KEHILANGAN

12 5 4
                                    

MEMORY 18 : KEHILANGAN

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

MEMORY 18 : KEHILANGAN

Leonidas menatap kaca didepannya. Ia memutar keran dan mencuci tangan. Seorang pria keluar dari salah satu pintu dengan sebuah mantel besar dan kacamata hitam. Ia berjalan ke samping Leonidas dan mencuci tangannya. Tak ada pembicaraan diantara keduanya. Namun sebelum pria itu pergi, ia tersenyum sinis pada nya. Leonidas tak membalas dan hanya menyelesaikan aktivitasnya. Ia sama sekali tak menyadari pria itu memberi pesan kematian padanya. Setelah mengeringkan tangannya ia melihat jam tangannya. Ia sadar telah meninggalkan Mariana cukup lama. Semoga wanita itu tidak merasa khawatir karena menunggunya.

Restoran itu masih terlihat ramai ketika ia keluar. Leonidas mempecepat langkahnya untuk kembali. Langkahnya tiba-tiba berhenti setelah keluar dari lorong restoran. Ia terkejut mendapati wanita itu tak duduk ditempatnya. Kecemasan menghampirinya. Ia memperhatikan seluruh ruang restoran. Wanita itu tak ada sama sekali. Otaknya berputar cepat memikirkan beberapa kemungkinan. Ia berbalik dan berlari menuju toilet wanita. Tanpa berpikir panjang ia masuk kedalam. Beberapa wanita terkejut melihatnya. Ia tak peduli tatapan orang disekitarnya. Ia memanggil Mariana dan memeriksa seluruh toilet. Kepanikan melandanya. Mariana tak ditemukan dimanapun. Ia berlari keluar dan menghampiri meja makan mereka. Makanan telah terhidang di atasnya. Leonidas menghembuskan nafasnya keras. Ia mencoba untuk tenang dan memikirkan kemungkinan wanita itu akan pergi. Ia tak bisa bertanya ke orang lain karena Mariana adalah sanderanya. Ia memperhatikan meja mereka dengan seksama. Tak ada apapun yang aneh. Ketika ia hendak duduk dikursi Mariana. Sesuatu menghentikannya. Ia meraih gumpalan kertas dan membukanya. Hantaman keras langsung mengenai jantungnya. Ia sadar wanita itu telah dijebak oleh seseorang. Rasa frustasi memenuhinya. Ia sebisa mungkin menahan amarahnya dan memikirkan apa yang akan dilakukannya untuk menemukan wanita itu.

"Tuan, Seseorang meninggalkan memo untuk anda." Seorang pelayan berdiri didepannya sambil menyodorkan sebuah kertas. Leonidas langsung meraih nya dan membacanya.

"Kemanapun kau akan pergi bersama wanita itu. Kami akan selalu menemukanmu. Sekarang wanita itu dengan sukarela mendatangi kami demi keluarganya. Padahal kematian ada di depan matanya. Aku kasihan padamu karena akan menghadapi perpisahan untuk kedua kalinya. Tapi kali ini untuk selamanya."

Ia sadar wanita itu telah dirampas darinya. Namun hal baru mengusiknya. Jika ini akan menjadi perpisahan keduanya, dimana ia mendapatkan perpisahan pertamanya. Pening menyebar diseluruh kepalanya. Ia hampir kehilangan keseimbangannya. Dengan sekuat tenaga ia menahan tubuhnya sendiri. Ia meninggalkan beberapa lembar uang diatas meja dan melangkah cepat menuju mobilnya. Wanita itu secepatnya harus ditemukan. Ia tidak bisa menunggu orang lain untuk mencari informasi tentang dirinya 12 tahun lalu. Dendam baru muncul di dadanya. Siapapun yang telah memisahkannya dari wanita itu. Tidak pantas untuk hidup.

***

Leonidas mempersiapkan seluruh barang bawaannya. Harry hanya memperhatikannya dari luar. Ia menyadari Leonidas telah kehilangan Mariana. Pria itu terlihat sangat kacau dan terburu-buru.

"Cobalah untuk tenang Leonidas." Harry merubah cara bicaranya. Ia tak bisa bertele-tele pada pria itu. Meskipun ia memilih melayani Leonidas selama sisa hidupnya. Ia tetaplah seorang tua yang menjadi teman nya selama Leonidas di penjara. "Kembali ke Townsvillage artinya kau harus lebih kuat. Kau tidak bisa membiarkan pikiran buruk mempengaruhimu." Harry menarik tangannya untuk berhenti terlihat cemas. Leonidas menepis tangannya dan terduduk diranjangnya. Ia memegangi kepalanya mencoba tenang.

"Harry.. Uruslah seluruh pekerjaan yang kutinggalkan. Jika aku tidak kembali. Gantikan tempatku." Ia menatap Harry memohon. Rasa iba melingkupi Harry. Ia tak tega melihat pria itu jatuh ke dalam kesengsaraan. Cukuplah ia mendapatkan penderitaan dimasa lalu.

"Selamatkanlah wanita itu dan bawa ia kembali kesini." Harry menepuk pundak Leonidas menenangkannya. Harapan Leonidas tumbuh diantara rasa frustasinya. Ia meraih barang bawaannya dan melangkah pergi.

Dalam keheningan Harry meraih handphone nya dan menelepon seseorang. "Ia tak bisa bertindak sendiri. Terus awasi ia dari jauh."

***

Matahari telah lama terbenam di Townsvillage ketika ia sampai. Ia memandang sebentar kota kecil itu. Terlihat semakin berkembang ketika terakhir kali ia pergi 4 tahun yang lalu dari penjara. Tujuannya sekarang adalah kembali ke tempat ia dipenjara dan menggali lagi masa lalunya. Ia yakin semuanya akan tehubung ke Mariana. Sebuah taksi terlihat dari kejauhan. Ia melambaikan tangannya mencegat taksi yang menghampirinya. Taksi itu berhenti tepat didepannya.

"Penjara Routh." Leonidas menyandarkan tubuhnya ke kursi dan berbaring.

"Maaf tuan. Penjara Routh sedang dalam penyelidikan pihak kepolisian negara. Seluruh narapidana yang berada didalamnya diperiksa terkait perdagangan organ manusia. Jadi anda tidak bisa datang untuk membesuk." Sopir taksi itu menoleh ke arahnya. Leonidas sedikit terkejut mendengar berita itu.

"Darimana kabar itu kau dapat?" Ia mendekat untuk mendapatkan informasi.

"Berita itu dimuat melalui surat kabar beberapa minggu lalu. Setelah berita itu tersebar. Banyak orang terutama keluarga dari narapidana hendak membesuk. Tapi polisi tak mengizinkan narapidana membuat kontak dengan orang luar." Ia menyahut Leonidas.

"Kalau begitu antarkan aku ke kantor polisi Townsvillage." Leonidas membuat keputusan. Sopir itu hanya mengangguk dan melajukan mobilnya. Kota ini benar-benar telah berubah. Segalanya terasa semakin sulit di kota ini. Ketika ia harus kembali lagi kesini. Rasa sakit dimasa lalu datang bersamanya.

***

LOST IN PASTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang