih mencoba menahan amarah melihat sang adik yang tak bisa diajak kompromi untuk merubah perilakunya.

"Memang apa urusanmu dengan semua itu?" tanya Sasuke merendahkan.

"Aku ini kakakmu. Tolong hormati aku disini. Aku tidak minta yang aneh-aneh, aku hanya minta kau tidak kembali melakukannya lagi." penjelas Itachi.

"Tak aneh bagimu belum tentu tak aneh bagiku." ucap Sasuke lalu pergi dari ruang kerja Itachi.

"Sasuke dengarkan Aku du-"

BRAKK

"Hah~ kapan kau akan mengerti Sasuke." ucap Itachi pelan.
.

.

.

.

Sasuke melangkahkan kakinya sedikit tak sesantai tadi. Ia sedikit kesal mengenai pembicaraannya dengan Itachi tadi. Ini hidupnya, lagipula siapa yang akan betah berada di rumah sendirian tanpa melakukan apapun. Dengan kekesalan yang masih ada. Sasuke memasuki kamarnya lalu menutup pintu dengan keras sehingga menimbulkan dentuman yang cukup keras.
.

.

.
~oOo~

Keesokkan harinya

Kicauan burung sudah terdengar merdu mengisi kawasan kediaman uchiha yang sepi. Padahal didalamnya masih ada penghuninya.

Sakura sudah siap dengan baju olahraganya. Hari ini ia akan berangkat sendiri. Dikarenakan Itachi yang tak bisa mengantarnya karena ada meeting mendadak.

Sakura melihat tuan muda bungsunya sedang menuruni tangga saat ia sedang menutup pintu kamarnya. Pandangan mereka beradu sebentar, lalu mereka kembali melanjutkan aktivitas mereka semula. Sakura dengan menundukkan kepalanya, dan Sasuke yang berjalan santai dengan raut wajah datar, lengkap dengan sifat dinginnya.

Setelah selesai mengunci rumah. Sakura langsung bergegas menuju halte bus. Melangkahkan kakinya pelan, tanpa ada rasa takut jika akan telat. Karena baginya saat ini masih tak terlalu siang.

Setelah beberapa menit ia berada dalam bus yang mengantarnya ke sekolah, kini ia telah sampai digerbang depan sekolahnya. Sakura tetap melangkahkan kakinya tenang. Sampai masuk di kelasnya ia sudah disambut oleh suara cempreng teman barunya.

"Ohayo Sakura." Ino menyapa sambil disertai senyuman lebarnya.

"Ohayo Ino." balas Sakura tersenyum ramah sambil menuju ke tempat duduknya.

Mereka berdua dengan cepat terlarut dalam obrolan yang sudah pasti dimulai oleh Ino duluan. Hingga akhirnya bel berbunyi, mereka baru menyudahinya.

Hari ini jam pertama adalah pelajaran olahraga. Semua siswa sudah siap dilapangan basket indoor . untuk melakukan olahraga basket # ya jelaslah. Emang mau latihan sepak bola gitu dilapangan basket. -maaf abaikan-

"Sakura. Bolehkah aku minta tolong padamu untuk mengambilkan bola basket di ruang olahraga. Saya tadi lupa mengambilnya." pinta Iruka sensei untuk mengambil bola.

"Baik Iruka sensei." Sakura lalu pergi menuju ruang olahraga.

Sesampainya di ruang olahraga. Sakura nampak sangat terkejut dengan apa yang dilihatnya. Bagaimana ia tengah melihat tuan muda bungsunya sedang berciuman mesra dengan seorang gadis berambut raven panjang. Sakura ingin secepatnya pergi dari situ saat Sasuke menyadari kehadirannya.

"Kau." ucap Sasuke tajam. Setelah melepas ciumannya dengan gadis itu.

"Maaf. Aku hanya ingin mengambil bola." Sakura menundukkan kepalanya lalu pergi dengan secepat mungkin dari ruang olahraga.

.

.

.

Setelah kejadian itu, Sasuke langsung pergi tak berniat melanjutkan ciumannya.

"Sasuke kun kenapa dilepas? Kau mau kemana? Hei Sasuke kun jangan tinggalkan aku." Gadis itu berucap saat melihat Sasuke pergi.

Tanpa menghiraukan perkataan gadis itu. Sasuke terus melangkahkan kakinya. Hingga langkah kakinya akhirnya berhenti didepan pintu lapangan basket indoor yang biasanya sering ia gunakan bersama teman-temannya untuk berlatih.

Sasuke mendorog pelan pintu itu, namun ia tak berniat untuk masuk. Ia hanya sedang mengawasi seorang gadis berhelai merah muda yang sedang mendrible bola.

"Cih." decih Sasuke, lalu kembali menutup pintu lapangan basket lagi.

.

.

.

Sakura yang sedang asik tak mengetahui bahwa beberapa saat yang lalu ada sebuah pandangan mata setajam elang tengah menatapnya seakan-akan dirinya adalah sebuah mangsa yang siap diterkam kapan saja.

Cukup lama. Akhirnya pelajaran olahraga pun selesai. Kini Ino dan Sakura tengah menikmati istirahatnya di kantin. Sambil menunggu pesanan, mereka sudah larut dalam percakapan.

"Huft~ lelahnya olahraga pagi ini. Rasanya aku seperti tak punya tenaga lagi." Sakura tersenyum kecil, mendengar gerutuan teman barunya yang terdengar sangat dilebih- lebihkan.

"Oh ya Sakura. Bisakah nanti sore kau menemaniku membeli buku ?" Sakura terdiam. Bisakah ? Bisakah ia menemani temanya.

"Maaf Ino. Aku tak bisa, hari ini aku ada urusan." beralibi. Mungkin ini akan jadi kegiatan baru Sakura.

"Ya sudah kalau begitu. Nanti aku akan mengajak Temari dan Tenten saja." walau sedikit kecewa. Ino tetap menerimanya. Ia berpikir bahwa Sakura memang benar- benar mempunyai urusan hingga tak bisa menemaninya.

"Maaf ya Ino." Sakura tetap saja merasa tak enak pada Ino.

'Andai saja aku bisa Ino' batin Sakura berbicara.
.

.

.

Sakura telah sampai di rumah. Ia sekarang tengah menganti bajunya. Rencananya Sakura akan pergi ke supermarket terdekat untuk membeli beberapa bahan yang dibutuhkan untuk beberapa hari kedepan.

Sebenarnya Sakura berniat untuk membelinya sekalian sepulang sekolah. Namun pada akhirnya dia lupa juga.

Sakura menutup pintu kamarnya, berjalan menuju pintu. Saat itulah ia melihat tuan muda bungsunya yang juga terlihat seperti orang akan pergi.

Jika benar. Maka Sakura akan sendirian hari ini di rumah. Mengingat tuan muda bungsunya yang kemarin pulang sangat malam.

Sakura menundukkan kepalanya. Tak berani menatap mata onyx setajam elang milik tuan mudanya.

"Mau kemana kau." Sasuke bertanya dengan nada kelewat datar untuk standar orang bertanya.

"A no... Saya mau ke supermarket Sasuke sama , untuk membeli beberapa bahan untuk beberapa hari kedepan." Sakura masih menundukkan kepalanya.

Tanpa berkata apa-apa lagi Sasuke langsung melangkahkan kakinya pergi. Tak lama kemudian terdengar deru motor yang mulai menjauh.



TBC

Maid or GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang