Kalau ada kontes pemilihan perempuan yang paling bahagia di seluruh dunia, Aryani yakin dia lah pemenangnya. Hiperbolik kedengarannya, tetapi itu memang yang tengah Aryani rasakan. Ia adalah perempuan yang paling bahagia--setidaknya untuk malam ini.
Di hadapan Aryani, seorang lelaki yang sudah mengisi hatinya selama setahun ini tengah berlutut. Menggenggam telapak tangan Aryani, sembari tersenyum penuh kelembutan. Belum lagi untaian kata yang diucapkan oleh si lelaki beberapa menit yang lalu.
"Aryani, selama setahun ini kita memang tidak menjalin hubungan secara terikat. Akan tetapi, kita cukup tahu dengan perasaan masing-masing."
Aryani menggigit pipi bagian dalamnya saat menantikan kelanjutan ucapan Dimas--seseorang yang mengisi ruang hatinya.
"I just wanted to say that I love you." Dimas mengecup punggung tangan Aryani sebentar. Sukses membuat Aryani meleleh seperti es krim di gelasnya yang sudah habis separuh.
"I love you so much." Dimas mengulangi pernyataan cintanya. Membuat Aryani gemas ingin membalas, 'Love you too, Kak Dimas.'
Pernyataan cinta tadi belum seberapa. Hal itu sudah biasa diungkapkan oleh Dimas berulang kali. Meski demikian, Aryani tidak pernah bosan mendengarnya. Walau kata Andin--kakak Aryani--bahwa ungkapan cinta yang terus-menerus itu cheesy, bagi Aryani tetap menjadi sesuatu yang manis. Benar kata orang, cinta itu buta, ditambah tuli dan bisu. Akan tetapi, Aryani baru menyadari bahwa yang dikatakan Andin ada benarnya. Pernyataan cinta tadi terdengar biasa setelah pernyataan lain datang. Meluluh lantahkah semua pertahanan Aryani.
"Karena itu Aryani, kamu mau nggak menghabiskan sisa hidupmu bersamaku. Terus mengisi hari-hari kita dengan cinta dalam sebuah ikatan hati yang namanya mahligai pernikahan?"
Ijinkan Aryani meleleh. Karena nyatanya Aryani sudah meleleh semenjak tadi. Siapa juga yang tidak tersanjung jika dilamar dengan makan malam romantis, dengan lilin sebagai penerang remang-remang, juga lantunan musik romantis meski hanya diputar melalui ponsel Dimas?
Andin juga pasti akan iri dengan Aryani. Kakaknya itu kan belum pernah dilamar lagi sejak yang terakhir kali itu. Mau dilamar bagaimana, kekasih saja tidak punya.
Iya, Andin tidak punya kekasih. Itu sebabnya Aryani menggantungkan Dimas dalam hubungan tanpa status selama setahun ini. Ia hanya merasa sungkan dengan sang kakak yang sama sekali belum menunjukkan kedekatan dengan lelaki manapun setelah gagalnya pernikahan Andin dua tahun yang lalu. Dan sekarang bukan berpacaran, Aryani justru akan menikah mendahului Andin.
Rasanya sakit. Aryani jelas tidak tega mendahului sang kakak.
"Ar, kok nggak dijawab?" tanya Dimas setelah melihat perubahan ekspresi Aryani. Tadi gadis di hadapannya begitu senang menerima lamarannya. Namun, sekarang rautnya berubah masam. Tiba-tiba saja firasat buruk menyerang Dimas.
"Kamu mikirin kakak kamu lagi?"
Aryani terhenyak, tidak menyangka kalau Dimas mampu menerka apa yang dipikirkannya. Memang kepalanya transparan, hingga setiap yang dipikirkan selalu dapat dibaca oleh Dimas?
"Ar, setahun yang lalu kamu nolak aku dan membiarkan hubungan kita berjalan tanpa status karena kakak kamu. Masa, mau nikah juga?" Dimas menggerutu kesal. Kesal karena hubungannya dengan Aryani terpaksa jalan di tempat hanya karena seorang Andina Prameswari.
"Bu-bukan karena Kak Andin, Kak," Aryani mulai melakukan pembelaan. "Kan aku masih menyelesaikan skripsi. Kak Dimas juga baru selesai S2-nya. Menurut Ani ini terlalu terburu-buru," jelasnya dengan alasan yang masuk diakal.
"Karena itu aku buru-buru melamar kamu, Aryani," ungkap Dimas penuh penekanan. "Aku dapat beasiswa dari kampus untuk kuliah di Jerman. Jadi, aku niat bawa kamu ke sana."
Kedua bola mata Aryani melebar. Ia memang pernah dengar kalau Dimas mengajukan beasiswa S3-nya, tetapi tidak secepat ini. Pasalnya Dimas masih tercatat sebagai asisten dosen di Fakultas Teknik universitas tempat Aryani menuntut ilmu. "Terus kuliah Ani gimana?"
"Kita berangkat setelah kamu lulus, Ar. Lagian kamu lagi ngurus skripsi. Bentar lagi kelar," jawab Dimas seolah sudah menyiapkan segala sesuatunya. Inilah kelebihan Dimas, memiliki rencana hidup yang pasti dan matang. Membuat orang tua Aryani pun enggan menolak jika lelaki ini meminang putrinya.
"Terus Kak Andin gimana?" Aryani mencicit dengan lirih. "Dia pasti sedih kalau aku langkahi, Kak."
Seperti dugaan Dimas. Ini bukan lagi soal pendidikan Aryani yang belum tuntas, melainkan soal kakaknya. "Kakak kamu itu pasti ngerti, Ar."
"Kalau gitu Ani yang nggak mau ngerti," tukas Aryani cepat. "Ani nggak mau nikah kalau Kak Andin belum nikah."
"Kelamaan nunggunya, Aryani!"
"Kalau gitu, minimal sampai Kak Andin ketemu jodohnya."
Dimas mengerang frustasi. Dulu meminta Aryani menjadi kekasihnya sulit bukan main. Melamarnya lebih sulit lagi. Iya kalau Andin segera bertemu jodohnya, kalau tidak? Dimas dan Aryani terancam batal menikah.
Dimas bisa saja mencari perempuan lain. Yang mau dengannya banyak. Akan tetapi, pilihan hatinya sudah jatuh kepada Aryani. Dimas hanya mau Aryani.
"Andin hanya perlu ketemu jodohnya, kan?" tanya Dimas. Entah mengapa di otaknya muncul sebuah ide gila. Namun ini demi masa depan, jadi akan Dimas perjuangkan. "Aku bakal cariin jodohnya Andin."
"Maksud Kak Dimas apa?" tanya Aryani tidak mengerti.
"Kamu cukup anteng aja, Ar. Biarkan aku yang bekerja. Aku akan temuin jodohnya kakak kamu. Yang perlu kamu lakukan adalah bersiap untuk menerima lamaran resmi dari keluargaku, oke?"
Aryani tidak menyetujui ide Dimas, tetapi tidak juga membantahnya. Ia memilih diam dan terus berdoa dalam hati. Semoga saja Dimas tidak berbuat hal aneh hanya untuk menemukan jodoh Andin.
.
.
.
KkeutBaru... padahal yang lain belum kelaaar.. hehehehe... ini cuma nangkringin prolog kok... bakal lanjut kalau:
1. Bian-elis udah nyaris kelar.
2. Kalau responnya bagus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pretend
General FictionAndina Prameswari bersandiwara menjadi kekasih Gilang Galia Gamadi, jodoh yang disiapkan oleh calon adik iparnya. Setidaknya Andin harus berpura-pura menjadi kekasih Gilang sampai pernikahan adiknya terlaksana. Andin dan Gilang berperan sebagai sep...