"Masuklah," Ucap Kongpob ketika mereka berdua sampai di kamar apartemen milik Kongpob.Arthit mengedarkan pandangannya ke segala sudut. Kamar apartemen milik Kongpob ini cukup besar. Terlihat sangat nyaman dan menghangatkan, serta letaknya tidak terlalu jauh dari Kampus mereka. Semua barang-barang yang ada disini pun tertata dengan sangat rapi, dengan dominan warna hitam dan putih.
Arthit berdecak takjub.
"Kenapa?" Kata Kongpob ketika melihat Arthit yang bergumam heboh.
"Kau benar-benar tinggal di tempat yang bagus, Ai'Kongpob."
"Yah, begitulah."
"Tempat tinggal orang sepertimu... ternyata bisa senyaman ini juga ya. Aku pikir, tempat tinggalmu akan dipenuhi dengan tengkorak manusia dan sesaji-sesaji aneh," Goda Arthit.
Kongpob mengernyit "Orang sepertiku? Memangnya aku orang seperti apa?"
"Ya... sepertimu. Orang yang jarang sekali mau berdekatan dengan manusia."
Kongpob tertawa pelan sambil menggelengkan kepalanya, "Imajinasimu luar biasa liar." Katanya lagi.
"Disana dapurnya. Kau bisa memasak disana." Kata Kongpob lagi sambil menunjuk ke satu sudut rumahnya. Arthit memandangnya garang.
"Kau memerintahku seperti Tuan Muda. Memangnya aku ini apamu? Pelayanmu? Dasar!" Protes Arthit. Kongpob terkekeh pelan.
"Aku tidak bermaksud begitu. Baiklah, kalau kau tidak mau memasak, kita bisa pesan sesuatu untuk makan malam." Kata Kongpob.
"Lupakan," Arthit menghela nafas pelan. "Untuk kali ini... biarlah aku memasak untukmu." Ujarnya lagi.
Kongpob sedikit tertegun dengan kalimat Arthit, kemudian menyunggingkan senyum lebar.
Sedangkan Arthit justru sedang mengutuk dirinya sendiri dalam hati. Kenapa dia bisa selemah ini pada Kongpob. Kenapa dia bisa sepasrah ini pada lelaki itu. Arthit pun juga tidak mengerti apa yang sedang dilakukannya saat ini.
"Kau... yakin? Maksudku..." Ujar Kongpob.
"Anggap saja sebagai rasa terimakasihku."
"Terimakasih? Untuk?"
"Susu Strawberry... dan juga... buku Sherlock Holmes yang sudah kau berikan padaku."
Kongpob tersenyum lagi mendengar jawaban Arthit.
"Jangan tersenyum. Kau lebih menyeramkan saat tersenyum!" Kata Arthit lagi sambil berjalan ke dapur.
Arthit sibuk memasak ketika Kongpob asik menonton TVnya. Sekali-sekali, Kongpob mengalihkan pandangannya pada Arthit dan tersenyum geli, melihat Arthit mondar mandir di dapurnya dengan mengenakan apron biru muda miliknya.
Benar-benar sangat menggemaskan.
Kongpob bersyukur, karena akhirnya hari ini datang juga.
Hari dimana dia bisa bersama-sama dengan Arthit.
"Kongpob, kau tinggal sendirian disini?" Tanya Arthit sambil memindah masakannya dari wajan ke piring.
"Begitulah." Jawab Kongpob Singkat.
"Orang tuamu?"
"Ibuku sudah meninggal. Dan ayahku menikah lagi. Sekarang, mereka di Chiang Mai."
"Oohh.. begitu."
Arthit membawa hasil masakannya itu ke meja makan. Dia melepas apronnya dan mulai membereskan dapur.
"Makanannya sudah siap. Kau makanlah dulu, aku mau membereskan ini sebentar." Ujar Arthit.
KAMU SEDANG MEMBACA
KETIKA MATAHARI DATANG
Fanfiction"Arthit?" Arthit menghentikan langkahnya, lalu berbalik badan, "Darimana kau tau namaku?" Tanya Arthit heran. Kongpob berjalan mendekatinya. Arthit yang sedikit risih akan tatapan pria aneh itu padanya, perlahan melangkah beberapa langkah ke belak...