JAWABAN DARI SEBUAH SURAT

64 12 4
                                    

MEMORY 2 : JAWABAN DARI SEBUAH SURAT

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

MEMORY 2 : JAWABAN DARI SEBUAH SURAT

Leonidas melaju membelah jalanan sore yang sunyi. Susunan hutan pohon cemara seperti jeruji-jeruji besi yang mengukung jalanan. Dalam fikirannya berkecamuk sebuah rencana pembalasan dendam. Kebencian meluap-luap hingga memanaskan dadanya. Matanya menatap lurus ke jalanan tanpa memperdulikan apapun.

Sebuah surat dari detektif yang disewanya datang pagi ini ke meja kerjanya. Penyelidikan selama 3 tahun terakhir memberikan jawaban. Seluruh bukti-bukti yang terdapat di tangannya mengantarkannya kembali ke 12 tahun lalu. Saat itu umurnya 18 tahun. Baru saja ia lulus tes akademi kepolisian. Seorang kepala polisi mengajaknya untuk menangkap pelaku perdagangan organ manusia. Namun penangkapan itu berakhir tragis. Sebuah peluru menembus bahunya dan melenyapkan dunianya sekaligus. Saat terbangun dirumah sakit beberapa polisi langsung memborgolnya dan memenjarakannya. Ia sama sekali tidak mengetahui apapun tentang kesalahannya ketika ditangkap. Pada sidang kasusnya bukti-bukti memperlihatkan bahwa ia telah melakukan percobaan pembunuhan terhadap kepala polisi bersama seorang wanita. Namun tidak sedetikpun ia melihat wanita itu duduk sebagai tersangka.

Akhirnya jawaban dari apa yang selama ini  ia cari muncul dari dalam  sebuah surat. Beberapa berkas dan foto-foto tersimpan didalamnya. Sebuah nama mengibarkan rasa bencinya. impuls dalam otaknya bekerja cepat menyusun rencana. "Mariana, nama baik yang melakukan kejahatan. Akan kupastikan ia mendapatkan balasan dari neraka untuk kejahatannya!." Tangannya meremas kuat kertas itu.

***

"Handle pekerjaanku untuk 2 minggu kedepan. Aku akan mengambil masa liburanku." Leonidas menutup telfonnya tanpa mendengarkan jawaban dari seberang.

Pintu rumahnya terbuka dan seorang pelayan menyambutnya pulang. "Selamat sore tuan, sepertinya pekerjaan anda cepat selesai hari ini." dengan hormat pelayan itu membungkuk.

"Ya Harry. jagalah rumah ini untuk 2 minggu kedepan. Aku akan pergi liburan mulai besok. Persiapkan seluruhnya untukku malam ini." Ia berlalu menuju kamarnya.

"Baik tuan Leonidas."


Leonidas melepas seluruh pakaiannya dan berjalan menuju kamar mandi. Tetesan air mulai membasahi seluruh tubuhnya. Ia menatap sekujur tubuhnya. Begitu banyak bekas luka yang didapatnya ketika dipenjara hingga ia tidak ingin memperlihatkannya pada siapapun. Ia berpaling dan menutup matanya. Membiarkan rintik-rintik air membasuh bekas lukanya. Ia tersenyum sinis. Sore itu mandi yang melegakan setelah sekian lama.

Suara dering handphone memecah keheningan. Leonidas bergegas menghentikan mandinya dan mengeringkan badan. "Aku Leonidas." Ia berjalan sebentar lalu duduk di ranjang. Suara diseberang begitu berisik mengganggu pendengarannya.

"Aku Jonathan. Wanita itu akan pindah minggu depan ke sebuah rumah di pinggiran kota. Aku mendapat kabar ia sering berpindah-pindah untuk menjaga identitasnya. Ia memiliki seorang psikiater pendamping. Hidupnya tidak terlalu waras untuk dijalani. Aku telah mengirim semuanya ke email mu. Pastikan kau memeriksanya untuk mengenali wajahnya." Detektif itu menunggu jawaban darinya. Leonidas menutup matanya sebentar. "Ok. Bayaranmu sudah ku transfer, setelah ini aku sendiri yang akan menemukannya." Leonidas menutup telfon dan memeriksa emailnya. Sebuah alamat dan foto muncul dihadapannya. Leonidas menatap lekat layar handphone nya. Siluet foto seorang wanita terlihat jelas dengan warna mata kelabu. seketika gemuruh datang menghujam jantungnya. Dadanya terasa sesak tidak terarah. Kerja otaknya tak beraturan  melawan detak jantungnya. Perasaan frustasi tiba-tiba muncul tanpa diminta, bukan sebuah kebencian ataupun balas dendam. Ada perasaan lain yang melawan rasa bencinya. Ia menggenggam marah dan melempar handphonenya dengan keras. segalanya berhamburan seperti perasaannya. "Tiada yang dapat menghalangiku membunuhnya termasuk perasaanku sendiri." Leonidas berlalu dan mempersiapkan segalanya.

***

Sebelum matahari terbit. Leonidas melaju menuju bandara. Sebuah helikopter pribadi telah menunggunya. Perjalanannya akan memakan banyak waktu hari ini. Dari jauh terlihat matahari mulai bersinar. Ia menekan gasnya lebih cepat melupakan segalanya demi sebuah pembalasan. 

Seorang teknisi membantu menurunkan barangnya dan memberikan beberapa berkas perjalanan. Angin mulai menderu disekitarnya ketika mesin helikopter dinyalakan.  Leonidas bergegas naik dan memasang pengaman. Helikopter beranjak naik dan semakin jauh meninggalkan bandara. Cahaya matahari menyilaukan pandangan pagi itu. Leonidas menutup matanya dan melompat terjun kedalam fikirannya sendiri.

***  


LOST IN PASTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang