PELANGI DI LANGIT BANGKA (KISAH RIO) 29

1.1K 31 2
                                    

#33 AWAN DI LANGIT BANGKA
aku menghentikan kendaraan umum yang lewat di depan rumah rizal, lalu aku minta antar ke hotel tempat tante lina menginap. ku sms kak fairuz agar ia datang menemuiku disana.

aku mau minta ditemani cari oleh oleh buat emak dan ayuk ayukku di bangka, aku sudah tak sabar lagi ingin bertemu dengan mereka, aku sudah sangat kangen. aku membayangkan nanti bagaimana pertemuan kami setelah sekian tahun tak bertemu, apakah emak masih seperti dulu. masihkah ia bikin kue, apakah ayukku semakin cantik sekarang, bagaimana rupa ponakanku anak yuk yanti. tubuhku bergetar memikirkan itu, aku sangat ingin melihat mereka.

setelah sampai didepan hotel aku turun dan membayar ongkos, aku langsung menuju ke kamar tante lina.

saat aku datang, tante lina sedang menonton tv, ia mengecilkan volume televisinya dan mengobrol denganku. tak lama kemudian kak fairuz datang bersama amalia.

tanpa menunggu lagi aku mengajak kak fairuz ke supermarket ditemani tante lina dan amalia.

tante lina banyak membantuku memilih baju yang akan kuberikan untuk mama dan ayuk ayukku, tentu saja ukurannya pun masih mengira ngira. hampir dua jam kami berkeliling membeli bermacam macam barang yang akan aku bawa bagi keluargaku di bangka.

kak fairuz dan amalia berdua mencari peralatan untuk anak mereka yang akan lahir nanti, sebenarnya kak fairuz belum mau tapi tadi waktu kami lewat di depan toko yang menjual perlengkapan bayi, amalia langsung tertarik dan mengajak kak fairuz masuk ke toko itu. aku dan tante lina meneruskan mencari barang barang lain.

tak aku sangka sangka aku dan tante lina bertemu mama di dekat rak bagian kebutuhan rumah tangga. begitu melihat aku, mama tak dapat menyembunyikan kekagetannya. serta merta ia menghampiri kami. aku tadi sudah berusaha menarik tangan tante lina agar menghindar sebelum mama sempat melihat kami, namun entah kenapa tante lina tak mau sepertinya ia memang sengaja mau mama melihat kami.


"apa yang kalian berdua lakukan disini?"

tanya mama dengan suara bergetar.

"belanja, kamu bisa liat sendiri kan, memangnya menurut kamu kenapa orang datang ke toko... mau nyuci..?"

jawab tante lina dengan tenang.

sepertinya mama semakin bertambah emosi mendengar jawaban tante lina.

"e...e.. ditanya baik baik malah kurang ajar, pantas saja kelakuan rio jadi seperti ini, aku memang sudah yakin kamu yang mempengaruhinya.. tolong ya lina kalau kamu memang benci padaku, jangan anakku yang kamu jadikan senjata untuk kamu membalaskan dendammu padaku..!"

tuduh mama tanpa berpikir, aku jadi tak enak hati sama tante lina, gara gara aku malah ia yang dijadikan kambing hitam sama mama.

"oh ya, masa sih... rasanya tak ada yang janggal dengan rio, atau kamu saja yang terlalu ketakutan hingga kamu menuduh aku macam macam.."

jawab tante lina tenang tanpa gentar sedikitpun.

"kamu memang memuakkan lina, masih punya muka kamu menunggu di sini, bang harlan sudah tak perduli lagi sama kamu, hanya perempuan tua yang tak menarik lagi, jangan kamu kira dengan kamu menunggu lama disini, kamu bisa bertemu dengan SUAMIKU, kamu jangan pernah bermimpi..!"

"benarkah itu, apa kamu yakin mega.. ah.. apa aku perduli, tentu saja tidak, aku kesini kan karena kota ini masih milik negara ini, kamu belum terlalu kaya untuk memilikinya dan melarangku masuk kesini... jadi aku rasa kamu tak perlu berlebihan, kapanpun, berapa lamapun aku mau datang kesini. itu adalah hak aku.."

tantang tante lina sinis hingga membuat mama semakin marah.

"memang tak ada yang melarang kamu datang kesini, tapi aku melarang kamu dekati keluargaku, aku punya hak melarang kamu untuk itu, kamu boleh mondar mandir kesini semaumu, tapi jangan kamu dekati rumahku, apalagi mencoba dekati anakku..!"

"loh katanya tadi kamu bilang anak dan suamimu tak akan mau mendekatiku, apa sekarang kamu sudah bisa berpikir dengan jernih, jangan pernah bicara sembarangan kalau kamu tak mau akan jadi penyesalan bagimu nantinya, aku tak pernah cari masalah dari awal, aku rasa kamulah yang terlalu paranoid..."

tante lina tersenyum mengejek.

"sudah lah ma, jangan bertengkar, ini tempat umum.. malu kalau sampai orang pada tau.."

aku menarik tangan tante lina agar mau menjauh dari mama.

mendengar aku memanggil tante lina dengan sebutan mama, agaknya mama sangat kaget sekali.

"kamu memanggil dia mama?"

ujar mama berang sambil memelototiku.

"iya, aku kayaknya lebih pantas sebagai mamanya ketimbang kamu, rio juga sudah menganggap aku mamanya, jadi tolong jangan bikin keadaan jadi sulit bagimu, kita sudah sama sama tua sekarang, tak ada lagi gunanya saling menyikut, apa kamu mau apa yang telah kamu perjuangkan selama ini hilang hanya karena kesombongamu.. jadi lebih baik kamu tinggalkan saja kami disini dengan tenang.."


"kamu pikir kamu bisa tenang setelah kamu menyakiti hatiku seperti ini.."

ancam mama kesal.

"mau melakukan apa mega, kamu mengancamku.. aku bukan perempuan bodoh seperti dulu, kamu ingat itu.. tak akan pernah dua kali kamu bisa melakukan hal yang sama padaku, kamu juga harus catat itu, jaga suami kamu baik baik.. dia dirumah sakit sekarang dan kamu berkeliaran disini.. kalau tak sanggup menjaganya kamu bilang saja.."

tante lina menatap mama dengan sinis.

"kurang ajar mulut kamu lina, jangan pernah mengurusi yang bukan urusan kamu.."

mama mengangkat tangannya seolah ingin menampar tante lina namun dengan sigap aku menangkap tangan mama sebelum sempat menyentuh pipi tante lina. tanpa bergerak untuk menepis atau menghindar tante lina terus menantang mata mama.

"sekali kamu menyakitiku lagi aku pastikan kamu akan menyesalinya seumur hidup.. pegang kata kataku ini.."

"tante lina menarik tanganku dan membawaku menjauh dari mama. aku mengikuti tante lina.

mama masih memanggilku namun aku tak indahkan sama sekali.

aku harus kuat, mama hanya ingin melihat aku jauh dari tante lina, bukan berarti mama mau memaafkan dan menerimaku. aku merasa nyaman dengan tante lina, ia sangat baik padaku. aku tak mau membuat tante lina kecewa, dia telah membelaku dalam keadaan sulitku.

didepan toko aku bertemu dengan amalia dan kak fairuz sepertinya mereka telah selesai berbelanja. kami pulang bersama sama menuju ke hotel. tante lina mengajak aku menginap di hotel. aku merasa tak enak kalau harus menolaknya, tapi aku juga harus kembali kerumah sakit untuk memastikan keadaan rian, aku ingin menghabiskan waktu bersamanya.

setelah mendengar alasanku akhirnya tante lina bisa mengerti, namun ia meminta agar aku mengijinkannya mengantarku ke bandara besok. aku tentunya sangat senang sekalikalau ia memang mau mengantar keberangkatanku ke bandara. kak fairuz dan amalia juga sangat antusias ingin ikut mengantarkanku.

rasanya sangat terharu. disaat ini masih ada yang mendukungku, aku memang butuh keluarga yang selalu mendampingiku bukan hanya ingin menuntut kesempurnaan saja dariku.

setelah berpamitan aku langsung pergi, karena kak fairuz dan amalia juga mau pulang maka mereka mengajak aku ikut dengan mereka saja langsung ke rumah sakit karena kak fairuz sekalian mau jaga papa malam ini.

kak fairuz mengantarkan amalia ke rumah, aku tak turun dari mobil karena tak mau ketahuan sama mama. tak lama kemudian kak fairuz keluar lagi dan mengajakku kerumah sakit.

kami berpisah di lorong rumah sakit, ruangan papa dan rian agak jauh karena papa diruangan vip dan rian di kamar kelas. aku tak mampu kalau menempatkan rian di vip yang mahal.

rian sedang baring waktu aku masuk, ia agak cemberut melihatku, astaga aku jadi tak tega padanya, baru sebentar saja kau takdatang ia sudah kesal, bagaimana kalau aku tinggalkan besok dan tak kembali lagi, aku tak berani membayangkannya. tapi aku tak ada jalan lain lagi. aku terpaksa melakukan ini.

"kok lama sekali perginya, aku bete nungguin dari tadi.."

langsung saja protes keluar dari mulutnya.

"iya maaf soalnya banyak urusan yang harus aku selesaikan, yang penting sekarang aku ada disini kan..."

"ya tapi kan aku bete banget nungguin kamu dari tadi, kamu sih nggak ngerasain gimana rasanya terbaring disini tak bisa kemana mana.."

"iya, aku ngerti, tapi kamu juga harus ngerti kalau aku lagi ada urusan juga.."

"kamu udah makan belum rio..?"

tanya rian sambil mencoba bergeser duduk namun nampaknya ia sangat kesusahan melakukan itu.

"masih terasa sakit ya?"

tanyaku prihatin.

"iya yo, apalagi kalau aku mau buang air, selang kateter ini sangat tak nyaman rasanya, agak mengganjal, aku kesal, pengen nyabutnya..!"

rian cemberut.

"ya sudah tahan aja, kalau di cabut nanti malah bikin kamu lebih susah buang air.."

"untung aja nggak putus ya rio, aku takut sekali kalau sampai putus, kamu pasti akan meninggalkan aku lagi kalau itu terjadi...aku akan hancur.."

rian bergidik membayangkan kemungkinan itu.

aku diam tak menjawab, aku kasihan sebenarnya sama rian, tapi kalau kami meneruskan hubungan ini, aku tak dapat menjamin kalau kami tak akan ada masalah lagi, aku takut nanti malah akan semakin parah dengan karakter kami berdua yang berbeda terlalu jauh ini. dia tak tau kalau besok tak akan pernah bertemu aku lagi. aku harus menahan rasa iba demi kebaikan kami berdua.

"rio aku pengen mencium kamu..."

rian agak berbisik. justru permintaan itu semakin membuat aku kalut, bagaimana mungkin aku menciumnya, bisa bisa rian akan semakin sakit kalau aku pergi. meski terasa berat aku menggelengkan kepala.

"tidak rian.. kita tak usah berciuman lagi, kita jadi sahabat saja seperti dulu, bukannya persahabatan itu lebih indah, tak ada kebencian serta cemburu.. kita akan lebih bisa menerima keadaan masing masing.."

"tapi kenapa rio, aku mau lebih dari seorang sahabat bagimu, aku mau kita seperti dulu, aku ingin memilikimu dan kau jadi milikku.."

rian menatapku terus hingga aku tak kuasa menatap matanya yang terlalu tajam menusuk seolah mau membaca apa yang ada dalam hatiku.

"kita sudah menjalani lebih dari sekedar sahabat dan kita gagal, aku nyaris kau bunuh dan kamu berakhir disini, realistis saja.. kita tak sefaham, aku dan kamu tak bisa saling memahami lagi sebagai kekasih, daripada nantinya akan lebih parah, anggap saja ini satu pelajaran bagi kita kalau hubungan yang tak dilandasi pengertian serta kesetiaan hanya akan menyakiti saja.."

aku memalingkan muka menghindari tatapan matanya.

"aku kira kamu mau memulai lagi denganku setelah melihat perhatianmu tadi, rupanya kamu masih berkeras meninggalkan aku, tapi kenapa yo, apa kamu sudah begitu jera padaku hingga tak mau lagi berikan kesempatan padaku, aku berjanji demi apapun kalau aku akan berubah demi kamu, demi kita...aku tak siap kalau harus kehilangan kamu, aku sangat menyayangi kamu rio.. aku sayang kamu.."

rian menangkap tanganku dan meremasnya dengan kuat seakan takut aku meninggalkannya saat ini juga.

"aku yakin kamu mampu tanpa aku, toh selama ini kamu juga tak selalu bersamaku terus, kamu bisa menjalaninya, kalau kita terus memaksakan diri yang ada kita hanya akan semakin terluka, sudahlah rian kamu harus menerimanya, jangan pernah lagi lakukan sesuatu yang bodoh,andai kali ini kamu mau bunuh aku lagi aku tak akan melawan, kamu bunuh saja asalkan kamu puas..

aku menarik tanganku dari genggaman rian, aku harus jujur dari pada semuanya akan bertambah semakin runyam, aku ingin pergi bukan sebagai kekasih rian lagi, aku akan lebih tenang.

"kamu tak kasihan padaku rio, kamu hanya memikirkan diri sendiri saja..kamu tak perduli yang aku rasakan, aku yang sakit rio, bukan kamu.. mungkin kamu akan mudah nya carikan penggantiku, tapi tidak denganku, aku bukan siapa siapa yang selalu ditaksir banyak orang, kamu yang selama ini membuat aku jadi lebih bersemangat, namum kamu juga yang akan membuat aku kehilangan semangat... kasihani aku rio, aku berjanji akan berubah, aku akan memahami apapun yang kamu lakukan... aku akan menuruti apapun kemauan kamu, aku tak akan marah tanpa sebab, aku tak akan memukuli kamu lagi, aku akan bersabar, aku juga maafkan semua kesalahan kamu, aku akan berusaha jadi yang terbaik bagimu, semua akan aku lakukan demi kamu, asal kamu mau berikan kesempatan kedua padaku, bukannya putus nyambung sudah biasa dalam suatu hubungan, tapi banyak pasangan yang berhasil melewati segala masalah antara mereka setelah adanya konflik, masa kamu mau satu hubungan yang sempurna... aku kan hanya seorang manusia yang tak bisa lepas dari khilaf, kalau kamu berjanji aka menerimaku lagi maka aku juga akan menepati janji berubah lebih baik..."

rian meratap dengan panik, aku tau kalau rian serius dengan kata katanya, aku tau ia tak bohong, api aku juga tak akan bisa mendustai perasaan kalau aku sekarang sudah merasa agak tawar padanya, aku tak mau mendustai hatiku, semuanya sudah sangat terlambat bagi kami berdua, kak fairuz pun ak akan membiarkan aku lagi pacaran dengan rian, saat ini aku masih diijinkan bertemu dengan rian adalah semata mata karena kak fairuz tau kalau besok aku tak akan bertemu rian lagi.

"kamu istirahat saja dulu, jangan paksa aku menerimamu secepat ini, jujur aku masih takut padamu, alasan aku masih mau menemui mu saat ini hanya karena aku tau kamu tak dapat berbuat macam macam lagi, kamu tak bisa berdiri, jadi aku tak merasa terancam lagi, kamu tau rian, aku sangat trauma dengan kejadian kemarin... kalau kamu berpikir kamu pasti mengerti.."

"tapi rio aku kan sudah menyesali semuanya, aku sudah minta maaf apa itu belum cukup bagimu, tolong katakan aku harus melakukan apalagi agar aku dapat memilikimu lagi, jangan buat segala harapanku hilang, sakit rasanya rio.. aku tak ada lagi semangat kalau kamu tak lagi bersamaku, kamu tega membuangku hanya karena kamu sudah ada yang lain, apa berlebihan kalau aku mempertahankan cintaku.. apa aku salah kalau aku tak ingin kamu dengan orang lain karena aku juga tak mau dengan siapapun selain kamu, apa aku harus mencium telapak kakimu agar aku dapat merasakan cintamu lagi..."

rian menangis tersedu sedu bagaikan seorang anak kecil yang kehilangan ibunya. aku mengusap airmata rian dengan jariku, aku bisa mengerti apa yang ia rasakan saat ini, aku memang jahat telah membuatnya menangis, tapi aku tak mau membuatnya terlalu merasa kehilangan besok, aku tak mau membuat dia tambah menderita karena bagaimanapun aku akan tetap meninggalkannya meskipun kami melanjutkan hubungan kami ini.

"segala sesuatu yang terpaksa itu tak baik rian, cinta satu arah hanya akan membuat kedua pihak sakit, aku tak mencintaimu lagi walaupun kamu berubah, aku sudah kehilangan rasa itu, semua orang yang baru kehilangan kekasih pasti akan bilang kalau tak ada yang lain akan membuat dia bisa mencinta, tapi hanya waktu yang dapat membuktikan kalau kata kata itu salah, pada satu hari kamu pasti akan dapatkan pengganti yang lebih baik segalanya dariku, saat itu kamu akan menyadari kalau hubungan kita memang tak bahagia dan kau akan mensyukurinya karena semua ini telah berakhir, percayalah kalau apa yang aku katakan ini benar..."


"tapi aku akan perlu waktu lama sebelum masa itu tiba, tolong katakan padaku apa yang harus aku lakukan selama aku menunggu waktu itu.. aku takut aku tak mampu menunggunya. aku takut saat melalui itu aku sudah keburu tak tahan... aku tau ini karena akulah yang paling mengerti dengan hatiku.. hanya kamu yang hatiku inginkan bukan siapapun, aku tau cinta kita janggal, tak akan ada yang setuju, namun ijinkan aku menikmatinya hanya agar aku merasakan hidupku ada artinya, agar kekurangan ini tak terlalu jadi beban hati... karena hidupku sangat berat untuk djalani, masalahku banyak... hanya kamu satu satunya semangat disaat aku jatuh terpuruk... segala bebanku jadi tak ada artinya karena aku sadar memilikimu, satu satunya yang aku inginkan dalam hatiku.. disetiap waktuku yang tak berharga.. aku sendirian disini rio, saat saat membosankan di kost membuat aku semangat karena aku tau akan ada kamu datang menemuiku walaupun aku tak tau jam berapa dan kapan, karena aku tau kamu akan menemuiku, kamu pasti tak tau setiap hari yang aku lakukan hanyalah menunggumu, hingga aku hafal dengan deru mobilmu, aku melirik jendela hampir setiap waktu sambil berharap melihat kamu datang dengan senyuman yang hanya untukku.. kamu tak menyadari jam jam yang membosankan saat aku sendirian langsung terobati hanya dengan melihat kamu datang.. jadi katakan apa yang aku lakukan kalau aku sendirian, aku takut dengan kesepian itu rio, aku takut tak mendengar deru mobilmu, aku takut kehilangan senyum yang hanya untukku itu, aku takut kalau besok besok aku tak ada lagi yang akan di tunggu, tolong katakan bagaimana aku dapat menjalani itu, aku tak sanggup..."

rian menangis sambil memelukku. aku memeluk rian hanya sekedar agar ia lebih tabah saja.

"aku yakin kamu pasti sanggup kok, yang penting kamu ada niat melupakannya itu tak akan sulit, anggap saja kamu sudah berhasil membunuhku dan saat ini aku sudah mati, jad kau tak akan terus mengingatku, kalaupun kamu mau mengingatnya, ingatlah yang buruk buruk saja agar kamu jadi hilang rasa..."


"aku mohon sekali lagi jangan keras hati rio, kamu tak akan dapat yang seperti aku lagi, hanya aku yang dapat mencintaimu sebesar ini... kamu tak akan dapat yang seperti aku lagi.."

mungkin karena saking takutnya aku pergi, rian jadi mengatakan itu.

"tak ada dua manusia yang sama sifatnya di dunia ini rian, termasuk kembar identik pun, jadi kalaupun aku mendapatkan penggantimu nantinya, aku tak akan membandingkan denganmu...aku terima segala kekurangannya, karena tak ada cinta yang sempurna, hanya kita lah yang dapat menjadikan cinta itu sempurna bagi diri sendiri dengan tak menyakiti dan keikhlasan menerima apapun kekurangan dari kekasih, selama ini aku tak mendapatkan itu... aku ingin memulai dengan yang baru dan perasaan yang lebih tenang, kalau kita mencintai seseorang artinya kita ingin orang yang kita cintai bahagia, tak perduli siapa yang akan jadi pendampingnya, dan aku tak bahagia saat menjalani cinta denganmu... kamu bukan cinta padaku tapi kamu hanya ingin memiliki ku bagi dirimu sendiri, kalau kamu cinta tak akan tega membunuh orang yang ia cintai.."

aku melepaskan pelukanku, rian malah semakin mempereratnya hingga aku kesulitan untuk menjauh, aku sudah tak sanggup lagi, kalau terlalu lama seperti ini aku pasti akan luluh karena sejujurnya aku masih menyayangi rian.

"sudah malam sekarang yan, kamu harus banyak istirahat agar cepat sembuh..."

rian menggeleng dengan airmata yang masih mengalir melalui kedua kelopak matanya. ia berbaring lagi dan memejamkan mata, aku tau ia tak tidur karena aku lihat matanya agak mengerjap meskipun terpejam. aku kasihan sekali padanya, bagaimana aku dapat menyakiti hatinya disaat dia sedang terbaring kesakitan seperti ini.

aku menarik tempat duduk agak dekat di tempat tidur, lalu aku membaringkan kepalaku disisi rian. kami berdua diam dengan pikiran masing masing, kalau saja aku menuruti kata hati pastilah saat ini aku sudah mencium rian sepuasnya. aku ingat kembali kenangan saat pertama kali aku mengenalnya, dia adalah pemuda paling tampan yang pernah aku lihat seumur hidupku waktu itu, saat mamanya membeli kue padaku, rian yang sedang memakai baju sekolah SMP melihatku dengan agak heran, mungkin dia bingung seorang anak yang dekil sepertiku masih sempat jualan kue sebelum sekolah.

hari hari yang kami lalui saaat aku mulai mengenalnya, pada awalnya aku sempat mengira kalau rian sombong, ia bergaul dengan anak anak orang kaya sama seperti dirinya juga, aku tak ada keberanian untuk menegurnya karena merasa ia tak akan mau berteman dengan anak miskin sepertiku. tapi dugaanku salah, aku malah semakin akrab dengannya. sahabatku waktu itu hanya dodi dan erwan bertambah dengan hadirnya rian.

kami bertiga, aku, rian, dan erwan jadi akrab dan sering bersama... malah mereka sering main kerumahku meskipun rumahku kecil dan hanya terbuat dari papan yang agak lapuk, saat aku harus pergi karena aku diambil mama, rian dan aku berjalan bersama disubuh hari yang sama dengan keberangkatanku ke palembang, ia menciumku di jalan setapak yang penuh ilalang tinggi saat matahari pagi terbit.

ia juga menandai aku sebagai pacarnya, sempat aku mengira kalau ia hanya main main saja, namun ia membuktikannya dengan menyusulku ke palembang, ia membuktikan kata katanya, amun ia harus kecewa karena aku sudah berhubungan dengan om sebastian, tak sampai disitu perjuangan rian, ia menerimaku dengan lapang dada saat om sebastian mencampakanku dengan menikahi tante sukma.

memang hubungan kami sering diwarnai ketegangan karena cemburunya yang terlalu berlebihan namun rian tak sekalipun menghianatiku, justru aku yang menghianatinya lagi dengan berselingkuh lagi sama om sebastian, itulah awal masalahku dimulai... aku telah dihukum atas dosaku. aku tak pantas bagi rian, aku tak setia. jalan yang terbaik hanya membiarkan dia cari yang lain yang akan menjaganya lebih baik dariku. rian pantas bahagia.

aku merasakan tangan rian membelai rambutku perlahan seolah takut aku bangun. mungkin ia mengira aku telah tertidur, aku mendengar isakan tertahan dan tangan rian yang gemetar. airmataku mengalir karena aku bisa membayangkan neraka yang aku dirikan diatas kaki rian jika besok ia terbangun dan tak melihatku lagi. mungkin ia akan mengira aku pergi sebentar lalu dia akan menungguku sedangkan itu hanya sia sia.

orang seperti apa aku ini hingga untuk mengucapkan selamat berpisah saja begitu beratnya. maafkan aku rian, semoga kamu bisa melalui semua ini, aku yakin kamu lebih kuat dari yang kamu sadari.

*********


aku tak tau kapan aku mulai tidur namun saat aku terbangun aku mendapati tangan rian masih berada di pipiku, aku melirik jam di dinding ternyata baru pukul lima pagi, rupanya aku tertidur selama tiga jam.

aku bergeser perlahan agar rian tak terganggu, ia tidur sangat pulas. aku melihat ada obat diatas meja dan infus rian kembali penuh, apakah tadi perawat masuk kesini dan pergi lagi karena kami masih tidur, aku harus menemui kak fairuz sekarang. mumpung rian masih terlelap kalau tidak ia akan tau kalau aku mau pergi. aku pandangi wajah rian yang dalam tidurnya seperti agak murung, entah mimpi apa dia sekarang, aku jadi semakin tak tega.

aku harus kuat, kalau aku iba seperti ini aku tak akan bisa pulang ke bangka. walaupun ini hanya akan membuat kami berdua sakit.

perlahan aku membungkuk menciumi bibir rian untuk yang terakhir kali. tidurlah yang nyenyak.... seoga kamu bisa melalui semua ini.. selamat tinggal kekasih. rian seperti agak bergumam waktu bibirku menyentuh bibirnya.

aku keluar dan menutup pintu pelan pelan.


************

PELANGI DI LANGIT BANGKA (KISAH RIO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang