LUKA LAMA

43 6 0
                                    

MEMORY 8 : LUKA LAMA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

MEMORY 8 : LUKA LAMA

Siang itu. Rumah Mariana didatangi beberapa polisi. Leonidas dapat melihat situasi itu dari dalam teropongnya. Ia tertawa senang melihat kegemparan yang terjadi dirumah Mariana. Ia dapat melihat ekspresi Gretha yang sangat panik. Beberapa menit setelah polisi datang, psikiater pendampingnya datang dengan ekspresi marah. Belum lama ia menikmati pemandangan yang mengasikkan itu sebuah suara gaduh mengganggunya. 

"Apa yang dilakukan wanita itu lagi. Baru saja ia menggangguku tadi pagi!" Ia terlihat kesal. Leonidas meninggalkan pengintaiannya dan pergi keruang tempat Mariana berada. Ia membuka pintu dan melihat wanita itu menghentak-hentakkan kakinya. Pemandangan itu membuat Leonidas kesal. 

"Aku ingin buang air kecil dan minum." Mariana menatapnya memohon. Sesaat pandangan mata Mariana membuatnya luluh. Ia menepis pandangan itu dan menarik tali pengikat Mariana. Wanita itu meringis sedikit. 

" Karena aku menculikmu bukan berarti aku melayani keinginanmu." Leonidas menggeram ke arah Mariana. Mariana menatapnya tajam.

" Aku pikir penyelidikanmu terhadap orang-orang rumahku belum selesai. Jadi perlakukan aku dengan baik agar kau bisa mengetahui apa alasan mereka ingin membunuhku. Sehingga kau tidak mendapatkan penyesalan ketika membunuhku nanti." Mariana tersenyum sinis padanya. Wanita itu sangat menyebalkan. Tapi apa yang dikatannya memang benar. Leonidas melepaskan ikatan Mariana. Terlihat tangan wanita terluka karena perbuatannya. Tapi itu tidak sama dengan penyiksaan yang dulu diberikannya pada Leonidas ketika digiring ke penjara.

Mariana meringis menahan sakit. Ia memegangi pergelangan tangannya. Leonidas melempar botol air padanya. Mariana mengambilnya dan meneguknya dengan cepat. Ia merasa sangat haus. Sebelum Mariana menghabiskan airnya, Leonidas merampasnya dan membuangnya. 

"Cepat selesaikan urusanmu." Leonidas mendorongnya kekamar mandi. Mariana mengumpat berkali-kali didalam hati. Ia merasa sangat kesal.

"Aku butuh privasi!" Mariana menatap Leonidas kesal. Leonidas mengalah dan mundur keluar dari kamar mandi. Mariana membanting pintu kamar mandi dengan sangat keras tepat didepan Leonidas. ia mengepalkan tangannya kuat menahan emosi.

Mariana mengitari kamar mandi dan melihat ventilasi yang cukup besar. Ia telah merencanakan kabur dari pria brengsek itu. Ia harus kembali ke orangtuanya untuk mendapatkan penjelasan kenapa banyak orang ingin membunuhnya. Mariana naik ke atas closet dan memanjat ventilasi. Cukup sulit namun akhirnya ia dapat keluar dari ventilasi itu. Ketika hendak melompat kakinya tersangkut dan ia terjatuh. Ia meringis sebentar kemudian bangkit dan berlari. Leonidas yang mendengar suara gaduh itu langsung membuka paksa pintu kamar mandi. Saat pintu terbuka Mariana tidak berada didalam kamar mandi. Ia sadar wanita itu ingin kabur darinya. Leonidas sangat marah. Ia berlari keluar rumah dan memperhatikan keseluruh penjuru. Dari jauh ia dapat melihat wanita itu berlari terengah-engah kearah hutan. Kemarahan meletup-letup didadanya. Leonidas dengan cepat mengejarnya. Mariana melihat Leonidas semakin mendekat. Ia menjadi sangat panik. Tanpa sadar ia tersandung dan terjatuh. Ia mencoba bangkit dan berteriak. Sebelum ia sempat melakukannya. Leonidas menangkapnya dari belakang.

Leonidas membekap mulut Mariana dan menekan leher Mariana kuat. " Kau akan menyesal telah melakukan ini!" Leonidas menatap marah Mariana. Ketakutan mendatangi Mariana. Air mata mulai mengalir dari kedua matanya.  Leonidas mengeluarkan sebuah sapu tangan untuk membekap mulut Mariana dan seutas tali untuk mengikat tangannya. Ia kemudian mengangkat Mariana ke pundaknya dan menatap lurus kedepan tanpa memperdulikan sakit yang dirasakan wanita itu.

Leonidas membanting Mariana ke lantai. Tubuh wanita itu remuk seketika dan hampir kehilangan kesadaran. Kemarahan Leonidas telah menutupi mata hatinya. Ia tidak peduli lagi tentang penyelidikannya ataupun nasib wanita itu.

"Aku tidak peduli lagi tentang dirimu. Kesalahan fatal yang kuperbuat adalah membiarkanmu tetap hidup!" Leonidas menggeram marah dan mengeluarkan pisau dari sakunya. Air mata semakin deras mengalir dari wanita itu. Beginikah akhir dari hidupnya. Tidak dapatkah ia merasakan kebahagiaan sedikitpun. ia menyalahkan takdirnya.

"Apa sebaiknya aku menyiksamu dulu sebelum menikammu." Leonidas merobek sweater wanita itu dengan pisau ditangannya. Mariana tidak sanggup melawannya. Laki-laki itu menahan tubuhnya. ia memohon dengan tatapannya yang penuh dengan air mata. Tapi hal itu sama sekali tidak mempengaruhi Leonidas. Ia telah buta terhadap rasa simpati. Mariana mencoba melawan ketika Leonidas hendak menelanjanginya. Ia benar-benar merasa sangat malu dan menyedihkan. Namun ia tidak dapat berbuat banyak. Ia berusaha menutupi tubuhnya dengan tangan ketika sweaternya ditarik menjauh. Mariana menangis sejadi-jadinya. Ia menutup matanya pasrah. 

Ketika Leonidas hendak melayangkan pisaunya menikam Mariana. Luka yang melingkar dilengan atas wanita itu membuka matanya dan menyadarkannya terhadap sesuatu. Seketika pisau ditangannya jatuh ke lantai begitu saja. Ia syok dan bergerak menjauh. Air mata tiba-tiba menggenang dimatanya. Leonidas menghapusnya kasar dan berlari keluar rumah meninggalkan Mariana yang masih menangis.

***

Leonidas berlari kencang ke arah hutan untuk meredakan kesedihan yang tiba-tiba muncul. Ia berteriak ditengah hutan. Beberapa burung terbang menjauh. Dalam  kesunyian mimpi buruk itu muncul ke dalam otaknya. Ia menggenggam kuat lengan atasnya. Luka di lengan wanita itu sama dengan yang ia miliki. Ia sadar wanita itu tidak mungkin bersalah terhadap dirinya. Ia ingat ketika dipenjara. Hampir setiap hari ia disiksa karena bekas luka yang melingkar di lengan atasnya. Leonidas tidak tau apa kesalahannya karena telah memiliki luka itu. Ia selalu mengutuk luka itu sepanjang hidupnya. Namun sekarang Ia dan wanita itu mempunyai nasib yang sama-sama menyakitkan. Ia meyakini hal itu. 

Leonidas kembali kerumahnya untuk melihat Mariana. Ia sedikit merasa canggung untuk bertemu karena telah memperlakukan Mariana dengan sangat buruk. Ia menjadi merasa bersalah dan menyesal. Ketika membuka pintu. Ia dapat melihat kondisi Mariana yang menyedihkan. Ia berjalan mendekati Mariana dan menatap wanita itu. Mariana tampak tertidur dengan air mata yang masih mengalir. Wanita itu pasti sangat takut terhadap dirinya. Leonidas mengutuk dirinya sendiri. Ia memang seorang brengsek.

Leonidas mengangkat Mariana dan meletakkannya perlahan diatas ranjang. Ia membuka kemejanya dan memakaikan pada Mariana. Sekilas ia melihat luka di lengan wanita itu. Hatinya tiba-tiba sakit. Sambil merutuki kesalahan yang diperbuatnya, Leonidas berjalan ke dapur untuk mengisi air kedalam mangkuk. Ia mengambil sebuah handuk dari lemari dan membawanya menuju Mariana. Handuk itu ia basahi untuk membersihkan luka pada Mariana dan mengobatinya. Ketika ia membersihkan wajah Mariana. Kening wanita itu mengerut sesaat lalu kedamaian terpancar dari wajahnya. Leonidas merasa tenang. Ia tersenyum lega.

MAKASIH UDAH BACA SAMPAI CHAPTER INI :D/

JANGAN LUPA FOLLOW, VOTE AND COMMENT YAAA..

UNTUK CERITA SELANJUTNYA SILAHKAN FOLLOW DAN BANTU AUTHOR UNTUK MEMBUAT CERITA YANG LEBIH BAIK LAGI DENGAN KOMEN :*

Chapter Selanjutnya Leonidas dan Mariana akan belajar bekerjasama mengungkap kebenaran diantara mereka..

Model : Sasha Pivovarova ( Hak cipta gambar milik Sasha)

LOST IN PASTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang