Arthit berdiri di depan cermin. Dia memandangi dirinya yang nampak sangat menawan malam itu, dengan kemeja putih, jas hitam dan dasi merahnya. Rambutnya dia tata rapi ke belakang dengan di beri sedikit gel. Anting diamond kesukaannya pun sudah terpasang di telinga kirinya. Benar-benar sempurna. Hari ini, pasti semua teman-teman SMAnya akan pangling padanya.
Arthit masih merapikan dasi yang di pakainya, ketika Kongpob tiba-tiba memeluk pinggangnya dari belakang. Lelaki itu menempatkan dagunya di bahu Arthit dan tersenyum sangat manis. Mereka saling memandang lewat kaca, dan saling mengungkapkan kekaguman satu sama lain.
"Kau benar-benar sangat tampan, sayang." Kongpob berkata manis sambil mengecup pelan leher Arthit. Arthit tersenyum dan membelai lembut pipi Kongpob.
"Aku kan memang selalu lebih tampan darimu, Kong." Arthit membanggakan diri. Kongpob tertawa kecil . "Lepaskan aku dulu. Biar ku rapikan dasimu."
Kongpob pun menurut. Dia melepaskan pelukannya di pinggang Arthit lalu membantu Arthit untuk menghadap ke arahnya. Arthit kembali menyunggingkan senyum tiga jarinya. Harus dia akui. Kekasihnya ini juga terlihat sangat tampan malam ini, dengan balutan kemeja merah dan jas abu-abunya. Arthit kemudian dengan lihai merapikan dasi hitam yang sedang di pakai oleh Kongpob. Dia sedikit berjinjit untuk menjangkau dan merapikan bagian belakangnya karena Kongpob memang sedikit lebih tinggi darinya. Dan untuk sentuhan akhir, Arthit menepukkan tangannya ke kedua pundak Kongpob untuk membersihkan debu yang masih menempel.
"Selesai. Kau juga sudah tampan sekarang." Kata Arthit sembari merapikan rambut Kongpob.
"Terimakasih sayang," Sebuah kecupan singkat pun di layangkan oleh Kongpob di pipi kanan Arthit, membuat lelaki manis itu menjadi tersipu malu.
"Kita berangkat sekarang ya, kita hampir terlambat. Prem dan Wad juga pasti sudah berada disana." Kata Arthit sambil menengok jam tangannya. Kongpob mengangguk mengiyakan ajakan Arthit.
Kedua lelaki itu kemudian keluar dari kamar Arthit dan turun ke lantai bawah. Di lantai bawah, Bright yang baru saja pulang dari praktek dan belum sempat membuka jas dokternya, sudah terduduk di sofa sambil sesekali melemaskan otot-otot lehernya yang terasa sangat kaku.
"P'Bright? Baru pulang?" Tanya Arthit. Bright menoleh.
"Euh, aku sangat lelah hari ini. Entah kenapa banyak sekali pasien yang datang." Ucap Bright. Arthit dan Kongpob tertawa pelan.
"Kau sudah bekerja keras P'. Oh iya, aku sudah siapkan makan malam untukmu di meja makan. Tinggal kau panaskan saja. Aku dan Kongpob akan pergi ke pesta reuni SMA ku, P'. Dan mungkin akan sampai malam juga. Kalau nanti kemalaman, biar aku menginap di apartemen Kongpob saja ya."
"Iya, terserah padamu saja. Eh, Oon..."
"Ya?"
"Engg..." Bright seperti ingin mengatakan sesuatu, tetapi dia merasa berat mengatakannya. "Jadi..." Bright masih bergumam tidak jelas.
"Hoh, P'. Ada apa? Cepat katakan. Aku sudah terlambat."
"Ng...." Bright menggaruk belakang kepalanya. "Tadi.. mereka menelponku. Dan mereka bilang, mereka... akan datang 3 hari lagi, dan menetap disini selama 2 minggu." Ucap Bright.
Arthit mengerutkan dahinya bingung. Dia memandang ke arah Kongpob yang hanya menggedikkan bahu, tanda bahwa dia juga tidak mengerti dengan apa yang sedang di bicarakan oleh Bright.
"Mereka? Mereka siapa?" Kata Arthit.
"Emm.." Bright menelan ludahnya. "Ayah dan Ibu."
Arthit langsung kehilangan senyum di wajahnya. Wajahnya sedikit memucat dan terlihat khawatir. Dia masih tidak bisa berbicara apa-apa, ketika akhirnya tangan Kongpob meraih tangan kanannya untuk sekedar menunjukkan bahwa semuanya akan baik-baik saja. Bright pun juga langsung merasa bersalah ketika melihat wajah Arthit yang kembali tidak baik karena dirinya membicarakan hal ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
KETIKA MATAHARI DATANG
Fanfiction"Arthit?" Arthit menghentikan langkahnya, lalu berbalik badan, "Darimana kau tau namaku?" Tanya Arthit heran. Kongpob berjalan mendekatinya. Arthit yang sedikit risih akan tatapan pria aneh itu padanya, perlahan melangkah beberapa langkah ke belak...