MEMORY 4 : SITUASI YANG TIDAK DIHARAPKAN
Sebuah teropong mengarah ke rumah yang ditempati Mariana. Leonidas mengarahkan teropong mengikuti Mariana yang berjalan ke arah sungai. Rasa benci memukul dadanya. Ia berusaha menahan tindakan agar tidak gegabah. Sebuah rumah ia sewa diseberang sungai tepat menghadap bagian kiri rumah Mariana. Ia memperhatikan segala tingkah Mariana. Memang ada yang aneh dengan wanita itu. Sama sekali tidak terlihat sehat. Wajahnya pucat dengan tubuh yang rapuh. Rasa iba tiba-tiba muncul dihatinya. Ia mendengus kesal "Aku tidak bisa terpengaruh dengan fisiknya. Ia punya hati yang busuk." Leonidas meneguhkan hatinya. Ia mengedarkan pandangannya ke arah lain. Tiba-tiba sesuatu menarik perhatiannya. Dari balik jendela rumah itu seseorang juga sedang memperhatikan Mariana. Leonidas mengatur fokus ke arah jendela rumah itu. Betapa terkejutnya ia. Orang itu mengangkat senjata api mengarah ke Mariana. Jantungnya berdegup begitu kencang hingga ke ubun-ubun.
"Seekor serigala berbulu domba berada dirumahnya. Bodohnya wanita itu tidak menyadarinya." Leonidas kembali mendengus kesal. Tidak ada orang lain yang boleh membunuh wanita itu selain dirinya sendiri. Pembalasan dendamnya tidak akan pernah selesai jika orang lain yang membunuh wanita itu.
Ia kembali melihat kedalam teropong. Orang itu berjalan kearah Mariana yang sedang tidur di dermaga. Langkahnya tenang tanpa dosa. Wanita itu sedikitpun tidak mengetahui kehadirannya. Letupan kecil kembali muncul dijantungnya. Ia khawatir orang itu akan membunuh Mariana terlebih dahulu. Namun keadaan terlihat berbalik dari apa yang ia fikirkan. Serigala berbulu domba itu membungkukkan badannya dan berbicara hingga mengejutkan Mariana. Ia melihat raut wajah tidak senang terpancar dari wajah Mariana. Ketika mariana berlalu pergi. Serigala berbulu domba itu mengepalkan tangannya dengan keras sesaat.
Leonidas melipat kedua tangannya ke belakang kepala. Ia memandang langit-langit kamarnya. Rencana yang diaturnya sebelum sampai kesini tidak akan berguna sama sekali. Ia menghembuskan nafas keras. Ia harus mencari tau tentang serigala berbulu domba itu dan mengatur rencana baru.
***
Leonidas keluar dari sebuah toko hewan peliharaan dengan beberapa ekor anjing. Ia berjalan ke arah rumah Mariana sambil menuntun anjing peliharaan yang baru dibelinya. Sebelumnya ia membeli beberapa stel pakaian untuk menyesuaikan penampilannya dengan warga setempat.
Leonidas melihat ke segala penjuru dari perkarangan rumah tersebut. Ia mengingat segala hal tentang rumah itu untuk dapat menjalankan rencananya. Ia berjalan dengan percaya diri mendekati rumah Mariana. Anjing-anjingnya sesekali menggonggong. Ia menekan bel rumah itu. Sebelum bel ke tiga kalinya berbunyi seorang wanita paruh baya muncul dari balik pintu. Ia menatap Leonidas bingung.
"Selamat Sore. Ada yang bisa ku bantu." Gretha melirik Leonidas dari atas sampai kebawah kakinya.
"Selamat sore. Aku tertinggal jauh dari rombongan berburuku saat sedang mencari kayu bakar. Sebelumnya pamanku mengajakku kesini untuk berburu kebukit di balik hutan pinus disamping rumah mu. Apakah kamu memiliki peta daerah ini. Aku tidak memiliki petunjuk untuk kembali ke perkemahan." Leonidas berucap alasan palsu.
"Ah.. memang ini musim berburu. Aku juga sering melihat orang tersesat di hutan pinus itu karena disana sangat gelap. Baiklah. silahkan masuk dulu. Kebetulan aku memiliki peta daerah ini." Gretha mempersilahkan.
Leonidas mengikat Anjing-anjingnya pada sebuah tiang listrik disamping rumah. Ia masuk dan memperhatikan seluruh ruang.
