WARNING!
Mature content!
Enjoy it!
*
*
*
Kongpob sedang berdiri di depan kios minuman di kantin Kampusnya pagi itu. Seperti biasa, dia akan membelikan Arthit segelas susu strawberry untuk memulai harinya. Kongpob tersenyum kecil. Ya, kapan pun dia membayangkan wajah Arthit yang sedang meminum susu strawberry dengan sedotan itu, dia akan selalu terkikik geli. Tidak ada seorang pun yang bisa mengalahkan keimutan Arthit, ketika dia sudah berurusan dengan susu strawberry.
"Ku dengar, Arthit sudah tau semuanya." Tiba-tiba suara asing terdengar di telinga Kongpob dan menghentikan fantasinya tentang Arthit.
Kongpob menoleh. Aim berdiri di sampingnya sembari memasukkan kedua tangannya ke saku jaketnya. "Tolong satu milkshake coklatnya, bibi." Kata Aim kepada si pemilik Kios, yang di jawab dengan anggukan.
"Aku salut padamu. Aku pikir kau tidak cukup berani untuk membongkar siapa dirimu sebenarnya. Dan aku juga tidak menyangka, Arthit yang pengecut itu bisa menghadapi semua kenyataannya." Kata Aim lagi, ketika dia tidak mendapatkan respon apapun dari Kongpob.
Kongpob menghela nafas malas, "Aim, dengarkan aku ya. Aku akan membiarkanmu kali ini, karena aku masih menganggap kau adalah salah satu sahabat baik Arthit. Tapi kalau kau masih saja punya nyali untuk mencampuri urusanku dan Arthit, aku tidak akan tinggal diam. Jadi sekarang, lebih baik kau diam dan tenang di tempatmu, dan jangan melakukan apapun yang akan membuatmu menyesal nantinya. Kau mengerti itu?" Ancam Kongpob.
Aim tertawa pelan, "Aku pikir, aku memang tidak bisa mengalahkan Arthit. Bahkan setelah semua yang ku lakukan, tidak bisa membuatmu untuk berubah pikiran dan berpaling darinya."
"Susu strawberrynya sudah siap, N'Kongpob." Ujar si pemilik Kios sambil mengulurkan segelas susu strawberry pada Kongpob. Kongpob tersenyum, mengucapkan terimakasih, kemudian memberikan selembar uang kepada si pemilik Kios. Kongpob pun segera menjinjing susu strawberrynya dan ingin bergegas pergi dari sana.
"Akan ku anggap, kejadian di apartemenku waktu itu, tidak pernah terjadi." Kata Kongpob yang kemudian berjalan pergi. Namun, lagi-lagi kalimat Aim saat itu menahannya.
"Tapi aku belum ingin menyerah, Kongpob." Kata Aim. Kongpob terdiam di tempatnya sambil menatap nyalang ke tanah. Aim menyeringai sambil mendekati Kongpob."Aku belum ingin menyerah." Bisik Aim di telinga Kongpob. "Ini pertama kalinya aku jatuh cinta, and there's no way I let you go easily. Arthit mungkin memang sahabatku... tapi aku tak akan menyerahkan cintaku padanya. Dia lah yang sudah merebutmu dariku. Aku yang lebih dulu jatuh cinta padamu, Kongpob! Tapi kenapa malah Arthit yang mendapatkanmu??!! Tidak adil!!" Ucap Aim bergetar.
"Apa maksudmu, Aim?"
"Aku akan merebutmu dari Arthit. Aku akan pastikan kau menjadi milikku." Aim menatap Kongpob dengan getir. Air matanya sudah hampir turun, namun dia langsung cepat-cepat pergi dari sana sebelum Kongpob benar-benar melihatnya menangis.
Kongpob masih terdiam di tempatnya. Tidak tau harus berbuat apa. Dia sendiri pun tidak mengerti, apa maksud dari kata-kata Aim padanya tadi. Dia menjadi serba salah. Aim adalah sahabat baik kekasihnya, tapi tanpa kekasihnya ketahui, sahabatnya itu punya niat yang tidak baik padanya. Kongpob ingin sekali mengatakan semuanya pada Arthit. Tapi masalahnya adalah... apa Arthit akan percaya? Karena Arthit adalah orang yang selalu mempercayai 100% kesetiakawanan sahabat-sahabatnya. Sangat tidak mungkin Arthit akan mempercayai kata-kata Kongpob tanpa bukti apapun yang menyertainya.
![](https://img.wattpad.com/cover/99276147-288-k790560.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
KETIKA MATAHARI DATANG
Fiksi Penggemar"Arthit?" Arthit menghentikan langkahnya, lalu berbalik badan, "Darimana kau tau namaku?" Tanya Arthit heran. Kongpob berjalan mendekatinya. Arthit yang sedikit risih akan tatapan pria aneh itu padanya, perlahan melangkah beberapa langkah ke belak...