[9]Bodoamat

346 58 3
                                    


Cheng Xiao. Chengxi. Xiao. Princess.

Juno nggak peduli sama cewek itu. Sekalipun teman-temannya bilang ia cantik, ramah, lumayan jago hitung-hitungan-Juno merasa bego di bidang itu-dan disebut-sebut sebagai gilrfriend goal, Juno benar-benar nggak mau tau.

Dan masa bodoh sama cowok bernama Chae Hyungwon.

Cowok Antartika yang nggak ubahnya esbatu keliling. Yang nggak ketulungan datarnya di depan Juno, tapi berbeda kalau lagi ngumpul sama gengnya.

Kalau lagi bareng teman-temannya cowok itu berubah. Menjadi hidup. Tertawa. Ganteng.

Apalagi kemarin, ketika Juno menyaksikan sendiri Hyungwon ketawa lebar-lebar tanpa harus jaim saat sedang dengan Xiao. Ugh, kenapa bukan Juno yang ada di posisi cewek itu? Kenapa bukan Juno yang jadi alasan buat Hyungwon tertawa?

Ah, sakit juga.

Makin dipikir, makin lapar.

"Udah kali, Jun, makannya. Bentar lagi lo tanding 'kan." Jiya menatap memelas pada sahabatnya itu. Miris menyaksikan seberapa ganasnya Juno menghabiskan berbungkus-bungkus makanan ringan dihadapannya. Tanda cewek itu sedang frustasi berat.

Juno dengan bar-barnya mengunyah keripik tempe bungkus ketiga. Bodoamatlah sama tanding. Bodoamat juga soal Hyungwon.

Karena cara terbaik untuk melampiaskan patah hati itu memang hanya dengan jajan. Apalagi kalau ditraktir.

"Si Chae Hyungwon tuh ya.... Kenapa sih dia tuh-hiks.. Ah bodoamat. Hiks," cewek itu mulai menangis di sela kunyahannya. Membuat Raena menatapnya gusar. "Huhuhuhu, dasar manusia jahat! Maunya tuh apasih ha! Dia... Hiks... Gasadar dah bikin gue jatuh hati tapi dianya malah sama orang lain. Kesel."

"Yaudah sih, bukan salah dia. Kan dia gasadar kalau lo suka sama dia. Makanya ngomong, nyong! Jangan cuma bisa mencak-mencak gak jelas gini di belakang." Dana asyik memainkan ponselnya sambil berbaring di atas kasur.

Jiya mengangguk setuju. "Katanya jomblo berpengalaman, kok gini aja baper? Lo 'kan strong. Cewek strong itu baik hati tidak sombong tahan banting dan tahan baper."

"Iya. Lagian yakali cowok cuma Kak Hyungwon doang. Masih banyak coganlist kita nih." Raena ikut menimpali, memberi dukungan pada Juno.

Sementara Juno masih bungkam. Air matanya masih mengalir. Mulutnya juga masih mengunyah.

Apa lebih baik gue nyerah?

××

Hyungwon mengernyit, menyipitkan matanya mencoba menajamkan penglihatan kalau-kalau ia salah lihat.

"Hyuk, itu Juno bukan sih?"

Minhyuk langsung membalik badan, menemukan rombongan Juno baru saja memasuki kantin sambil tertawa gaduh.

"Iya, kenapa emang?"

"Kok tumben dia nggak nyapa gue? Padahal tadi kita sempat tatapan gitu tapi mukanya datar doang. Biasanya dia heboh nyapa gue sambil teriak-teriak."

Minhyuk cuma bisa mengangkat bahu pertanda tidak tahu.

"Hm. Mungkin udah ada cem-ceman baru."

Lohh.

Suara petir menggema.

Hyungwon merasa panas. Di matanya, juga di dadanya.

"Wajar kali tu anak kayak gitu. Maklumin aja, kutu loncat mah mangsanya banyak."

Cowok itu bungkam. Kembali menyeruput es tehnya.

Diam-diam ia mencuri pandangan pada cewek itu yang duduk di pojok kantin. Tertawa. Memukul pelan lengan Hanbin.

"Hyuk, si Hanbin emang deket banget ya sama Juno?"

Minhyuk mengangguk. "Iya, udah temenan dari SD mereka. Sembilan tahun barengan makanya kayak kembar gitu. Tapi gue nggak yakin sih cewek cowok sahabat lama gitu nggak ada apa-apanya."

Hyungwon diam.

.




Sosok mungil Irene berjalan di koridor kelas satu, membuat para cowok bersiul menggoda. Cewek itu hanya tersenyum. Dalam hati merasa risih.

Ketika matanya menemukan sosok jangkung Juno yang duduk melamun di taman kelas seorang diri, ia bergegas menghampiri cewek itu.

"Hoi anak gadis gaboleh ngelamun, ntar gadapat jodoh!"

"Yeu hoax." Juno mendengus. "Gue blangsakan aja juga gadapat jodoh,"

Irene terkekeh kecil.

"Elo mah gimana pun juga tetap ditakdirkan sebagai jomblo. Malang banget nasib lo dek,"

Juno melotot pada sang senior.

"Ini tuh bukan kutukan atau kemalangan. Guenya aja yang nggak berbakat masalah cinta-cintaan."

Irene menjeplak cewek itu. "Hm jago banget ngelesnya nggak jauh beda sama Mino. Sama-sama buaya."

"Buaya-buaya tapi lo pernah sayang juga,"

"Lah anjir bener,"

"Kenapa hah kenapa? Tumben nyamperin gue," Juno sekarang duduk menghadap Irene. "Cowok mana lagi yang kirim salam? Sini gue dengerin."

"Najis, geer banget!" Irene menjitak perempuan yang lebih muda darinya. Juno tertawa puas.

"Besok kan udah mulai libur, gue mau ngajakin lo ikut kemah anak teater. Ya??"

Juno mengernyit. "Gue bukan anak teater, kemarin cuma nemenin Jiya ngumpul doang."

"Iya tau, tapi apa salahnya lo ikut? Nemenin gue sekalian nambah ilmu, apalagi lo pernah ikut pentas teater Internasional waktu SMP. Kan masih nyambung tuh. Mau ya, ya??"

"Hm, yaudah deh, daripada liburan gue tidur mulu,"

"Oke sip."

××

Hyungwon: gimana?

Irene: lo nggak salah pilih ketua kok. Santay, sama gue mah aman

Hyungwon: thanks, Rene

Irene: no prob, dominosnya gue tunggu!!^^

Hyungwon: ok.

Forelsket; Hyungwon, CTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang