MEMORY 7 : GUNCANGAN
Gemuruh petir menyambar keras. Keringat dingin mengucur deras dari seluruh tubuhku. Aku menggigil menahan dingin yang menusuk tulang. Sebuah mimpi datang bersama rasa sakit malam itu. Aku berada disebuah ruang dengan banyak pisau bedah. Aku berbaring di meja operasi. Tapi aku tidak dapat bergerak sedikitpun. Aku berusaha memutar leherku dan melihat ke seluruh ruangan. Nafasku sesak seketika dan jantungku berdetak kencang. Aku melihat banyak orang mati disekelilingku dengan berlumuran darah. Aku berusaha menggerakkan tubuhku. Rasanya aku ingin pergi dari ruang itu. Aku mencoba menggerakkan tubuhku dengan kasar. Tidak berhasil. Air mata mulai mengalir dari pelupuk mataku. Aku tidak ingin berada disini. Di dalam hatiku berteriak kencang. Seseorang tolong aku! Nafasku terputus-putus dan sesuatu membekap mulutku. Mataku terbuka lebar dan dadaku terasa sangat sakit. Mimpi itu jadi nyata. Seseorang hendak membunuhku. Aku tidak mampu untuk melawan. Samar-samar aku melihat sorot matanya bersama dengan tenagaku yang mulai habis. Lalu kemudian aku jatuh dalam kegelapan.
***
Aku membuka mataku perlahan. Cahaya matahari menyilaukan pandanganku. Seluruh tubuhku terasa remuk dan sakit. Aku membuka mataku lebar. Aku terkejut melihat sekelilingku. Ini bukan kamarku. Aku melihat kondisiku. Sangat mengenaskan. Aku seperti diacak-acak. Aku mencoba bergerak. Tidak bisa. Tanganku terikat ke belakang kursi. Aku menghentakkan tubuhku dengan keras agar bisa lepas. Tanpa kusadari kaki kursi yang mengekangku patah dan aku rubuh. Ah.. sakit sekali ketika kepalaku menghantam lantai. Pening terasa diseluruh kepalaku. Aku menahan sakit dan memejamkan mata. Ini sangat menyedihkan.
Belum lama aku mengutuk diri ku sendiri. Suara langkah seseorang berjalan mendekati tempatku. Ia memutar kenop dan membuka pintu. Ia berhenti sebentar disamping pintu. Aku hanya dapat melihat kaki dan sepatunya. Ia berjalan perlahan dan berhenti tepat didepan mataku. Aku hanya diam sambil meringis.
"Ah.. masih hidup. Ku pikir kau telah mati." Ia turun berjongkok didepan wajahku. Aku tersenyum sinis.
"Jika aku sudah mati kau tidak akan mengikatku.Ha.. Ha.." Aku tertawa pahit. Sepertinya ia sedikit terkejut saat mendengar jawabanku. Ia berdiri dan berjalan beberapa langkah ke belakangku, dengan cepat ia menarik tali pengikatku hingga aku terbangun. Rasanya sakit ketika tali pengikat itu mengiris kulitku. Aku meringis seketika. Aku mengumpat didalam hati. Ia menahan kaki kursi yang patah dan merapat padaku. Jantungku berdegup kencang memikirkan penyiksaan apalagi yang akan ia lakukan padaku. Aku memalingkan wajahku. Aku dapat merasakan deru nafasnya ditelingaku. Ia begitu dekat. Tanpa diminta ia menarik wajahku mendekat ke wajahnya. Sekarang aku dan dia benar-benar saling bertatapan. Aku dapat melihat sinar matanya dengan jelas. Mata yang indah dengan pandangan yang dalam menghipnotisku. Sebelum aku terlena pada tatapannya ia mendorong kursiku jatuh kebelakang. Aku merasakan sakit berkali-kali lipat.
"Kau brengsek." Aku mengumpat padanya dengan nafas terengah-engah. Aku menatapnya tajam. Ia tertawa kecil mengejekku lalu membalas tatapanku tajam.
"Aku menyelamatkanmu sebelum aku membunuhmu. Jadi berterimakasihlah." Ia tersenyum mengejekku. Aku sama sekali tidak mengerti apa yang pria brengsek ini bicarakan.
"Jangan bicara omong kosong. Jika kau ingin membunuhku lakukan dengan cepat. Jadi aku tidak perlu bertemu denganmu." Aku menantang jawabannya. Ia sedikit kesal melihatku. Aku tersenyum menang. Ia kembali membangunkanku. Aku tidak peduli lagi apa yang mau ia lakukan padaku. Ia kembali menarik wajahku mendekat.
"Jika bukan karena ulah psikiater pendampingmu dan wanita yang tinggal bersamamu. Aku sudah membunuhmu dan membiarkanmu dimakan binatang buas di hutan itu hingga tak seorangpun yang mengetahui kematianmu." Ia menekan keras rahangku. Aku belum bisa mengerti apa yang ia katakan.
"Apa maksudmu?" Aku meminta jawaban yang jelas. Ia tertawa mengejekku.
"Kau begitu naif dan bodoh hingga tidak mengetahui mereka telah merencanakan pembunuhan untukmu sejak lama." Ia tertawa keras. Aku syok mendengar apa yang ia katakan. Ini tidak mungkin. Untuk apa mereka membunuhku. Aku tidak memiliki apapun didunia ini. Aku menghindari tatapannya dan menunduk dalam. Aku merasa sangat kecewa. Aku begitu mempercayai mereka dan melakukan apapun yang mereka perintahkan walaupun aku tidak suka. Ia menjatuhkan ku lagi. Tapi kali ini bukan badanku yang sakit. Sesuatu di dalam hatiku terasa sangat sakit.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
LOST IN PAST
Mystery / ThrillerManusia selalu mengingat semua kenangan yang menyakitkan. Meskipun seluruh usaha dilakukan untuk melupakan dan berlari, kenangan itu muncul di tengah kegelapan malam. Pada saat itu semuanya belum usai. Mariana mulai menyadari ada yang hilang dari di...