WHO ARE YOU?

3.2K 308 15
                                    

"Hmmm... Ini enak sekali! Bakso disini memang yang paling the best!" Kata Aim sambil terus melahap makanan di depannya.

"Ai'Arthit, sering-sering saja kau menraktirku seperti ini. Hahaha..."

Tak ada respon apapun dari Arthit. Aim memandang Arthit yang masih melamun sambil memainkan mie gorengnya dengan garpu. Aim mengerutkan dahinya heran. Dia melambai-lambaikan tangannya di hadapan Arthit, namun Arthit masih juga tidak sadar dari lamunannya.

"Hia Arthit!!" Aim memukul pipi kanan Arthit.

"Auuhh!!! Ai'Aim!! Sakit tau!!"

"Habisnya kau melamun terus dari tadi! Apa yang sedang kau pikirkan?"

"Tidak ada."

Aim hanya menghela nafasnya.

Ya, selalu seperti itu.

Sedekat apapun kau dengan Arthit, dia tidak akan pernah mau membagi pikirannya denganmu. Karena Arthit memang tidak pernah mau bercerita tentang apa yang sedang dirasakannya atau dipikirkannya kepada siapapun.

SIAPAPUN.

"Terserah kau sajalah." Aim tak mau ambil pusing.

"Ai'Arthit, lebih baik kau segera makan mie mu. Mie gorengmu itu, lama-lama bisa merebonding dirinya sendiri gara-gara terlalu lama menunggumu makan."

Arthit hanya memicingkan mata heran, mendengar joke basi dari kawannya yang satu ini. Arthit hanya geleng-geleng kepala tanpa mau meladeni ocehan Aim lebih lama.

"Oh iya, Arthit, kau tau, si Kongpob Kongpob itu..." Kata Aim lagi.

Mendengar nama pria itu disebut lagi membuat Arthit kembali memusatkan perhatiannya.

"Dia itu pria yang sangat aneh, bukan begitu?" Lanjutnya. "Aku bahkan belum mendengar sedikit pun suaranya hari ini. Dia juga tidak berbicara pada siapapun ."

Arthit mengerutkan dahinya bingung. Tidak berbicara pada siapapun? Tapi dia berbicara padanya tadi. Dia bahkan menunjukkan senyum seringaian yang aneh kepadanya. Dan yang membuatnya lebih aneh lagi, Kongpob tau namanya, bahkan sebelum Arthit sempat memperkenalkan diri pada lelaki itu. Lalu... apa artinya itu?

"Dan auranya itu.... benar-benar menakutkan." Aim masih mengoceh. "Tidak ada satu pun mahasiswa disini yang beran mendekatinya. Bahkan, ada rumor bahwa si Kongpob Kongpob itu adalah pembunuh berdarah dingin, teroris atau buronan polisi yang sedang kabur dan menyamar menjadi mahasiswa. Atau yang paling buruk... ada yang menduga. Bahwa dia.... bukan manusia." Ujarnya berbisik.

"Bodoh," Ujar Arthit memukul kepala Aim. "Pikiranmu itu sudah terlalu jauh, Ai'Aim."

"Hey Arthit, asal kau tau. Yang berpikiran seperti itu bukan hanya aku saja. Tapi semua mahasiswa disini. Memangnya kau tidak merasa ada yang aneh padanya? Pakaiannya saja sudah aneh. Dan wajahnya itu... wajahnya itu pucat. Sepucat tahu. Sama sekali tidak ada aura kegembiraan di dalam dirinya. Aku penasaran, siapa dia sebenarnya."

Arthit kembali terdiam.

Siapa dia sebenarnya?

Ya, tentu saja.

"Siapa kau sebenarnya?"

"Ah, sudahlah, tak usah membahasnya. Ai'Aim, aku sudah kenyang. Aku mau kembali ke kelas duluan ya."

Arthit lalu membuka dompet coklatnya dan mengeluarkan beberapa lembar uang.

"Ai'Arthit, itu siapa? Pacarmu ya? Wuaaahh... cantik sekali. Hey, kau jahat sekali, tidak pernah menceritakannya padaku." Ujar Aim sambil menunjuk ke arah foto yang ada di dalam dompet Arthit.

KETIKA MATAHARI DATANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang