Chapter 21

9.2K 621 137
                                    


Pelukanmu masih terasa hangat ditubuhku. Namun kini aku hanya bisa mendekap bayanganmu

–Maid or Girlfriend–


Sasuke mendrible bola basketnya dengan santai. Dengan hati yang ia tak tahu sejak kapan jadi begini.

Gadis itu telah pergi. Gadis yang selalu gugup jika bicara padanya. Gadis yang selalu takut menatapnya. Gadis yang selalu memanggilnya 'Sasuke Sama'. Dia pergi. Gadis yang kemarin menangis dipelukannya. Gadis yang kemarin, berani menatapnya. Gadis yang berhasil membuatnya uring-uringan sejak pagi tadi. Gadis yang berhasil membuatnya jatuh. Jatuh bukan hanya sekedar untuk permainan, tapi jatuh yang sesungguhnya. Ia telah jatuh cinta pada gadis itu.

Dilemparkannya kesal bola orange itu ke sembarang arah. Geram. Didudukkannya tubuhnya dengan kasar. Ia merasa seperti orang gila saat ini. Bagaimana seorang gadis yang dulunya tak ada artinya apa-apa, sekarang bisa merubahnya menjadi seperti ini.

Sasuke menggeram frustasi, lalu ditarik dirinya untuk bangun dari duduknya, melangkahkan kakinya keluar dari lapangan basket indoor itu dengan langkah tenang seolah segalanya baik-baik saja. Namun mata hitam itu terasa nampak lebih tajam dari biasanya.

Sasuke memasukkan kedua tangannya di saku celananya, menutupi tangannya yang telah tergenggam kuat-kuat memperlihatkan buku-buku jarinya yang telah memutih.

Mata onyx itu kian menajam di setiap langkahnya. Membuat beberapa siswa yang berselisih pandangan dengan Sasuke, memilih untuk mengalihkan pandangannya, seolah ia tak pernah tau jika Sasuke ada didekatnya.

Semua ini karena gadis merah jambu.

"Sasuke kun"

Panggilan yang tak asing bagi Sasuke itu membuat Sasuke menghentikan langkahnya. Dengan kasar dibalikkan tubuhnya menghadap gadis itu. Gadis yang saat ini tak ingin untuk ditemuinya.

Mata itu menatap terlalu tajam, membuat Hinata menelan ludahnya. Ia tahu, Sasuke sedang tak baik sekarang.

"A-aku–"

Belum sempat Hinata menyelesaikan ucapannya. Sasuke sudah lebih dulu berbalik, dan melangkah pergi meninggalkan Hinata yang menatapnya dengan tatapan entah bagaimana. Yang jelas ia terluka untuk itu.

~★♥★~

Sasuke melangkahkan kakinya memasuki kawasan kediaman Uchiha. Mata tajam itu beberapa kali melirik ke belakang, berharap jika akan ada seorang gadis yang berjalan di belakangnya seperti biasa.

Dibukanya pintu rumah Uchiha itu dengan pelan. Menampakkan keadaan ruangan yang nampak sepi dan sunyi. Sekarang ia hanya tinggal berdua saja dengan Itachi, hingga beberapa hari kemudian. Dulu ia tak pernah mempermasalahkan itu, namun sekarang ia merasa ada sesuatu yang hilang. Ada bagian yang dulu ada kini telah lenyap.

Lagi-lagi Sasuke merindukan gadis itu

Dengan langkah tenang dan hati yang berkecamuk itu, Sasuke melangkah menuju kamarnya. Dibukanya pintu kamar bernuansa Navy itu dalam diam. Mengganti seragamnya, lalu merebahkan tubuhnya diatas ranjang, sambil menatap langit-langit kamarnya seperti biasa.

Hati kecilnya mengharapkan jika akan ada suara lembut yang menyapa gendang telingganya. Hanya sekedar meningatkannya makan, atau meminta izin memasuki kamarnya dengan nampan berisi makanan. Ia rindu suara itu. Ia rindu makan siangnya yang dulu, dan mungkin ia juga akan rindu makan malamnya yang dulu.

