"Kau mau kemana, Ai'Oon?" Bright yang sedang bersantai di ruang TV, menyapa Arthit yang baru keluar dari kamarnya dan memakai pakaian rapi.
"Aku ada janji dengan Aim, P'. Mungkin akan pulang agak malam. Kau tidak usah menungguku untuk makan malam, aku akan makan malam dengannya juga.""Ooh, oke. Apa Aim menjemputmu?"
"Iya. Aku sedang malas menyetir. Jadi aku meminta Aim untuk menjemputku disini. Dia bilang, dia hampir sampai."
"Hmm..."
"Kalau begitu, aku pergi dulu ya P'."
"Oke, hati-hati di jalan ya Ai'Oon."
Arthit pun melangkah keluar rumahnya. Ketika dia membuka pintu depan rumahnya, dia menemukan sebuah kotak, mirip kotak sepatu berwarna biru muda. Arthit mengerutkan dahinya kebingungan. Dia celingak-celinguk melihat ke sekitar,
Tidak ada siapapun.
Arthit kemudian mengambil kotak tersebut. Dia memutar dan membolak-balikkan kotak itu, namun tidak menemukan siapa pengirimnya. Hanya saja, disitu tertulis, bahwa kotak itu di tujukan untuknya.
Tin tiiiinn...
Baru saja Arthit akan membuka kotaknya, tiba-tiba Aim sudah mengklakson mobilnya di depan rumah Arthit. Arthit melambaikan tangannya pada Aim, memberi isyarat bahwa dia akan segera keluar.
Arthit pun keluar dan menemui Aim sambil membawa kotak tersebut.
"Kau tidak menunggu lama, kan?" Tanya Aim, ketika Arthit sudah masuk ke mobilnya.
"Tidak juga,"
"Kalau begitu, kita bisa berangkat sekarang?"
"Hm, tentu."
Aim mulai memasukkan kopling mobilnya dan mengegasnya perlahan.
"Hey, itu apa Arthit?" Tanya Aim sambil menunjuk kotak yang di bawa Arthit.
"Entahlah. Aku menemukannya di depan pintu rumahku. Tidak ada nama pengirimnya, hanya saja... ada tulisannya, bahwa ini ditujukan padaku." Ujar Arthit lagi.
"Au... jangan-jangan bom!"
"Bodoh! Jangan bercanda! Kau ini! Eh, M-menurutmu.. apa isinya ya?"
"Ya mana aku tau! Buka saja kalau kau memang penasaran."
Arthit terlihat berpikir sebentar. Lalu, setelah mempertimbangkannya matang-matang, Arthit pun memutuskan untuk membukanya.
"Hey hey hey... pelan-pelan kawan. Kalau itu benar isinya Bom, kita berdua akan mati disini. Kau tau itu kan?"
"Diamlah, Aim! Kau semakin membuatku gugup!" Arthit protes.
Aim pun akhirnya memutuskan untuk diam. Membiarkan kawannya itu berurusan dengan 'hal' nya. Arthit membuka bungkusan kotak tersebut. Dan ketika membukanya, dia langsung melonjak hingga kepalanya terbentur atap mobil.
"Ahaaww.." Arthit merintih.
"Such a dummy! Kau ini kenapa Ai'Arthit? Apa yang membuatmu excited seperti itu?"
"Aim, lihat!!! Buku Sherlock Holmes!!! That was crazy!! Aku sudah mencarinya kemana-mana, tapi aku tidak bisa menemukannya! Akhirnyaaaa... aku memilikinyaaaa...!! Hahahhaa..." Arthit berkata riang.
"Kau menyukai Sherlock Holmes? Sejak kapan? Lagipula, itu hadiah dari siapa sih Arthit?"
"Ah, benar juga. Selain P'Bright, tidak ada yang tau kalau aku suka sekali dengan buku ini. Siapa yang mengirimkannya ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
KETIKA MATAHARI DATANG
Fiksi Penggemar"Arthit?" Arthit menghentikan langkahnya, lalu berbalik badan, "Darimana kau tau namaku?" Tanya Arthit heran. Kongpob berjalan mendekatinya. Arthit yang sedikit risih akan tatapan pria aneh itu padanya, perlahan melangkah beberapa langkah ke belak...