"Ah.. maaf, bisakah aku menumpang kamar mandi. Aku telah lama menahannya. Aku ingin buang air kecil." Leonidas tersenyum kaku.
"Ya silahkan, ikuti aku. kamar mandinya disamping dapur." Gretha mempersilahkan dengan ramah. Leonidas mengikuti Gretha sambil melirik kesegala arah. Terdapat tiga buah kamar tidur, ruang tamu, ruang keluarga, kamar mandi, dapur dan halaman belakang. Seluruhnya terlihat seperti biasa. Pandangannya terarah ke ruang sebelah kiri. Leonidas meyakini itulah ruang yang digunakan serigala berbulu domba ketika membidik Mariana.
Gretha mempersilahkan Leonidas untuk masuk ke kamar mandi kemudian ia berpaling ke ruangan lain. Leonidas memperhatikan kamar mandi tersebut. Tidak terdapat kamera pengintai yang melihat gerak-geriknya. Ia mengeluarkan sebuah alat penyadap kecil dari sakunya dan mengutak-atiknya sebentar. Setelah selesai alat penyadap itu disembunyikan dibalik lengannya. Ia mencuci tangan dan membuang sedikit air untuk mendukung rencananya.
Leonidas keluar dari kamar mandi dan tidak melihat siapapun. Ia juga tidak melihat wanita yang dia incar. Apa yang telah dilakukan serigala berbulu domba pada wanita itu. fikirannya berkecamuk menerka-nerka. Sesaat kemudian Gretha keluar dari ruang yang dia incar. Ia tampak terkejut melihat Leonidas tapi kemudian dengan cepat ekspresi wajahnya berubah tersenyum.
"Ini petanya. Aku akan menunjukkan tempat dimana kamu berkemah." Gretha berbalik arah menuju ruang tamu. Leonidas menggunakan kesempatannya untuk meletakkan alat penyadap. Sebuah pot tanaman tergeletak disamping ruang itu. Ia membuang alat penyadap ke bagian bawah pot dan berjalan dengan tenang.
Leonidas duduk kembali dan memperhatikan Gretha membuka peta yang cukup besar. "Nama perkemahan ku Housetown. Adakah tempat itu didalam peta?". Leonidas telah melihat peta dari daerah itu sebelumnya.
"Housetown ! Itu perkemahan yang sangat terkenal didaerah ini." Gretha melihat petanya dan menunjuk ke satu arah. "Itu tidak jauh dari sini jika kamu naik angkutan umum. Mungkin agak sulit dengan anjing-anjingmu. Tapi banyak kendaraan yang bisa kamu sewa untuk sampai kesana." Gretha menunjuk kembali peta di genggamannya.
"Ah.. benarkah. Aku tidak berfikir sampai sejauh itu." Leonidas tertawa sumbang. "Baiklah aku akan ikuti saranmu. Terimakasih untuk peta dan kamar mandinya. Aku merasa bersyukur." Leonidas tertawa di dalam hati mendengar kata-katanya sendiri. Terdengar sangat munafik.
"Nevermind." Gretha tersenyum ramah. Leonidas dapat membaca sesuatu yang ganjil pada wanita paruh baya itu dari senyumnya. Ia balas tersenyum dan mengucap terimakasih. Gretha mengantarkannya kedepan dan menyempatkan mengelus anjingnya. Leonidas memperhatikan wanita itu tidak tertarik. Ia mau segalanya cepat selesai. Sekali lagi ia mengucapkan terimaksih kepada Gretha dan berbalik menuju jalan yang mengarah ke hutan pinus. Anjingnya saling menggonggong semangat. Beberapa saat setelah Leonidas melangkah pergi. Alat penyadap itu bekerja.
***
TERIMAKASIH UDAH BACA. SILAHKAN VOTE DAN COMMENT YAA.
VOTE DAN COMMENT SANGAT MEMBANTU AUTHOR :*
Banyak fakta yang akan terungkap tentang Leonidas dan Mariana di Chapter selanjutnya!!
ENJOY !!!
KAMU SEDANG MEMBACA
LOST IN PAST
Mistério / SuspenseManusia selalu mengingat semua kenangan yang menyakitkan. Meskipun seluruh usaha dilakukan untuk melupakan dan berlari, kenangan itu muncul di tengah kegelapan malam. Pada saat itu semuanya belum usai. Mariana mulai menyadari ada yang hilang dari di...