Demi kerinduan itu. Sasuke keluar dari kamarnya. Menuruni tangga lalu menatap sebuah kamar dengan pintu yang kini tertutup.

Dimasukkan tubuhnya kedalam kamar itu. Ia sama sekali tak pernah masuk ke dalamnya. Kamar yang tidak seluas kamarnya itu masih terlihat bersih.

Ditatapnya sebuah meja rias yang menghias kamar itu. Mungkin ia memang sudah gila, namun tak urung membuat Sasuke tak mengalihkan pandangannya dari meja rias itu.

Terlihat seorang gadis bersurai pink, tengah menyisir rambutnya dengan senyuman manis, terpancul dalam cermin. Membuat Sasuke tak sadar, jika bibirnya telah melengkungkan senyuman.

Direbahkannya tubuhnya itu diatas ranjang kamar Sakura dulu.

Matanya terpejam menikmati wangi Sakura yang hanya tinggal jejak-jejak tipis.

Cherry

Sasuke terduduk dari tidurnya. sebuah ingatan membuat hatinya kembali terasa sesak.

Diliriknya cermin meja rias yang tadi menggambarkan sosok gadisnya. Lalu diarahkannya tanggan itu tepat kearah cermin, membuat cermin itu retak, dan darah merembes dari tangannya.

"Brengsek" umpat Sasuke.

Dipandanganya sendu tangannya sendiri itu.

"Apa kau akan datang" gumamnya pelan.

Namun sedetik kemudian pandangan sendu itu berubah menjadi seringai penuh arti.

"Tidak, kali ini aku yang akan datang–"





"–Cherry"

~★♥★~

Sakura menapaki halaman kediaman Haruno yang masih nampak sama sebelum ia pergi. Di depannya ada sang kakak yang kini berbalik menatapnya sambil tersenyum. Membuat Sakura tak urung juga menyunggingkan senyumnya.

Bertemu dengan kedua orang tuanya kembali, bukanlah bagian dari rencana yang disusunnya setelah kabur dari rumah.

Seharusnya ia mengganti namanya waktu itu, jika saja ia tak terlalu cinta dengan nama yang menjadi kebanggaannya itu.

Pintu rumah keluarga Haruno telah berada di depan mata mereka. Menunggu untuk sebuah tangan terjulur membukanya.

Sakura mengalihkan pandangannnya pada Sasori yang berada disampingnya.

Sasori menyunggingkan senyumnya. Menyakinkan adiknya bahwa semua akan baik-baik saja. Digenggamnya tangan mungil itu dengan lembut. Sekali lagi senyuman itu muncul.

"Ayo"

Dibukanya pintu itu. Pintu yang menampakkan tuan dan nyonya Haruno yang tersenyum lega menatap kedua anaknya.

"Sakura."

Mebuki, ibu Sakura langsung berlari menghampiri Sakura dan menariknya kedalam pelukan. Tangis itu tumpah, setidaknya ia lega bahwa putri semata wayangnya baik-baik saja.

Sakura hanya diam. Namun sedetik kemudian dibalasnya pelukan Kaa san nya itu.

Mebuki melepas pelukannya. Mengusap air mata yang turun dengan senyuman.

Pandangan Sakura beralih ke arah sang ayah yang kini juga menatapnya. Kizashi menyunggingkan senyuman manisnya. Namun wajah Sakura nampak beda.

"Tou san–" Sakura mengantungkan kalimatnya. Berusaha mempercayai apa yang dikatakan kakaknya kemarin.

"–A-aku, tidak ingin menikah dengan Gaara, Tou san. Aku mencintai lelaki lain. Kumohon batalkan perjodohan ini." air mata itu meluncur dengan sendirinya.

Membuat senyum bahagia Kizashi lenyap


TBC

Huft~
Makasih buat semuanya yang udah baca, vote, dan komen. Kesekian kalinya Matsu mau bilang makasih buat kalian semua.

Dan untuk MoG. Mungkin MoG bakal tamat satu atau dua chapter kedepannya.

Di sini Matsu mau tanya, sebaiknya
Happy Ending atau Sad Ending?

Arigatou
Jaa~

Matsuharu

Maid or GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang