Pagi itu, Arthit terbangun dari tidurnya. Dia mengulat dan meregangkan badannya yang terasa kaku. Mengusap-usap matanya untuk menyesuaikannya dengan cahaya pagi itu. Arthit kemudian duduk di tepian ranjang. Memandang ke sekitarnya dengan bingung. Ya, ini pertama kalinya dia bangun di tempat asing. Arthit sempat lupa dimana dia berada, tetapi melihat keberadaan lelaki itu di depannya, membuatnya langsung mengingat semua hal yang terjadi semalam.
"Kau bangun pagi sekali?" Kata Arthit pada Kongpob yang sedang sibuk menyiapkan sarapan di meja makan."Jam berapa ini?"
"Jam 8 pagi. Kalau kau masih mengantuk, kau bisa tidur sebentar lagi Arthit." Kata Kongpob. Namun tawaran Kongpob itu langsung di tolak mentah-mentah olehnya.
Arthit bangkit dari tempat tidur dan berjalan ke arah jendela yang tirainya masih tertutup rapat itu. Dia kemudian mencoba membukanya, namun Kongpob terlebih dahulu menahannya.
"Arthit jangan!" Ujarnya. Membuat Arthit sedikit terkejut.
"Apa? Kenapa?" Tanyanya bingung.
"Sinar matahari... aku-,"
"Ah, benar. Aku lupa. Maaf ya." Kata Arthit yang akhirnya mengurungkan niatnya itu.
"Tidak apa-apa. Kemarilah. Aku sudah buatkan roti bakar untuk kita sarapan."
Arthit pun menurut. Dia berjalan gontai ke arah meja makan. Sesekali dia menguap dan mengusap-usap matanya dengan punggung tangannya, dengan rambut berantakan yang belum sempat dia rapikan. Persis seperti anak kecil yang baru bangun tidur.
Sangat imut.
Kongpob sedikit terkekeh melihat kelakuan Arthit.
Arthit lalu menarik salah satu kursi dan duduk disana. Dia meminum segelas susu segar yang sudah Kongpob siapkan untuknya, dan segera melahap roti bakarnya.
"Tidurmu nyenyak?" Tanya Kongpob.
"Hm, begitulah." Kata Arthit. Arthit kemudian mendelik kaget karena menyadari sesuatu.
"Ai'Kongpob..."
"Hm?"
"Apa... semalam aku... mengigau dan mimpi buruk lagi?" Tanya Arthit.
Kongpob menggeleng. "Tidak. Sama sekali tidak. Emm.. Sebenarnya... Karena kau mengatakan padaku kalau kau sering mimpi buruk, jadi semalam aku sama sekali tidak tidur untuk menjagamu. Aku takut mimpi burukmu kembali. Tapi... ternyata kau tidur dengan sangat pulas."
"Benarkah? Sebenarnya... aku juga merasa begitu. Aku sama sekali tidak merasa mimpi buruk semalam. Aneh... ini pertama kalinya mimpi buruk itu tidak datang di tidurku." Ujar Arthit keheranan.
"Kalau begitu bagus kan? Kau jadi bisa lebih tenang sekarang."
Arthit memandang Kongpob.
"Tidak mungkin alasan kenapa mimpi buruk itu tidak kembali, karena aku sedang bersama dia, kan? Kalau benar begitu alasannya... kenapa dia? Kenapa Kongpob?"
"Arthit, kau kenapa?" Tanya Kongpob membuyarkan lamunannya.
"Ah? T-Tidak... tidak apa-apa." Ujarnya. "Lalu kau, benar tidak tidur semalaman?" Tanya Arthit, yang dijawab dengan anggukan oleh Kongpob.
"Aku takut terjadi apa-apa padamu. Makanya aku begadang, untuk menjagamu."
"Siapa yang menyuruhmu begitu?"
"Tidak ada. Aku hanya ingin saja melakukannya."
"Bodoh, kau itu selalu bersikap terlalu berlebihan terhadap sesuatu. Lagipula, aku ini laki-laki, aku bisa menjaga diriku sendiri. Aku masih belum membutuhkan bodyguard atau apapun itu untuk menjagaku. Jadi kau, jangan lagi bersikap bodoh seperti itu. Kalau kau sakit, kan orang lain juga yang repot! Kau mengerti?" Arthit mencerca. Kongpob pun hanya mendengarkan ocehan Arthit tanpa membantahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
KETIKA MATAHARI DATANG
Fanfiction"Arthit?" Arthit menghentikan langkahnya, lalu berbalik badan, "Darimana kau tau namaku?" Tanya Arthit heran. Kongpob berjalan mendekatinya. Arthit yang sedikit risih akan tatapan pria aneh itu padanya, perlahan melangkah beberapa langkah ke belak...