PELANGI DI LANGIT BANGKA (KISAH RIO) 16

1.7K 40 0
                                    

#20 KEDATANGAN RIAN

hari berganti hari, hingga tak terasa aku sudah naik kelas dua, mama sudah semakin lunak terhadap amalia. Hubungan antara amalia dan kak faisal sudah direstui, bahkan amalia sering main kerumah. Aku senang dengan perubahan ini.
aku pun sudah beberapa kali menulis surat pada emak, balasan dari emak sempat membuat aku meneteskan air mata, kata emak yuk yanti sudah menikah. Aku sedih tak dapat menghadiri pernikahan yuk yanti. Aku menyesal telah menunda menulis surat hingga aku tak tau tentang itu. Aku janji sama emak akan kembali lagi nantinya kalau aku sudah berhasil. Emak selalu mendoakan aku. Bagi emak aku tetaplah anaknya dan tak akan berubah hingga kapanpun. Om alvin kalau ada main ke palembang pastilah menghubungiku. Terkadang aku menginap dirumah koko kalau ada om alvin. Odie setiap liburan pasti kemari, bahkan aku sudah pergi ke baturaja, tante laras walau tak terlalu dekat denganku namun sudah ada sedikit perubahan.
Aku sedang berkumpul bersama keluarga saat bik tin memanggilku karena ada orang yang mencariku. Aku bertanya pada bik tin siapa yang mencariku tapi kata bik tin dia tak kenal. Dengan bertanya tanya aku pergi ke ruang tamu. Tak ada siapa siapa, kata bik tin tadi ada yang mencariku. Aku langsung ke beranda mungkin yang mencariku itu belum masuk. Tak mungkin koko, soalnya bik tin sudah kenal sama koko. Saat aku keluar, di depan teras ada yang berdiri memunggungiku. Ia sedang mengamati taman depan rumahku. Sepertinya aku tak asing dengan sosok itu. Namun aku ragu. Jantungku berdebar keras. Seperti menyadari ada yang berada di belakangnya. Sosok itu berbalik, melihatku, senyumnya terkembang, senyuman yang pernah begitu aku rindukan, mengisi setiap detik dan menit ruang dalam hatiku. Mataku langsung berkaca kaca.
"apa kabar rio..."
ia menyapaku dengan wajah berbinar binar. Lututku langsung lemas.
"Ri... Rian..?" aku mendesis nyaris tak percaya.
"iya rio, kamu pasti kaget kan... Aku memang sengaja mau bikin kejutan.." rian tersenyum lebar, rasanya rian semakin jangkung saja lama nggak ketemu. Lututku lunglai, hampir tak mampu bergerak mendekatinya.
"kamu.. Tau... Alamat...ku...dari... Mana?" tanyaku terpatah patah. Aku tak yakin apakah ini nyata atau sedang bermimpi.
"tak susah mencari alamatmu, aku minta sama emak.." jawab rian sambil mendekatiku.
"aku nggak disuruh masuk ya?" tanya rian.
"eh.. Iya.. Iya.. Silahkan masuk... Maaf.." aku belum bisa mengatasi perasaanku. Aku ingin berteriak rasanya. Air mataku mau jatuh, tak pernah aku bermimpi akan bertemu lagi dengan rian secepat ini. tak kusangka ia masih mengingatku. Aku fikir karena sudah hampir dua tahun ia tak lagi mengingatku. Rian melangkah memasuki rumahku. Aku mempersilahkan dia duduk.
"rumah kamu bagaikan istana yo.." desis rian sambil memandangi seisi ruangan tamu. Mama memang memakai jasa desainer interior untuk menata setiap ruangan dirumah ini.
"ini rumah mama yan, aku hanya sekedar anaknya.." jawabku singkat sambil berusaha untuk menenangkan gejolak dalam hatiku.
"kamu lagi sama siapa dirumah?"
"ada papa, mama dan kak faisal.." jawabku.
"kemana mereka?"
"lagi di taman belakang rumah, bersantai"
"kamu bagai pangeran yo, beda sekali dengan kamu yang dulu, makin cakep dan bersih.." puji rian.
"ah biasa aja kok yan, aku masih yang dulu.."
"kalau begitu kamu masih sahabatku bukan?" tembak rian membuat jantungku nyaris berhenti. Saat melihat rian, perasaanku haru biru, bagaikan kembali lagi kemasa lalu.
"yan, kita ke kamarku aja ya.." aku mengajak rian karena aku mau membicarakan sesuatu yang agak rahasia, aku tak mau sampai ada yang mendengar karena ini begitu pribadi.
"kamarmu dimana?" rian nampak tertarik langsung berdiri. Aku mengajaknya ke kamarku.
"wah... Rio kamu betul betul bagaikan pangeran.. Kamarmu bagus sekali.. Wow.. Ada komputer." seru rian sambil memegang komputerku.
"ya rian begitulah.." jawabku apa adanya. Rian sibuk berkeliling kamarku, melihat barang barang dalam kamar ini, wajahnya berbinar binar cerah. Seolah olah dia ikut senang dengan keadaanku.
"rian..." aku memanggilnya, tapi rian tak mendengar karena terlalu sibuk mengagumi koleksi miniatur yang aku punya.
"rian..." ulangku lebih keras. Rian tersentak langsung berbalik.
"iya yo ada apa?" tanya rian penasaran.
"dalam urusan apa kamu ke palembang?"
"kangen..." ujar rian sekenanya.
"yang serius yan.." desakku tak sabar.
"aku pindah kesini, sekolah disini.." jawab rian mengagetkan aku. Tiba tiba rian memelukku.
"rio aku kangen banget sama kamu.." desah rian bergetar. Aku ingin menangis mendengarnya. Pelan pelan aku melepaskan diri dari rian. Ia tercengang melihatku.
"kenapa rio?" mata rian terbeliak.
"nggak rian.." aku menarik nafas berat.
"kamu aneh sekali.."
"nggak kok rian, Cuma agak kaget aja.. aku benar benar tak membayangkan akan melihatmu hari ini...".."
"kamu sudah punya pacar?" tanya rian. Aku menggaruk kepala bingung harus menjawab pertanyaan rian, aku mlu kalau bilang belum punya, padahal aku sudah kelas dua sekarang. Akhirnya aku menjawab jujur.
"belum rian, sampai sekarang aku belum prnah mencoba yang namanya pacaran."
Sekilas senyum aku lihat berkelebat di bibir rian.
"sukurlah..." desisnya pelan sekali.
"memangnya kenapa rian?" aku jadi penasaran, aku pandangi lagi rian yang rasanya makin jangkung saja. Kulitnya masuh tetap putih seperti dulu, melihat rian rasanya membangkitkan semua kenanganku akan kampung halaman yang lama tak aku lihat. Rian banyak bercerita mengenai kampungku sejak aku tinggalkan, katanya sekarang erwan sekolah di sma satu, sedangkan dodi bapaknya meninggal dan terpaksa ikut bibinya kekampung. Aku mengusap dada menyebut asma allah, alangkah malangnya nasib dodi, semoga ia bisa menjalaninya, aku jadi semakin kangen dengan semua teman temanku. Aku benar benar melepas kangen dengan rian seharian itu, aku mengajak rian menginap dirumahku saat aku lihat sudah agak gelap, namun rian menolak dengan alasan tak enak sama saudaranya. Akhirnya aku melepaskan kepulangan rian dengan perasaan kangen yang belum sepenuhnya terobati.
"sering sering kesini yan.." Seru ku saat rian menuruni tangga teras rumahku. Rian mengangguk dan tersenyum lebar.
"kita tetap bersahabat rio, tenang saja.. Masih ada waktu.." jawab rian tetap berjalan tanpa menungguku. Aku mengantar rian hingga ke depan pintu. Ia naik ke mobilnya. Ternyata dia tak sendirian. Mungkin sopir yang mengantarnya. Aku mematung memandangi mobil rian yang menghilang di jalan raya.
Aku masuk ke kamar, mengunci pintu dan melompat gembira. Terimakasih tuhan kau bawakan lagi sahabatku yang sangat aku sayangi. Rasanya tak sabar menunggu esok hari untuk bertemu lagi dengan rian. Aku yakin akan merajut kembali hari hari kami yang telah sempat terhenti, aku akan melanjutkan kisah kami yang lalu, semalaman aku tak bisa tidur membayangkan akan bertemu lagi dengan rian. Aku akan mengajaknya jalan jalan ke tempat tempat terbaik dipalembang ini, rasanya aku bisa menatap hari esok dengan lebih optimis sejak hari ini.

PELANGI DI LANGIT BANGKA (KISAH RIO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang