"AYAH!! BUKA PINTUNYA!!! LEPASKAN AKU AYAH!!!"
Bright yang baru sampai di depan rumahnya, terkejut mendengar teriakan itu. Dia melihat, di bawah tangga sudah ada 2 orang bodyguard yang berjaga. Dan dari lantai atas terdengar teriakan-teriakan beserta gedoran pintu bertubi-tubi, yang berasal dari kamar Arthit.
"Kalian berdua sedang apa berdiri disini?" Tanya Bright kepada 2 bodyguard tersebut.
"Kami berjaga atas perintah Tuan Besar, untuk menjaga dan mengawasi Tuan Arthit." Jawab salah satunya.
"Kalian mengurungnya di kamar? Kalian gila! Memangnya adikku itu kriminal?? Minggir!!!" Bright mendorong kedua bodyguard itu ke samping dan langsung berlari ke kamar Arthit di lantai atas. Di depan kamar Arthit pun, ada satu orang bodyguard yang sedang berjaga.
"LEPASKAN AKU!!!" Arthit masih berteriak dari dalam kamarnya sambil menggedor-gedor pintunya. Bright terperangah.
"Keluarga ini sudah gila." Kata Bright, "Hey kau, cepat buka pintunya." Perintah Bright.
"Maaf Tuan, saya tidak diperbolehkan membuka pintu kecuali untuk Tuan dan Nyonya besar."
"Maksudmu aku bahkan tidak bisa menemui adikku sendiri?"
"Maaf Tuan, tetapi ini perintah."
Bright menghela nafas berat. "Arthit! Arthit, tenanglah dan dengarkan aku." Kata Bright dari balik pintu. Arthit yang mendengar suara kakaknya, akhirnya bisa sedikit tenang.
"P'Bright... P'Bright kau disana? P' Tolong aku, P'!!" Ucapnya.
"Arthit dengarkan aku. Kau tidak perlu khawatir. Aku akan mengeluarkanmu dari sana secepatnya. Aku akan berbicara dengan ayah dan ibu, dan kau pasti akan bisa bebas secepatnya. Aku janji padamu. Tapi untuk sekarang, bersabarlah. Kau bisa melakukannya kan?"
Arthit terdiam dan tidak menjawab pertanyaan Bright. Air mata sudah membanjiri pipinya.
"Aku akan menolongmu, adikku. Aku berjanji padamu." Kata Bright.
"Tapi... Kongpob..." Arthit menjawab dengan suara parau.
"Dia baik-baik saja. Kau tidak usah mengkhawatirkannya. Kau pasti bisa bertemu dengannya lagi secepatnya. Oke? Sekarang kembalilah ke tempat tidurmu dan beristirahatlah."
"P-P'... aku takut..."
"Hey, kau takut apa? Aku kan disini. Kamar kita bersebelahan Arthit. Kau tidak perlu takut. Aku tidak akan meninggalkanmu sendirian. Kau mengerti kan?"
"Hm," Jawab Arthit singkat.
"Istirahatlah, Arthit."
Bright berjalan mundur ketika Arthit sudah tidak menjawab kata-katanya. Bright menatap pintu kamar Arthit dengan nyalang. Tangannya mengepal erat. Dia merasa geram dan nanar. Dia pandang bodyguard yang sedang berjaga di depan kamar Arthit itu, lalu segera mencengkram kuat kerah baju pria itu.
"Kalau adikku sampai kenapa-kenapa... Kau akan mati! Camkan itu!!" Bright mendorong tubuh pria itu, lalu berjalan dengan geram menuju ke kamarnya.
--00--
"Maafkan aku, Kong... aku sendiri pun... tidak bisa menemuinya secara tatap muka." Ujar Bright. Kongpob yang berada di ujung telepon mendesah pelan.
"Lalu apa yang harus kita lakukan P'?" Kata Kongpob lirih.
"Kong, saat ini... tidak ada yang bisa kita lakukan. Tapi kau tidak perlu khawatir. Aku akan membereskan semuanya."
"Caranya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
KETIKA MATAHARI DATANG
Fanfic"Arthit?" Arthit menghentikan langkahnya, lalu berbalik badan, "Darimana kau tau namaku?" Tanya Arthit heran. Kongpob berjalan mendekatinya. Arthit yang sedikit risih akan tatapan pria aneh itu padanya, perlahan melangkah beberapa langkah ke belak...