IKATAN DARI SEBUAH TANDA

25 6 0
                                    

MEMORY 10 : IKATAN DARI SEBUAH TANDA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

MEMORY 10 : IKATAN DARI SEBUAH TANDA

Leonidas mempercepat langkahnya menuju rumah. Ia baru saja membeli bahan makanan dan beberapa stel pakaian serta sepatu dari minimarket untuk Mariana.  Tapi ada hal yang mengusiknya ketika disana. Polisi telah merilis foto Mariana pada media lokal. Banyak orang akan mencari keberadaan wanita itu. Ia tidak bisa melepaskannya sebelum mendapatkan kebenaran tentang bekas luka melingkar yang mereka miliki. Ia harus segera membawa wanita itu pergi dari sini secepatnya. Sebelum semuanya terlambat.

Kekhawatiran Leonidas terlihat jelas ketika ia menemui Mariana dengan keringat yang bercucuran. wanita itu sedikit mengerutkan dahi melihatnya. Ia berjalan cepat ke arah Mariana dan memberikan paperbag berisi pakaian pada wanita itu. Mariana melihat kedalam paperbag dan menatapnya semakin heran. Leonidas menghembuskan nafas kesal.

"Pakai dan kita akan pergi dari sini segera. Ketika aku kembali kau harus sudah selesai. Jika tidak aku yang akan memaksa memakaikannya." Tanpa menunggu jawaban Mariana ia pergi ke ruang lain. 

"Setidaknya dia memberi tau akan kemana." Mariana menggerutu sambil melepas kemejanya dan mengganti dengan sweater dan jeans. Kemudian ia membalutnya dengan jas sepanjang lutut. Terakhir ia memakai sepatu boot . Ia memperhatikan penampilannya dan terlihat takjub.

"Pria itu punya selera yang bagus. Bagaimana ia bisa secepat itu mengukur seluruh bagian tubuhku. Ia pantas disebut brengsek." Mariana tersenyum menatap dirinya sendiri.

"Berhenti mengumpat padaku." Leonidas datang dengan sebuah tas ditangannya. Ia meletakkan tasnya diatas ranjang dan mengitari ruang untuk membereskannya. Mariana bingung dengan tingkah laku pria itu.

"Aku akan dibawa kemana?" Ia bertanya ketika Leonidas berkemas. Leonidas berhenti sebentar.

"Seorang sandera tidak berhak bertanya apapun." Ia melanjutkan kesibukannya. Itu membuat Mariana kesal.

"Aku harus makan obatku dan membawa kucingku. Jika tidak aku akan menggila." Mariana terlihat cemas. Kali ini Leonidas terlihat marah menatap wanita itu.

"Apa lebih baik jika aku mengikat mulutmu." Ia mendekati Mariana dengan cepat. Ia mengambil sesuatu dari dalam paperbagnya. Mariana mundur beberapa langkah merasa tersudut.

"Lihat aku." Ia menarik wajah Mariana dan memasangkan sebuah kacamata hitam dan sebuah syal dilehernya. Mariana sedikit terkejut dengan tindakan pria itu. Jantungnya tiba-tiba berdegup lebih cepat. Ada perasaan aneh menyusup ke dalam hatinya. Ia mengendalikan perasaannya dan menatap balik pria itu dari balik kacamatanya. Pancaran mata itu malah membuat perasaannya tidak karuan.  Ia memperbaiki letak kacamatanya untuk menghilangkan kegugupannya sendiri.

"Ikuti aku." Leonidas mengambil tas dan menarik tangannya. Ia hanya diam mengikuti langkah kaki pria itu. Otaknya sedang berusaha menerjemahkan perasaan baru yang tumbuh didalam hatinya.

Leonidas membuka garasi dan menyalakan mesin mobilnya. Sore itu udara terasa semakin sejuk. Mariana menenggelamkan tangannya kesaku jas dan menunggu pria itu. Meskipun ia mendapatkan kesempatan untuk kabur ia tidak akan melakukannya lagi. Toh seluruh orang ingin membunuhnya pada akhirnya. Setidaknya dengan pria itu ia mendapat perlakuan sedikit lebih baik sebelum dibunuh. Leonidas berhenti tepat didepan ia berdiri. Ia keluar dan menarik Mariana untuk masuk. Raut wajah Mariana terlihat sedikit cemas.

"Aku belum pernah pergi ketempat yang sangat jauh." Mariana membuka suaranya ketika Leonidas masuk. Wajahnya terlihat pucat.

"Kalau begitu ini perjalanan perdanamu." Ia menekan gas melajukan mobilnya. Beberapa daun berterbangan menyampaikan salam perpisahan.

***

Leonidas berbelok kesebuah bandara kecil. Mariana mendekatkan wajahnya pada jendela mobil. Sebuah helikopter terparkir disana. Ia tertarik dan sedikit takut melihat pemandangan baru didepan matanya.

"Apa kita akan naik itu?" Mariana sedikit merasa khawatir. Ia berbalik menatap Leonidas menunggu jawaban. Leonidas hanya diam memperhatikan jalan didepannya. Pria itu menyebalkan. Mariana mengutuknya didalam hati. Tidak berapa Leonidas mengerem mobilnya tidak jauh dari helikopter. Pilot dari helikopter itu turun dan melambaikan tangan pada Leonidas. Ia turun dari mobil dan membuat beberapa kesepakatan pada pilot helikopter itu. Lalu kemudian berbalik dan menyuruh Mariana keluar. Mariana sedikit gugup dengan situasi baru didepanya. Ia memberi senyum sedikit kaku kepada sang pilot. Leonidas yang melihat kekakuannya mengambil alih dan mengajak mereka untuk segera berangkat.

Mariana masih melangkah dengan kekhawatirannya. Ia benar-benar belum pernah melalui ini sebelumnya. Leonidas sedikit frustasi melihat sikapnya. Ia menarik tangannya dan menggenggamnya untuk meyakinkan. Ia membantu Mariana untuk naik dan mendudukkannya di kursi penumpang. Gerakannya cekatan memasang pengaman pada wanita itu. Kemudian ia duduk disampingnya dan memasang pengaman untuk dirinya sendiri. Saat suara mesin mulai menderu dan helikopter terangkat dari tanah. Tanpa sadar ia mendekatkan tubuhnya dan menggenggam erat tangan Leonidas. Ia menutup matanya untuk menghilangkan kecemasannya. Leonidas sedikit terkejut melihat tingkahnya. Namun hal itu membuatnya sadar. Ia tidak dapat menyangkal apapun ketika ikatan itu mulai tumbuh dari keduanya. 

*** 




LOST IN PASTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang