PELANGI DI LANGIT BANGKA (KISAH RIO) 26

1.3K 27 1
                                    

Hari ini rumahku kedatangan begitu banyak saudara. Mama begitu sibuk mempersiapkan segalanya untuk menyambut para kerabat jauh yang datang untuk membantu di pesta nanti. Kak fairuz dari tadi pagi sudah pergi entah kemana.

"rio jalan yuk.. Bete nih dirumah terus.. Mana rame lagi.!"
odie mengeluh padaku.

Aku Tertawa melihat odie yang cemberut karena kesal.

"iya rio.. Kita jalan kemana kek.. Daripada dirumah kayak cewek aja.!"
tedi ikut ikutan.

Tedi anak pak cik yudi kakak dari mama. Orangnya lebih pendek sedikit dariku. Rambutnya agak ikal tapi wajahnya lumayan tampan. Sepertinya garis keturunan dari keluarga mama tak ada yang jelek.

"oke lah kalau gitu.. Tunggu sebentar aku siapkan mobil dulu.."
aku meninggalkan odie dan tedi.

Aku juga sebetulnya lagi bosan dirumah. Berisik sekali disini, para kerabat yang telah lama tak reuni membuat keadaan dirumah ini jadi tak ubahnya dengan pasar malam.

Aku menelpon koko untuk mengajaknya ikut bersama kami, aku menyuruhnya bersiap siap. Aku megeluarkan mobil dari garasi. Odie dan tedi menunggu sambil duduk di tangga teras. Aku berhenti tepat didepan teras. Odie dan tedi berdiri lalu masuk ke dalam mobil.

"kita jemput koko dulu.."
aku memberitahu odie.

"sip lah.. Yang penting kita jalan jalan.."
jawab odie sekenanya.

"rio kita kerumah teman mu yang cewek aja ya!"
tedi berharap.

Anak satu itu memang playboy. Dari awal datang sampai sekarang selalu saja cewek yang ia bahas dengan tak bosan bosan.
Aku dan odie sudah bete dari tadi mendengar ceritanya.

"ngapain juga kerumah cewek, siang siang gini kayak nggak ada kerjaan aja!"
sungut odie terdengar bosan.

"ya ampun odie.. Bagiku tak ada hari yang membosankan kalau ada wanita.. Kan wanita itu makhluk yang indah.. Tanpa wanita dunia ini akan suram..!"
tedi bagai tak perduli dengan jawaban odie. Aku tak menanggapi apa apa, semakin aku bicara pasti tedi semakin menjadi jadi.

"sok ganteng banget!"
balas odie cemberut.

"ya ampun die.. Kok sok ganteng.. Kan emang ganteng.. Tau nggak, gini gini di kampus aku punya banyak cewek loh!"
ujar tedi narsis.

"mau muntah ni yo, kamu bawa kantong plastik nggak?"
tanya odie asal.

"buka aja jendelanya die.. Muntah diluar aja."
aku ikut asal.

"kalian berdua pasti sirik sama aku kan.. Tedi penakluk wanita.."
tedi makin pede aja.

"aduh ted, nggak level banget bersaing sama kamu, lagian wajah kamu tu nggak ada apa apanya dibanding rio.. Dua puluh persen nya aja nggak nyampe.."
odie membelaku.

"oh ya.. Masa sih.. Kok aku nggak tau ya?"
tedi nyengir menyebalkan.

"ya iyalah.. Aku kan belum buta.. Biasa lah ted kalo orang nggak pede dengan wajah malah jadi narsis.. Beda yang dari asalnya udah ganteng.. Nggak neko neko..!"
odie terdengar tak sabar.

"buktinya mana.. Rio aja nggak punya pacar sampai sekarang.. Kalau aku sudah ada buktinya, tau kan sama tyas cewek yang waktu di sma dulu anak tiga ips sekarang mengejar ngejarku loh.."
promosi tedi dengan bangga.

"iya dia mengejar ngejar kamu dengan pentungan untuk membunuhmu karena tak tahan melihat muka kamu yang bikin dia mau muntah!"
balas odie dengan tega.

"sembarangan.. Dia itu naksir sama aku tau.. Bahkan dia sempat menangis di dadaku karena aku putuskan.!"
pamer tedi sumringah.

"huh.. Menangis didadamu, apa tak salah.. Paling juga ia menangis meminta kamu tak mengganggu dia lagi."
odie makin senewen.

Aku tersenyum sendiri mendengar mereka bertengkar mulut untuk hal nggak penting kayak gitu.

"si rani masih inget nggak?"
tanya tedi lagi.

"rani babu bu sulas yang suka beli sayur sama mang jono yang tiap pagi dorong gerobak di komplek itu?"
tebak odie asal.

"enak aja..bukan rani yang itu, yang aku maksud tuh, Itu si rani finalis gadis sampul yang dapat juara tiga itu.. Masa gak tau sih.."
tedi jadi tak sabar.

"emangnya kenapa dia?"
tanya odie tak berselera seolah tau akan kemana arah pembicaraan tedi.

"nah kamu pasti tak percaya kalau ia pernah menelponku.."
mata tedi berbinar binar.

"ada keperluan apa dia telpon kamu, lagian masa sih dia mau menghabiskan pulsa hanya untuk hal hal tak berguna seperti itu!"
tikam odie tanpa perasaan.

Tapi dasar terlalu pede bukannya tersinggung malah tedi dengan bangganya melanjutkan bualannya itu.

"entah darimana dia tau nomorku, aku sih curiga dia sudah lama mengincarku, soalnya nomor ku ini kan ekslusif.. Nggak banyak yang tau, kalau sampai dia bisa mendapatkan nomorku, aku yakin ia sudah menghabiskan banyak waktu untuk itu.. Bisa jadi ia sewa detektif.."
tedi tersenyum lebar.

Odie melongo seolah tak percaya dengan kata kata yang barusan ia dengar.

"sudahlah ted.. Kamu itu lagi ngigo ya.. Sadar dong.."
ujar odie sewot.

"tuh kan aku udah yakin kamu pasti iri, tapi wajar die bukan cuma kamu saja kok yang iri karena itu, banyak kok temanku yang lain reaksinya sama kayak kamu waktu aku ceritakan..."
tedi tertawa dan memandangi odie dengan tatapan kasihan.

"rani itu kan terkenal pintar, kamu jangan fitnahin dia ted, dosa tau! Kamu kan sudah tau kalau fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan."

"untuk apa sih aku fitnah, nggak banget deh.. Aku ceritakan ini sama kalian biar kalian tu termotivasi mendengarnya, apa kalian tak merasa hampa, diumur duapuluhsatu tahun belum juga punya cewek..."
tanpa beban sedikitpun tedi mengatakannya.

"apa urusannya sama kamu kalau aku sama rio belum pacaran, toh kami juga nggak ganggu kamu.. Buat apa kamu mengurusi masalah kami?"
odie jadi berang.

"ups tunggu dulu bro.. Jangan emosi, aku kan nggak ada maksud apa apa.. Cuma kasihan aja, kalian kan lumayan cakep, apa dosa kalian sampai belum dapat cewek juga?"
tanya tedi dengan wajah bloon.

Ingin rasanya aku menarik bibir tedi biar dia bisa diam walaupun cuma satu menit. Untunglah kami sampai juga dirumah koko.

Aku bergegas turun supaya tak mendengar lagi ocehan tedi. Aku berjalan ke pintu, belum sampai aku diteras koko sudah keluar duluan.

"mau jalan kemana yo?"
tanya koko sambil menghampiriku.

"kamu ada ide?"
aku balik bertanya.

"gimana kalau kita kerumah papamu aja.."
usul koko.

Aku menggaruk kepalaku. Dulu koko pernah mengajakku kerumahnya papa dan reaksiku membuat ia dan papa kaget. Namun sekarang semua keadaan sudah berbeda. Aku dan papa kini sudah dekat. Dan aku belum pernah masuk ke dalam rumahnya itu. Aku jadi teringat kalau rumah papa begitu mewah, untuk apa dia membeli rumah sebesar itu kalau ia hanya tinggal sendirian disitu. Aku menganggukan kepala.

"oke ko, boleh juga.. Kita kerumah papaku saja."
aku berbalik ke mobil. Koko ikut masuk ke dalam duduk dibelakang bersama tedi. Kulihat tedi memperhatikan wajah koko lalu gantian memandangi aku.

"kenapa?"
tanya koko risih.

"nggak cuma heran aja, wajah kalian berdua kok mirip ya..!"
tedi menggaruk kepalanya.

Koko langsung tertawa.

"emang.. Kami kan saudara.."
jawab koko bangga.

"maksudmu?"
tedi masih belum mengerti.

"rio belum cerita ya kalau aku sama dia tuh sepupu.."
jawab koko sabar.

"yang bener yo?" tanya tedi kaget.

"iya.. Kok kaget gitu?"
aku tersenyum simpul.

"tapi kok bisa ya.., kan aku tau semua keluarga kita.. Semua susur galur dari nenek moyang kita juga aku kenal.. Tapi kenapa aku baru tau kalau aku punya sepupu dia ini?"
tedi masih belum percaya.

"ya terang aja bego.. Rio kan bukan anak kandung papanya.. Udah lah males aku jelasinnya ribet..!"
odie menjelaskan.

"iya itu aku juga tau, cuma kok rasanya aku..."

"papa kandung rio itu adiknya mama koko!"
odie memotong kata kata tedi dengan tak sabar.

Tedi langsung terdiam. Aku dan koko tersenyum melihat tedi dan odie yang jadi kayak orang berantem gitu.

"ya sudah.. Dari tadi kalian berdua berdebat terus.. Mana cuaca panas, nanti malah jadi berantem beneran loh.."
aku menengahi sambil terus konsen menyetir.

Aku memutar setir berbelok ke kiri menuju jalan kearah rumah papa. Sudah dua hari papa pulang kerumahnya karena ia merasa sudah sehat.
Waktu mama koko tau aku dan om alvin sudah berbaikan, ia sangat senang hingga menangis karena terharu.
Mama koko bersyukur aku bisa bersatu lagi dengan om alvin. Aku senang sekali bisa melihat mama koko begitu bahagia.

*************

PELANGI DI LANGIT BANGKA (KISAH RIO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang