[23] Re-Act

383 58 6
                                    

Cewek itu kuat.

Iya, kuat.

Kuat membohongi perasaan sendiri. Kuat untuk pura-pura tegar, padahal pengennya nangis kejer-kejer.
Kuat untuk tetap senyum meskipun dalamnya retak nggak karuan.

"He laler, ngapain bengong lo?" Juno tersentak, menatap garang pada Hanbin dan Wonho.

"Ganggu aja lo berdua."

"Jun, katanya anak gadis nggak baik banyakan melamun, nanti jodohnya ilang."

Juno diam. Tapi kemudian dia ngakak nyaring. "Yaelah, Kak Won, masih jaman ae percaya sama mitos gituan."

"Emang jodoh gue juga udah ilang. Dianya lari ke pelukan orang lain." Cewek itu bergumam sendu, mencomot lagi makaroni gorengnya.

"Dah makan siang belum?"

"Gue belum!" Hanbin mengangkat tinggi tangannya sambil tersenyum sumringah.

"Nggak nanya lo, ketek buaya." Wonho menjeplak pelan kepala Hanbin. "Heh Jun, lo dah makan belum?"

Juno menoleh pelan. "Ha? Apaan? Nggak ah. Lagi nggak nafsu makan nasi."

Hanbin bersorak lesu. "Yahhh... Makan yang banyak dong, biar kuat terima kenyataan."

"ANJ-" Juno nyaris mengumpat. Ia malah menggetok pelan kepala Hanbin.

"Udah berapa lama lo berhasil lari dari kenyataan?"

Wonho tuh ya.... Ganteng. Tapi kenapa sih kalau ngomong tuh nggak bisa diperhalus dikit?!?!?!? Langsung DOR gitu kan aing kaget!

Juno menggumam pelan. Ekspresinya berubah sendu. "Hm, udah seminggu lebih. Dan gue berhasil ngelupain doi... Yeay!"

"Lo nggak berhasil ngelupain dia. Lo cuma mengganti kehadirannya, and that's mean, elo tuh nggak bisa menghapus perasaan lo dari orang yang lo taksir secara tulus. Dan nggak ada seorangpun juga yang bisa."

Wonho dan Juno serempak bengong. Menatap Hanbin dengan penuh kagum. "Tumben lo ngomong bener,"

"Terharu gue, anying!"

Hanbin nyengir, sok malu-malu. "Hehehehe, jadi malu."

××

Jeon Somi meratapi hujan yang makin lama makin deras. Ia menatap cemberut dari koridor kelas, menangkupkan tangan mencoba menampung air hujan.

Dia sebal. Gara-gara hujan ini dia harus pulang terlambat. Mana sekolahan juga udah sepi, dia aja yang terlambat pulang karena harus nemuin Pak Kasdim dulu.

Somi merengut, dia juga nggak bawa payung. Udah deh, lengkap penderitaannya!

Duarrr

Suara gelegar petir membuatnya berteriak sambil menutup telinganya. Mundur dari teras sambil memejamkan mata ketakutan.

"Loh, Som, kok belum pulang?"

Somi membuka matanya, menoleh mendapati sosok seorang gadis berjalan mendekat.

"Eh, uhm, hujan. Gue juga nggak bawa payung."

Juno mengernyitkan kening. "Kan belnya udah bunyi dari sebelum ujan, kenapa lo masih anteng disini?"

Somi meringis. "Iya, tadi gue ada urusan sama Pak Kasdim. Eh nggak taunya pas balik dari kantor udah hujan." Ia mencebikkan bibir.

Forelsket; Hyungwon, CTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang