#31 KEMARAHAN RIAN
Aku jadi bingung harus menjawab apa, soalnya pertanyaan papa ini agak aneh bagiku. Kenapa papa mendadak menanyakan hal ini, memang sih selama ini aku memang tak minta apa apa sama papa, soalnya aku kan baru saja berbaikan dan dekat sama papa.
"kamu tinggal bilang saja rio apa yang kamu inginkan.. papa pasti akan berusaha..."
Ulang papa lagi dengan serius.
"nggak lah pa, saat ini aku kan belum ada kebutuhan, lagian biasanya mama juga selalu mencukupi kebutuhanku, papa jangan memikirkan hal itu.."
"bukan begitu rio, papa hanya mau melakukan kewajiban papa yang selama ini papa tak ada kesempatan melakukannya, sekarang kamu sudah mau mengakui papa, apa salahnya papa memberikan sesuatu yang berarti buatmu...."
Papa agak memaksa, seolah suatu keharusan aku harus menerima tawarannya itu. Aku tau papa mungkin ingin menebus perasaan bersalahnya padaku, selama ini aku memang tak pernah merasakan kehangatan ayah kandung, saat aku bertemu dengannya aku malah sudah dewasa dan tak lucu rasanya kalau aku mau bermanja manja, meskipun kalau aku mau papa tak akan keberatan.
"kamu pikirkan saja dulu yo, papa berharap kamu mau menerima apapun yang papa berikan meskipun papa tau kamu tak membutuhkannya, hanya sekedar agar papa bisa merasakan jadi papa bagimu..."
"papa tak perlu merasa seperti itu pa, santai aja.. kalau memang papa mau berikan sesuatu sama aku, yang biasa aja pa.. "
Aku tersenyum sama papa, mungkin ia tak tau kalau aku sangat bangga sekali padanya, papa adalah benar benar papa idaman siapa saja, aku tak menyangka tuhan begitu baik memberikan papa seperti dia.
"oh ya rio, boleh kamu kenalkan pacar kamu sama papa, soalnya papa penasaran sekali perempuan mana yang sudah berhasil mencuri hati putera kesayangan papa ini."
Tanya papa sambil mengacak acak rambutku.
Aku jadi terdiam mendengarnya, apa yang harus aku jawab. Masa sih aku harus mengenalkan rian sama papa. Bisa bisa ia kena stroke mendengarnya.
"saat ini aku belum mau terlalu mikirin cewek pa, aku mau fokus ke kuliah dulu, takutnya kejadian almarhum dulu terulang lagi.."
aku mencari cari alasan. papa nampaknya percaya dengan apa yang aku bilang.
"kalau memang gitu ya nggak masalah, cuma biasanya kan cowok seumuran kamu udah pada punya pacar.."
kata papa lagi, aku hanya tersipu malu. aku takut sekali andai nanti apa tau kalau aku lebih menyukai lelaki ketimbang wanita, orang tua mana yang mau anaknya jadi seperti ini, pasti siapa saja akan memandang itu suatu ketidak wajaran.
"papa sendiri kenapa tak pacaran lagi pa..?"
aku balik bertanya, wajah papa langsung bersemu merah mendengarnya.
"nggak apa apa kalau papa memang mau pacaran lagi sah sah aja kok, aku tak akan melarang, karena itu adalah hak papa.."
ujarku sambil bercanda.
"apa kamu nggak pernah membayangkan kalau suatu hari papa dan mama mu kembali hidup bersama?"
tanya papa tiba tiba dan mengejutkan aku.
"maksud papa apa sih... jangan bercanda pa, kan mama sudah bersuami lagi.. mana mungkin balik lagi sama papa.."
"itu kan cuma andaikan aja nak.. jadi kamu tak suka kalau papa balikan lagi sama mama kamu, apakah kamu tak mau kalau keluarga kita utuh kembali..?"
tanya papa seolah ingin memancingku.
"aku cuma tak mau kalau mama sampai meninggalkan papa harlan pa, selama ini papa harlan baik banget sama aku..."
entah kenapa tiba tiba saja aku jadi kuatir, apakah yang papa katakan tadi itu serius, aku tak mau kalau sampai mama membuat masalah lagi.
"jangan terlalu serius gitu rio,papa kan hanya sekedar bercanda saja..."
papa tersenyum kecut.
"pa tolong jangan macam macam, jangan sampai aku membenci papa lagi..."
aku mengultimatum papa.
"iya papa kan udah bilang kalau papa hanya bercanda aja.. kenapa sih kamu ini rio, gitu aja kamu anggap serius"
papa mulai panik.
"kalau begitu aku mau pulang dulu pa.. kepalaku jadi pusing.."
aku berbalik meninggalkan papa tanpa menunggu jawaban darinya. kata kata papa tadi telah membuat aku kehilangan hasrat untuk bicara lebih lama, karena aku merasa ada sesuatu yang sedang direncanakan sama papa. entah itu apa aku belum berani berspekulasi, apa yang ada di pikiranku terlalu mengkhawatirkan.
"rio tunggu dulu dong, kenapa sih kamu... kan papa udah jelaskan..!"
papa setengah berteriak mengejarku. aku mempercepat jalanku lalu keluar dari rumah papa dan masuk ke mobil, tanpa menoleh lagi aku meninggalkan rumah papa.
*****************
aku masuk ke dalam rumah, bermaksud hendak langsung masuk ke kamar, namun om sebastian yang sedng duduk diruang tamu langsung mencegatku.
"eh tunggu dulu dong rio kamu mau kemana, om sudah menunggumu dari tadi, masa kamu langsung mau tidur gitu aja.. memangnya ada apa sih?"
om sebastian mencecarku.
"maaf om aku tak melihat kalau ada om disini, ada apa om kok menungguku.."
aku balik bertanya dengzn heran. om sebastian tertawa terpingkal pingkal seolah baru saja mendengar sesuatu hal yang lucu.
"loh om kok malah ketawa sih... emangnya ada yang lucu ya...?"
"tampang kamu itu serius banget yo, makanya om ketawa.. ada apa sih emangnya... cerita dong sama om, siapa tau om bisa bantu kamu cari solusi kalau memang kamu ada masalah.."
om sebastian menahan tertawanya dan menatapku dengan serius.
"kita bicara di kamarku saja om aku tak mau ada yang dengar karena masalah ini sangat rahasia..."
kataku pelan agak berbisik.
"apa itu yo..."
om sebastian mendadak serius.
aku tak menjawab langsung berjalan ke kamar, tanpa banyak tanya om sebastian mengikutiku.
"ada apa sih yo.."
tanya om sebastian saat kami berdua sudah berada dalam kamar dan aku menutup pintu.
"tadi aku kerumah papa..."
"apa sih kamu ini kok bikin bingung aja.. papa yang mana emangnya?"
om sebastian seolah tak percaya.
"ya papa kandungku lah om.. itu si om alvin.."
"maksudmu apa sih om makin nggak ngerti dengan pembicaranmu.. apa kamu mau mengatakan kalau om alvin kamu itu selama ini adalah papa kamu?"
om sebastian masih saja bersikap seolah olah aku sedang bercanda.
"suami mama yang pertama itu om alvin dan ia adalah bapak kandungku om...!"
"astaga rio benarkah itu, kok kamu baru kasih tau om sekarang, memangnya sejak kapan kamu mengetahui tentang hal itu...?"
om sebastian sampai melotot saking kagetnya.
"makanya om aku mau cerita sama om sekarang, maaf aku tak cerita selama ini karena om kan sibuk, jadi kita jarang ketemu.."
lalu aku menceritakan semua pada om sebastian tanpa ada yang terlewati termasuk pertemuan om alvin dengan mama dirumah sakit, juga pertemuan tante lina dengan papa harlan di hotel. aku sendiri heran kenapa kau bisa berada di tempat kejadian.
om alvin cuma mangut mangut namun aku tau sebenarnya ia sedang berpikir keras.
"apa mungkin kalau itu cuma kecurigaanmu saja rio.. kan tak ada anehnya kalau masing masing dari orangtuamu masih menjalin silaturahmi dengan mantan mereka.. seperti kita juga, tak semerta merta harus bermusuhan karena om sudah menikah bukan.."
om alvin mengumpamakan hubungan kami dulu sebagai contoh. namun aku tetap pada kecurigaanku ini, entah kenapa aku merasakan ada gelagat yang aneh dan tak wajar.
"nanti om akan selidiki tentang ini.. om juga tak mau kalau sampai terjadi masalah dirumah ini.. apa nanti kata kak laras..."
aku merasa ada kekuatiran dari nada bicara om sebastian.
"iya om aku juga hanya bisa berharap kalau ini hanya rasa kuatir yang tak beralasan saja... oh ya om tadi kan belum bilang ada apa menungguku..?"
"nggak ada apa apa rio om cuma kangen aja udah lama nggak sama sama.."
"tante sukma gimana kabarnya om, dia sehat sehat aja kan om..."
"syukurlah tantemu sehat dan hasil USG mengatakan kalau anak kami nanti lelaki... om jadi tak sabar rasanya menunggu.."
om sebastian tersenyum penu semangat.
"aku berharap semuanya lancar, har ini om nggak kerja..?"
"om piket malam, karena tantemu lagi kerumah ibunya jadi om putuskan kesini.. om kangen sama kamu rio.."
"kok bisa om..?"
"entahlah, om selalu memikirkan kamu beberapa hari ini..."
aku hanya tertegun mendengar kalimat yang diucapkan om sebastian, apakah om tahu kalau aku juga sebenarnya kangen saat bersama dengannya dulu. andaikan waktu bisa diulang aku ingin semua kembali seperti dulu lagi, memang hanya om sebastian yang benar benar perhatian padaku.
"om sudah makan?"
"sudah yo.. eh kita main PS yuk.."
ajak om sebastian. aku mengangguk. lalu kami berdua bermain PS, game bertarung. om sebastian cukup lihai hingga aku harus ekstra konsen. berkali kali ia berteriak karena senang berhasil mengalahkanku.
tanpa sadar aku dan om sebastian bergeser semakin dekat hingga saat aku bergerak, tanganku menyentuh pinggang om sebastian. entah kenapa rasanya tubuhku bagaikan dialiri listrik bertegangan kuat, sentuhan tadi membuat aku tergetar. tidak...! aku sudah punya rian dan om sebastian juga sudah milk tante sukma, aku tak boleh gegabah. bagaimanapun kuatnya pesona om sebastian aku harus dapat mengabaikannya.
"rio..."
suara om sebastian jadi agak bergetar.
"ya om ada apa..."
aku berusaha menjaga suaraku agar tak terdengar aneh, jangan sampai om sebastian tau kalau aku masih merasakan getaran padanya.
"om kangen saat kita dulu masih bersama..."
entah karena memang bawaannya yang selalu berterus terang atau memang om sebastian sudah lama mau mengutarakan ini padaku ia jadi blak blakan.
"kenapa bisa begitu om.. ingat tante sukma dan calon bayi om yang ada di rahimnya.."
aku bergeser agak menjauh, namun om sebastian merangkul pinggangku dengan cepat.
"mau kemana kamu rio.."
suara om sebastian jadi makin dalam dan agak serak.
"om jangan main main.. aku tak mau kalau sampai om macam macam lagi.. lepaskan aku.."
aku mencoba untuk berontak. namun om sebastian malah semakin mengetatkan pelukannya hingga membuatku kesulitan bergerak.
"om masih sayang sama kamu rio.. beri om kesempatan untuk membuktikannya.."
"tidak om.. sadarlah, kita tak ada hak untuk melakukan ini.. aku tak mau mengkhianati rian,, tolong lepaskan aku..."
"kalau om tak mau kenapa emangnya..?"
"aku akan teriak biar semua orang dirumah ini tau..."
aku mengancam om sebastian.
"teriak saja lah biar semua orang tau, kalau itu bisa membawamu kembali menyayangi om.."
nampaknya om sebastian sudah nekat dan tak perduli apa apa lagi.
"aku mohon om... jangan gila seperti ini dong, aku hanya memikirkan tante sukma aku tak tega menghianati dia om.."
aku terus berusaha untuk lepas, dulu om sebastian pernah melakukan hal ini padaku dan membuatku jadi agak trauma aku tak mau ini terulang lagi.
"jangan berpikir yang tak perlu, om tau apa yang om lakukan... apa kamu kira om bisa tenang tenang saja melihat kamu dimiliki orang lain, nggak rio... sudah cukup om bersabar selama ini jadi sekarang kamu jangan menolak lagi.. kalau bukan karena cinta tak mungkin om mau melakukan ini..."
om sebastian merunduk ke arahku dan mencium leherku dengan ganas.
"om tolong hentikan semua ini.. jangan..!"
aku mencoba menolak namun sepertinya tubuhku melawan akal sehatku sekuat daya, aku di khianati oleh nafsuku sendiri.
"om yakin kalau kamu menginginkan semua ini kan... akui saja rio tak usah malu malu.."
nafas om sebastian memburu. dengan lidahnya ia menelusuri leherku dan naik hingga ke dagu lalu kupingku. aku mengeliat dengan tak niat lagi untuk memberontak, om sebastian telah hafal setiap titik kelemahanku.
"hentikan om..."
aku mengelinjang menahan geli dan nikmat yang menyergap di seluruh tubuhku, bukannya berhenti om sebastian makin intens merangsangku tepat di titik titik rawan yang membuat aku terjebak antara keinginan untuk merasakan lebih dan keraguan untuk menghentikan.
"kamu semakin memikat rio, om benar benar mencintai kamu... om tau kamu tak bahagia dengan rian... putuskan dia..... om berjanji akan menggantinya di hatimu, karena itu memang hanya om yang berhak untuk mengisinya.."
om sebastian mendesah sambil mengangkat tubuhku seolah aku hanyalah selembar bulu yang dengan mudah bisa dia bawa.
aku dibaringkan diatas tempat tidur dengan lembut seakan akan om sebastian menganggapku sebuah bejana kristal tipis yang mudah pecah kalau diperlakukan tanpa kehati hatian.
aku sudah pasrah sekarang, aku sudah tak perduli lagi dengan apapun. yang terjadi biarlah terjadi.
perlahan om sebastian membuka baju yang ku pakai dan meloloskannya lewat kepalaku lalu ia juga meloloskan kaus dalam yang aku pakai hingga aku tinggal mengenakan celana saja. aku tak lagi berusah amelawan karena aku tau kalau semua akan sia sia belaka.
om sebastian menjilati dadaku dengan rakus tak ketinggalan kedua putingku ia cucup dengan bibirnya. lidahnya dengan lincah memainkan ujung putingku hingga terasa begitu nyamannya.
aku mendesah bagaikan kepedasan karena makan saus cabe, tanganku menarik kepala om sebastian hingga lebih menempel ke tubuhku. perlahan tapi pasti aku mulai membalas serangan om sebastian.
dengan buas aku melepaskan satu persatu kancing pakaian dinasnya yang berwarna biru tua dan melepaskannya dengan sekali sentakan saja.
segera tubuh yang kencang padat dengan bahu yang bidang terpampang didepan mataku. tak ada yang berubah dengan tubuh itu, aku kesulitan untuk menemukan gumpalan lemak di segala area. dadanya membusung padat dengan puting yang melenting. pinggangnya ramping makin membesar makin keatas dengan lengan yang berotot pada porsi yang pas hingga tak mirip binaraga. kalau urusan tubuh om sebastian jauh lebih memegang daripada rian, tante sukma adalah wanita yang sangat beruntung.
om sebastian menarik resleting dan menurunkan celanaku lalu meloloskannya melalui kedua kakiku setelah itu ia mencampakkannya begitu saja diatas lantai. aku berbaring membiarkan saja om sebastian melakukan apa yang ia inginkan terhadapku karena jujur akupun menginginkannya.
"kamu tak marah kan rio..?"
tanya om sebastian sambil mendongak menatapku sementara tangannya sibuk memainkan gundukan pada celana dalamku yang isinya sudah mengeras hampir melontar keluar lewat ban pinggang karet celana dalamku.
"aku menolak juga percuma kan om..."
jawabku sambil memejamkan mata karena jari jari om sebastian sudah meyusup ke dalam celana dalamku dan menyentuh kulit pada batangku.
perlahan om sebastian menyusuri kulit kemaluanku dengan sangat pelan memutar sampai pangkal lalu naik lagi ke batang berakhir di kepala hingga serasa di gelitik. itu membuat aku sesak menahan nafas. aku tak tahan lagi ingin yang lebih dari itu.
aku mengeliat dan mengejangkan tubuhku akibat sennsasi yang aku rasakan dari sentuhan om sebastian yang hampir membuatku gila. sepertinya om sebastian sadar benar akan hal itu. ia tersenyum dan menarik celana dalamku hingga merosot sebatas paha.
tubuh om sebastian mulai berkilap karena keringat. nafasnya agak menderu saat melihat tubuhku yang telah polos hanya ada secarik kain yang menutupi sebagian kecil pahaku.
"tubuhmu benar benar indah rio.."
bisik om sebastian parau, bagaikan seorang yang telah begitu lama merindukan benda yang sangat ia inginkan, om sebastian segera melumat daging keras satu jengkal yang terletak tepat di tengah tengah selangkanganku dengan rakusnya tanpa ada rasa jijik sedikitpun.
aku melenguh antara kaget dan nikmat, sapuan lidah om sebastian sangat lihai sekali baagaikan kuas yang menari diatas kanvas dari tangan seorang pelukis yang sudah begitu terlatih.
"omm... lebih dalam lagi..."
aku hampir seperti meratap karena nikmat yang benar benar tak tertahankan lagi, seluruh tubuhku bergetar hebat saat om sebastian menghisap dan mengulum tanpa henti dengan irama yang teratur. bibir om sebastian yang basah beradu dengan kulit kejantananku menimbulkan rasa yang tak dapat aku ungkapkan dengan kata kata.
mendengar permintanku itu malah membuat om sebastian makin beringas, ia memasukkan penisku dalam dalam ke mulutnya hingga bibirnya menyentuh pangkal batangku yang disemaki bulu tebal.
hingga beberapa menit kemudian aku merasakan ada sesuatu yang mau keluar dari dalam batangku, aku dorong kepala om sebastian perlahan hingga terlepas penisku dari mulutnya.
"ada apa rio..?"
tanya om sebastian agak heran.
"gantian om.."
jawabku langsung menegakkan badan lalu beringsut turun lebih kebawah hingga sejajar dengan pusar om sebastian. tanpa persetujuannya aku langsung membuka celananya dan menurunkan sekaligus dengan celana dalamnya secara bersamaan hingga penis om sebastian yang sudah tegang langsung mencuat keluar hampir mengenai hidungku, aku amati batang kekar berotot itu dengan nanar, batang kecoklatan yang bagaikan terong membusung dengan gagahnya seolah menantang untuk segera aku nikmati.
perlahan aku pegang, tersa hangat dan berdenyut di tanganku, batang yang berurat dan sangat indah bagiku itu tanpa ragu aku cium. aroma khas yang sangat enak langsung menyentuh pembuluh syraf di hidungku. tanpa ragu aku masukan batang kekar itu dalam mulutku perlahan hingga amblas seluruhnya.
"arrghh.. rioooo.."
om sebastian berdesis dan mengejangkan tubuhnya, aku tak perduli yang aku inginkan hanyalah merasakan setiap milimeter batang kemaluan om sebastian dalam mulutku, menikmati rasanya dan menghayati segenap perasaan yang timbul dalam hatiku. aku menginginkan semua ini lebih dari apapun.
sudah cukup selama ini aku tak bahagia menjalani hubunganku dengan rian. sekarang aku harus lebih ramah pada diri sendiri . aku memang menginginkan om sebastian, hanya dengannya lah aku merasakan dicintai, diperhatikan, diinginkan dengan sepenuh rasa, tak pernah ada kecurigaan, kasih sayang yang diberikan om sebastian padaku lebih dari cukup untuk aku bisa menyadari kalau hubungan itu bukan sekedar ego untuk memiliki namun juga di butuhkan pengertian dan kepercayaan.
aku memperlakukan om sebastian bagaikan raja yang sangat aku puja. bagaikan hamba sahaya yang setia aku melayani om sebastian penuh pengabdian. aku hanya ingin memuaskan terus menerus hingga om sebastian menyadari kalau akupun masih sangat menyayanginya. kalaupun aku harus mengakhiri hubunganku dengan rian karena ini aku rela.
aku memainkan lidahku menelusuri setiap lekuk kejantanan om sebastian, bulu bulu yang tebal dan ikal pada pangkal batangnya terkadang menggelitik hidungku namun memberikan sensasi maha dahsyat. terkadang aku menghisap sekuat kuatnya hingga seolah olah aku ingin menelan batang yang ku puja itu.
om sebastian kadang tersentak karena gerakan yang aku buat demi memberikan kepuasan pada dirinya. dengan penuh nafsu aku telan cairan yang keluar dari lobang kencingnya, seolah tak ada habisnya cairan bening agak asin itu menetes sedikit demi sedikit bagaikan obat kuaat yang menambah kekuatan bagiku untuk meneruskan talentaku dalam memuaskan om sebastian tanpa lelah.
om sebastian mencengkeram bahu ku dengan keras, entah sengaja atu tidak tapi aku yang sudah melayang diterbangkan nafsu tak merasakan sakit sedikitpun. malahan aku merasa makin terangsang hebat.
om sebastian mendorongku perlahan lalu ia berdiri. aku duduk diatas tempat tidur menunggu apa yang hendak ia lakukan. om sebastian turun dari tempat tidur dan berjalan menuju kamar mandi tak lama kemudian ia keluar dengan membawa sebotol loton dan kembali menghampiriku.
"aku ingin menyatukan tubuh kita agar om bisa merasakan kalau kamu adalah milik om seutuhnya..."
bisik om sebastian sambil menggigit daun telingaku pelan.
aku tak menjawab hanya tersenyum mengisyaratkan pada om sebastian kalau aku tak keberatan. aku berbaring mencari posisi yang paling nyaman agar om sebastian dapat melakukannya dengan leluasa. om sebastian naik ke atas tempat tidur lalu berlutut menghadapku. ia membuka tutup botol lotion lalu mengeluarkan isinya pada telapak tangannya. kemudian om sebastian melumuri kejantanannya yang masih teracung mengeras dengan lotion itu. aku berbaring diam mengamati om sebastian.
setelah meletakkan botol itu di sisi tempat tidur, om sebastian merapat padaku. ia merengangkan pahaku hingga terbuka lalu meraba kejantananku. tangannya terus menelusuri area itu hingga berakhir tepat di lubang anusku.
aku menahan nafas saat jari telunjuk om sebastian menyingkap celah dinding anusku dan memasukan jarinya itu dengan perlahan-lahan. karena jarinya sudah licin dengan lotion, tanpa harus bersusah payah jari itu menerobos masuk lubang anusku hingga habis tertelan hingga ke pangkalnya, tak puas hanya dengan satu jari, om sebastian menyelipkan lagi jari tengahnya untuk ikut masuk dalam anusku.
aku mulai merasakan anusku agak tersumpal, sedikit perih karena kuku om sebastian yang keras terasa menggores dinding dalam anusku. om sebastian memutar mutar jarinya seolah ingin meratakan mentega pada selembar roti tawar.
aku hanya bisa mengerang saat perlahan om sebastian menyatukan tubuhnya dengan tubuhku menjadi satu. aku hanya bisa merasakan seolah semua hanya terasa indah tak ada duanya. aku menyerahkan diriku utuh.
saat itulah bencana dimulai...............
entah angin apa yang membawa papa harlan masuk ke dalam kamarku, padahal biasanya ia tak pernah masuk kamarku tanpa mengetuk pintu. aku dan om sebastian hanya bisa melongo saat mendengar suara teriakan papa.
serasa kiamat duniaku detik itu juga. om sebastian mendorong tubuhku dengan kelabakan lalu menarik selimut dengan serampangan untuk menutupi tubuhnya yang bugil. aku tak dapat berkata apa apa hanya bengong seolah saat ini tak nyata, aku merasa bagai sedang bermimpi. mimpi paling buruk yang pernah datang dalam hidupku.
"APA YANG KALIAN BERDUA LAKUKAN.......!!!!!!!!"
suara papa menggelegar bagaikan mau merobek kupingku. bagaikan bisu aku dan om sebastian tak dapat menjawab, tubuhku gemetaran bagai terkena guyur air es. om sebastian menunduk namun ia masih sempat menarik tubuhku yang telanjang dan menutupinya dengan selimut.
"kalian berdua memang terkutuk, apa yang kalian lakukan dirumahku ini.. iblis kalian berdua...!"
suara papa bergetar karena kemarahan. aku mengutuk dalam hati kenapa aku bisa begini ceroboh hingga bisa lupa mengunci pintu kamar. sekarang perbuatanku dan om sebastian terbongkar hanya karena kelalaianku itu.
"ada apa pa... kok teriak teriak kayak gitu, nanti wenny bangun.."
kata kata mama terputus saat menoleh padaku dan om sebastian. mama membekap mulutnya dengan tangan menahan teriakan yang nyaris keluar.
tubuhku jadi makin lemas, aku menoleh sedikit takut pada om sebastiamn namun om sebastian tak kalah pucatnya dengan aku. kami berdua bagaikan orang yang kehilangan daya saat ini. tak ada satu katapun yang terlintas untuk membela diri. bagaikan terdakwa yang menunggu vonis kami hanya bisa menunduk dalam kebisuan.
aku mau memakai kembali bajuku namun masih ada papa dan mama sedangkan baju ku berserakan diatas lantai, kalau aku turun otomatis selimut harus aku bawa untuk menutupi tubuhku. sedangkan aku dan om sebastian berbagi selimut. aku jadi semakin seperti orang bodoh.
mama mengelengkan kepalanya seolah tak percaya. sedang papa dengan wajah memerah menatap aku dan om sebastian penuh kemurkaan. beberapa saat papa seperti hendak berbicara namun tiba tiba ia memegang dadanya, mata papa terbeliak seolah ada yang menikam dadanya dengan belati. papa menarik nafas tersengal sengal suaranya yang keluar bagaikan tercekik beberapa detik kemudian papa roboh di lantai. selanjutnya yang terdengar hanyalah jeritan mama.
aku dan om sebastian masih saja kebingungan tak tau harus bagaimana lagi. situasi kami saat itu bagaikan duduk diatas bara, mau berdiri tapi tubuh kami masih bugil, mau berpakaian tapi pakaian tergeletak jauh diatas lantai. mama masih disini membungkuk sambil menangis melihat papa pingsan.
kak fairuz dan amalia masuk kekamar seperti habis berlari.
"ada apa ma...?"
tanya amalia langsung berlutut disamping mama, ia sangat terkejut melihat papa tergeletak di lantai.
kak fairuz tak bicara ia menatapku tajam dan mengangguk. ia tahu apa yang terjadi.
"amel tolong kamu ajak mama keluar dari sini, biar aku yang mengurusi papa..jangan lupa kamu telpon ambulan"
suara kak fairuz bernada perintah.
tanpa banyak bertanya lagi amalia menarik mama perlahan agar berdiri, lalu membawa mama keluar dari kamarku.
kak fairuz menutup pintu lalu berjongkok di samping papa.
"kenakan baju kalian, tak ada waktu untuk bengong, sebentar lagi dokter datang, jangan sampai banyak yang tau perbuatan kalian."
kak fairuz bicara tanpa melihatku.
tanpa membuang banyak waktu aku turun dari tempat tidur memunguti baju dan celanaku lalu memakainya terburu buru demikian juga om sebastian. kak fairuz mengamatiku dan om sebastian sambil mengeleng gelengkan kepalanya dengan prihatin.
"bantu aku mengangkat papa..."
ujar kak fairuz setelah melihatku selesai memakai baju.
tanpa banyak bicara aku membantu kak fairuz mengangkat papa lalu membawanya ke ruang tengah dan membaringkannya diatas sofa.
ada mama duduk bersama amalia namun aku tak punya keberanian untuk mengangkat dagu sedikitpun, aku malu terhadap mama.
amalia pun sepertinya telah tau apa yang terjadi namun ia seperti kak fairuz juga tak mengatakan apa apa. mungkin amalia tak mau menambah keruh masalah.
tak menunggu lagi setelah aku membaringkan papa, aku kembali kekamar.
"apa yang harus kita lakukan rio.."
tanya om sebastian dengan panik.
"seharusnya aku yang bertanya sama om apa yang harus aku lakukan... ini salah kita, bagaimanapun sekarang sudah terlambat untuk memperbaikinya.... aku hancur sekarang.."
ujarku lemah, langkahku gontai menghampiri om sebastian
"maafkan om rio, telah membawa kamu dalam kesulitan, andai tadi om dapat menahan mungkin semua ini tak akan terjadi".
Om sebastian terdengar begitu menyesal, aku hanya dapat menarik nafas dalam. Hal ini sangat memalukan. Entah bagaimana aku dapat menghadapi hari hari ke depan dirumah ini, aku telah membuat aib bagi diriku sendiri.
Aku juga tak dapat menyalahkan om sebastian karena ini bukan salah dia sepenuhnya, andai tadi aku tak mau bisa saj aku menolaknya. Mungkin ini adalah hukuman karena aku menghianati rian.
Untuk saat ini masalah ini belum akan dibahas karena seisi rumah lagi panik mengurusi papa. Tapi setelah papa pulih aku bisa membayangkan hidupku tak akan pernah tenang lagi, aku sadar papa pasti sangat shock dengan kejadian ini. Yang satu adik kandungnya dan yang satu anak tirinya. Kami berdua sudah berbuat yang tak senonoh dirumah papa.
Kalau sampai terjadi apa apa dengan papa yang akan merasa paling bersalah tentu saja aku dan om sebastian. Kami berdua harus bersiap siap untuk mempertanggung jawabkan perbuatan kami ini.
Kalaupun nantinya papa mengusir aku dari rumah aku akan terima karena memang ini salahku sendiri.
Aku malu sekali bertemu mama, tadi saja aku tak mampu memandang wajah mama. Aku hanya membuat ia kecewa saja.
Apa yang nanti harus aku jelaskan padanya. Pada seluruh keluarga, pada tante sukma dan pada tante laras. Aku benar benar buntu. Andaikan saat ini lantai yang aku injak terbelah, mungkin aku akan masuk ke dalamnya tanpa ragu ragu.
Sekarang aku hanya bisa menunggu dan menunggu. Aku berjalan menuju jendela karena ku dengar ada suara mobil diluar. Ternyata ambulan yang akan membawa papa ke rumah sakit. Detik detik berjalan seolah makin lama. Aku takut... benar benar takut.
********************
![](https://img.wattpad.com/cover/99132592-288-k666274.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
PELANGI DI LANGIT BANGKA (KISAH RIO)
RomansaBUKAN KARANGAN GUE, CERITA YANG SANGAT BAGUS BY KANG EDMUND