Mataku melebar melihat keajaiban ini. Air hujan yang harusnya jatuh karena gravitasi, malah melayang disekitar pedangku. Aku mengerti, apa ini salah satu dari kekuatan pedangnya.
Tanpa membuang-buang waktu lagi, langsung saja aku mengayun-ayunkan pedangku secepat mungkin. Mengirim sekitar beratus-ratus sengatan air ke tubuh monster itu.
Menggertak kesakitan, dia bertambah marah dan berlari ke arahku. Menyerangnya hanya dengan jarum-jarum air tidak akan cukup untuk mengalahkannya.
Terpikirlah sebuah ide! Aku mengisi kekuatan pedangnya dengan setiap butiran yang jatuh. Membuat peluru yang lebih besar. Berhasil! Aku tidak percaya ini! Benar-benar mirip game!
Monster itu semakin dekat, dekat dan dekat!!
DHUARRR!! Seperti suara ledakan ranjau, aku pun tersungkur bersama monster itu.
Orang-orang mulai mendekat khawatir dengan kondisiku. Kuangkat tanganku, untuk memberi tahu mereka bahwa aku tidak apa-apa. Semua orang menghampiriku dan membantu aku keluar dari tubuh monster yang menimpaku.
Seseorang membantu aku berdiri, mengingat kakiku terlalu 'rusak' untuk digunakan.
" Apa monster itu sudah mati?"
" Lebih baik kita menjauh, siapa tahu dia bangkit lagi."
Kami semua menjauh sejauh mungkin, sampai pada jarak aman. Sugiko berjalan mendekati monster itu untuk memastikan.
" Tanduknya sudah hancur, kau berhasil Putih!" teriak Sugiko dari kejauhan memancing kebahagiaan semua orang.
Sorak-sorak gembira berebut memasuki telingaku. Emoticon smile, terlukis di wajah semua orang, kecuali Mixal.
Dia sangat-sangat kecewa. Berharap dapat menumpas monster itu sendirian, tapi sayang sekali kesempatan itu telah sirna. Dia pun berlari pergi, kembali ke dalam ruangan dibawah tanah.
Ditengah kegembiraan, tiba-tiba sesuatu bersinar. Monster tadi bersinar! Sudah menjadi insting semua orang untuk berlari.
Wujud baru keluar dari sinar tadi. Monster yang tadi dipenuhi aura pembunuh, kekejaman, dan nafsu kini sudah berganti. Bulu disekujur tubuhnya lebih putih dan bersih. Mata yang awalnya berwarna merah darah kini sudah menjadi biru laut berkilau. Giginya yang menjadi lebih kecil dan halus walaupun tetap tajam.
Menyadari ada yang tidak beres, aku ingin mendekati monster itu. Sayangnya aku tidak bisa melakukannya sendiri. Orang yang membantuku berdiri tidak mau ikut.
Sugiko langsung memangkulku tanpa ku minta.
" Hei, kau.." kataku dengan wajah bingung.
" Sstt.. nanti lukamu bertambah parah. Diamlah dan biarkan aku membawamu ke monster itu."
Aku menurut saja, Sugiko tiba-tiba menjadi baik. Sesampainya dihadapan monster itu, aku melihat Sugiko seperti sedang menganalisa sesuatu.
Sugiko kemudian berbicara," Dia..dia sebenarnya perwujudan dari energi murni."
Aku tersentak kaget dengan apa yang dikatakan Sugiko," Energi murni?"
Sugiko mengacangiku," Lalu energi murni itu di cemari oleh sesuatu berunsur negatif. Tanduk hitam itulah yang sudah membuatnya jadi seperti tadi.'
Aku mulai mengerti," Heii, jadi awalnya monster ini baik sebelum tanduk hitam itu menjangkiti dirinya?"
" Benar sekali. Kita tidak tahu siapa yang menaruh tanduk hitam itu padanya, yang pastinya dia jahat." penjelasan Sugiko pun berakhir.
Imajinasiku mulai beraksi, mungkin nenek lampir jelek, atau ibu-ibu sombong, atau kakek sihir?
" Berhentilah berimajinasi dasar putih!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hirokata no Yomi
FantasySeorang pemuda bernama Hasegame Yomi, berjuang mencari jalan untuk pulang setelah ia terlempar kedunia yang tidak pernah dia ketahui. Perjalanan pun ia lakukan demi mencari jalan pulang. Tetapi, pedang kaca itu 'memaksa' dia untuk mengungkap masa la...