MEMORY 14 : HAL SEDERHANA
Leonidas mempercepat langkahnya untuk pulang. Ia mengkhawatirkan wanita itu ketika sendirian. Ia menjadi takut kalau wanita itu kabur dan meninggalkannya. Ia membantalkan seluruh pertemuan setelah jam 3 sore dan melaju pulang ke rumah untuk memastikan keadaaan wanita itu. Ketika sampai Leonidas berjalan tergesa-gesa dan mengabaikan Harry yang menyambutnya. Ia mengetuk pintu kamar Mariana lalu membukanya. Ketika ia masuk wanita itu tak bisa ia temukan. Ia memanggil nama wanita itu sambil memeriksa seluruh ruangan. Ia tetap tak bisa menemukannya. Jantungnya berdetak semakin kencang karena cemas. Ia berlari kecil dan memanggil Harry. Rasa frustasi mulai menjalar keseluruh tubuhnya. Harry datang dengan tenang dan memberi hormat.
"Maaf tuan. Nona Mariana tidak berada dikamarnya. Ia sedang berada di taman belakang rumah. Ia merasa bosan ketika berada dikamarnya dan memintaku memperbolehkannya keluar sebentar." Harry mempersilahkan Leonidas. Leonidas merasa lega seketika namun ia merasa kesal karena harus mencemaskan wanita itu hingga membuatnya hampir gila. Leonidas melangkahkan kakinya ke taman belakang dan melihat wanita itu sedang memetik beberapa tangkai bunga dan meletakkannya di pelukannya. Ia terlihat kotor tapi sebuah senyum terukir diwajahnya. Leonidas terdiam beberapa saat ketika melihat wanita itu tersenyum. Rasa kesalnya menghilang seketika.
"Kau tidak cocok dengan bunga." Leonidas mengagetkannya. Ia tersenyum sebentar dan mengelap keringat yang mengalir dari kening dan pelipisnya. Meninggalkan sedikit jejak tanah diwajahnya yang pucat.
"Tapi aku menyukainya. Aku akan merangkainya dan meletakkannya di seluruh bagian rumahmu. Kupikir rumahmu sedikit kaku." Ia melangkah lagi dan memetik bunga lainnya. Leonidas hanya tersenyum sinis.
"Aku tidak punya waktu untuk mengurus seluruh bunga-bunga itu jika kau meletakkannya didalam." Ia berjalan mengikuti langkah wanita itu.
"Aku yang akan merawatnya. Aku yang telah merangkainya. Ketika bunganya layu aku akan menggantinya dan merangkainya lagi." Ia tersenyum senang. Mendengar jawaban itu Leonidas hanya diam mencerna kata-kata wanita itu. Sesuatu dihatinya seperti memberontak. Wanita itu tidak memikirkan apa yang diucapkannya.
"Itu seperti sebuah janji bahwa kau akan berada di sisiku selamanya." Leonidas menjawab dengan suara begitu rendah hampir tidak terdengar. Ia tidak yakin dengan perkataan wanita itu.
"Apa kau bergumam?" Mariana mendekat padanya untuk dapat mendengar lebih jelas.
"Ah.. tidak. Kalau begitu kau harus membuktikan ucapanmu. Aku tidak ingin rumahku jadi berantakan karena bunga-bunga itu." Leonidas menatapnya tajam lalu membersihkan bekas tanah yang menempel di pelipisnya. Ia tersenyum dan menggangguk tulus.
***
Mariana baru saja mengeringkan rambutnya ketika tiba-tiba Leonidas masuk dan mengagetkannya.
"Ada apa?" Mariana menatapnya heran. Leonidas membawa sebuah cardigan dan kacamata. Tanpa menunggu persetujuan wanita itu ia memakaikannya. Mariana menahannya ketika kacamatanya hendak dipakaikan. "Kita akan kemana?" Ia meminta jawaban.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOST IN PAST
Mystery / ThrillerManusia selalu mengingat semua kenangan yang menyakitkan. Meskipun seluruh usaha dilakukan untuk melupakan dan berlari, kenangan itu muncul di tengah kegelapan malam. Pada saat itu semuanya belum usai. Mariana mulai menyadari ada yang hilang dari di...