[14] Pundung

374 57 7
                                    

"Jun temenin pipis."

Juno mencuatkan bibir. Menoleh malas pada Jiya. "Mau pipis dimana? Semak-semak?"

Jiya mengumpat, memukul pelan lengan Juno.

"Sama Hayoung aja sana."

"Dih si Hayoung 'kan penakut. Yakali gue yang penakut minta temenin sama yang penakut. Mati kita Jun."

"Sama Sua tuh, multifunction dia."

"Sua ngapel sama Rocky."

Juno menghela napas, mengalah. Mau tak mau akhirnya terpaksa bangkit meninggalkan acara pelatihan malam ini. Setelah mendapat izin dari Kak Hansol, keduanya pun pergi.

"Duh cepet jalannya dah kebelet gue!"

Juno melengos. "Mau pipis dimana? Ini hutan isinya pohon sama semak semua kalo lo diintilin sama om-om pedo gimana?"

"Nah itu gunanya elo, bege. Ntar kalo gue kenapa-napa lo yang hajar." Jiya tersenyum lebar, malah dibalas umpatan oleh sang karib. "Lo pikir gue bodyguard lo hah."

"Nggak. Elo anjing penjaga gue."

"Shi Ahnjhink!"

Jiya ngibrit sambil ngakak sebelum Juno memiting dirinya. Meninggalkan cewek jangkung itu sendirian di belakang.

"Woi Ji, awas ada kuntilanak merah atas pohon."

"JUNO SETANNN!!"

.

.




"Ini mau pipis dimana sih?"

Jiya di sebelahnya makin mengeratkan rangkulannya pada lengan Juno. "Tuh di warung pinggir jalan ada WC kayaknya."

Dengan langkah berat kedua cewek itu melangkah menuju warung 24 jam di pinggir jalan besar. Numpang toilet.

"Cepet Ji dah malem nih."

"Iya ih. Eh lo jagain diluar! Jangan tinggalin gue, awas aja!!"

Juno mendecak. "Rempong lo tinggal pipis doang pake mukadimah."

Jiya mengunci pintu toilet. Melakukan  panggilan alam yang sedari tadi tertahan. Sedangkan Juno duduk di ubin lusuh yang mengitari sekitaran toilet yang jaraknya agak ke belakang daripada warung yang masih buka padahal nyaris tengah malam begini.

"Cih, Jiya Boneng. Sok-sokan mau hajar gue padahal liat ada yang gelantungan di pohon aja teriak." cewek itu bergumam pelan, duduk menopang dagu saking bosannya menunggu Jiya.

Gelap banget. Kayak hati gue.

Cewek itu meringis. Iya sih, pantas Jiya takut. Juno aja juga udah merinding. Hh, jadi inget lontong bungkus kemarin.. Untung nggak datang beneran.

Pintu toilet terbuka. "Udah Jun, yuk balik."

"Ji, pegangin dulu ini senternya gue juga mau pipis." cewek itu langsung masuk ke bilik toilet, dengan cepat mengunci pintu.

××

"JI LO MASIH DILUAR 'KAN?"

"Hm. Masih disini. Setia gue.."

"WOI JIYA LO MASIH DILUAR 'KAN NYING? JANGAN TINGGALIN GUE."

"Iya, nyong. Gue masih di depan."

"JI.. WOI MASIH IDUP 'KAN LO?"

Jiya mubeng. Mendecak kesal. "Ck, bacot Jun. Iya gue masih di depan. Lama amat lo.."

"Gue yang penakut kok lo yang rempong sih Jun."

Juno akhirnya diam. Nggak mau berucap lagi. Nanti yang ada waktu dia keluar dari toilet Jiya malah langsung menambal mulutnya karena terlalu berisik.

Tapi nggak lama kemudian...

"Ji.."

Hening.

"JIYA!"




Nggak ada jawaban.

"WOI JIYA IH NAJES KOK SUARA LO UDAH NGGAK ADA LAGI NYET?"

"JI LO MASIH NAPAS 'KAN??"

"ANJENG JAWAB JAN BIKIN GUE GREGETAN INI AH."

"WOI JI ITU KUNTILANAK BELUM MANGKAL KOK LO DAH PINGSAN AJ–"

Juno yang buru-buru keluar dari toilet mendadak terpaku. Dia bungkam, lebih ke kaget sih.

"K-Kak Chae?"

Hyungwon refleks balik badan, senyum manis ke Juno.

"Si Jiya mana? Kok..kok kakak yang disini?" anjing dah gugup ini. Mati lo Jun. Senyumnya maut gitu kalah deh itu kuntilanak merah.

"Jiya udah balik duluan tadi sama Theo." Juno menipiskan bibir. "Yuk balik. Udah malem nanti lo diculik genderuwo."

"Kalo genderuwonya kayak elo gue rela diculik kak. Nggak dipulangin lagi juga gapapa."

Nyepik dikit gapapa kali:)

Hyungwon tersenyum kecil. Mengacak puncak kepala Juno. Cowok jangkung itu mengaitkan jemarinya dengan milik Juno, menggenggamnya.
"Ayo balik, Juno."

HA HA HA HA HA MAMPUS GUE BAPER.

××

"JADI GITU YA JI, NINGGALIN GUE EMANG BANGSTA BAT LO."

Jiya yang sedang kumpul bersama rombongan Kak Kyungsoo yang sedang main uno sontak menutup telinganya.

"Ck. Apaansih,"

Juno meringis. Memandangnya galak. "Pake nanya ya lo. Sini ikut gue cepet." cewek itu menyeret Jiya pelan, meninggalkan Hyungwon yang menatap keduanya tanpa suara.

"Biar apa lo ninggalin gue sendirian ha?"

Jiya mengangkat alis tinggi-tinggi. "Yaelah. Gitu doang ngamuk lo. Harusnya elo berterimakasih karena malah Hyungwon yang akhirnya nemenin lo."

Juno kicep. Padahal masih mau bentak-bentak.

"Yatapi nggak gitu juga, jir. Ah capek. Serah deh serah."

Jiya menyenggol lengannya. "Halah bilang aja seneng. Lo nggak bisa berdusta sama gue."

Juno melotot. "Diem ya. Gue lagi pundung sama lo!"

Jiya memutar bola matanya. "Tijel lo. Gangguin gue main uno aja." cewek itu bangkit, kembali ke kelompok permainannya.

"Cih Jiya kepundung. Tau gitu gue tinggal–MAMAAA," Juno refleks jerit ketika mendadak merasakan dingin di pipinya.

Hyungwon tertawa melihat reaksinya. "Udah jangan mencak-mencak terus. Minum gih." Hyungwon menyodorkan sekotak susu coklat dingin kepadanya.

Juno mencelat. "Lo juga kak, ngagetin kek hantu. Gue juga pundung nih sama lo ya!" cewek itu balik badan, membelakangi Hyungwon. Sok ngambek padahal susu coklatnya masih diseruput juga.

Hyungwon tertawa gemas.

"Pundung-pundung tapi lo sayang juga 'kan?"

HE HE iya):

Forelsket; Hyungwon, CTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang