MEMORY 19 : KODEx28
Sesuatu yang dingin mengguyur kepalaku. Mataku terbuka lebar dan aku menarik nafas dalam. Air menetes dari rambutku. Tanganku terikat kesebuah terali. Aku mengangkat kepalaku dan menatap tajam pria didepanku. Aku ingat ia adalah pria yang memberikan foto penyiksaan keluargaku. Komplotannya membekapku dari belakang ketika aku mengikutinya. Ia membalas menatapku sinis. Tak berapa lama ia memandangiku. Suara dering handphone mengalihkan perhatiannya dariku. Ia berjalan menjauh dari hadapanku.
"Ya tuan. Aku telah mendapatkan KODEx28 dan membawanya kembali ke markas penelitian. Apa yang selanjutnya harus kulakukan ?" Ia bicara dengan suara direndahkan.
"Sebelum kau membunuhnya. Berikan ia pada dokter Ken untuk dibedah. Lakukan percobaan terakhir untuk melihat perkembangan otaknya. Jika gagal ambil seluruh organ nya yang dapat dijual dan buang sisanya." Suara dibalik telepon penuh kesenangan.
"Baik tuan." Ia menutup teleponnya dan tertawa melihatku
"Kau saja tidak bisa menyelamatkan dirimu sendiri. Masih mengkhawatirkan keluargamu yang sedang sekarat." Ia menyeringai padaku. Aku sedikit terkejut mendengar ucapannya.
"Apa maksudmu?!" Aku menahan amarah meminta jawaban darinya.
"Selamat datang kembali di Townsvillage. Tempat dimana kau akan kehilangan segalanya seperti dulu. Ah.. iya aku lupa kau hilang ingatan karena percobaan yang gagal dilakukan dokter Ken." Ia menghapiriku dan menarik rambutku kebelakang hingga aku mendongak. Pria itu tertawa tepat didepan mataku. Aku menatapnya dengan amarah penuh. Aku meludahinya saat itu juga. Ia terkejut dan terdiam sesaat. Lalu sebuah tamparan bertubi-tubi menghantam wajah dan kepalaku.
"Dasar jalang. Jika bukan karena kau mendapat perlindungan dari ayahmu yang seorang polisi. Kau sudah ditemukan mati 12 tahun lalu. Tapi kesempatanmu untuk hidup akan segera berakhir. Sekarang tak ada seorangpun yang akan melindungi dan menyelamatkanmu" Ia terus menamparku hingga kepalaku terasa sangat sakit. Saat itu bayangan Leonidas muncul didepan mataku yang berkunang-kunang. Tiba-tiba aku jadi merindukannya dan berharap ia akan datang.
***
Aku menatap silau cahaya didepan mataku. Sebuah lampu bersinar terang tepat diatasku. Aku mengumpulkan seluruh tenaga ku untuk bangkit. Tapi sesuatu menahanku. Aku menoleh ke samping dan melihat tangan dan kakiku terikat. Aku menarik kuat tanganku. Aku tak dapat bergerak sedikitpun. Kecemasan mulai melandaku. Aku membenturkan kepalaku ke meja tempatku terikat. Terasa sangat sakit. Ini bukan lah mimpi yang datang dalam tidurku. Mimpi itu kini telah menjadi nyata. Nafasku mulai tak beraturan. Aku memperhatikan keseluruh ruang. Namun hanya aku sendirian diruang itu. Angin dingin berhembus melalui celah bangunan dan menerpaku. Badanku menggigil menahan dingin yang mulai menusuk tulang. Disamping kiriku sebuah alat kedokteran dengan banyak kabel tersambung pada mesinnya. Lalu beberapa perangkat bedah tersusun rapi disamping kanan kepalaku. Aku tidak dapat berpikir jernih dan mulai mempercayai pria paruh baya yang menculikku. Waktuku tidak akan lama lagi. Aku menatap pasrah ke arah cahaya yang menyinariku.Pikiranku terasa kosong dan tak mampu berpikir apa-apa lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOST IN PAST
Mystery / ThrillerManusia selalu mengingat semua kenangan yang menyakitkan. Meskipun seluruh usaha dilakukan untuk melupakan dan berlari, kenangan itu muncul di tengah kegelapan malam. Pada saat itu semuanya belum usai. Mariana mulai menyadari ada yang hilang dari di...