Satu bulan sudah berlalu. Setelah kedua orangtuaku meninggal, aku tinggal bersama kakekku. Rumahnya tidak luas atau pun sempit. Hanya saja di sana terdapat kolam ikan yang cukup besar. Rumah kakek berada di daerah pegunungan yang sangat sejuk. Banyak pepohonan di sekitarnya, tetapi banyak juga penduduknya.
Di sebelah rumah kakek, tinggallah keluarga kecil. Keluarga tersebut terdiri dari Om Lutfi, Tante Widia, dan Rita. Rita adalah anak yang baik dengan senyum yang manis. Entah mengapa setiap melihat matanya aku selalu tersenyum melihatnya. Akan tetapi, melihat kedekatan keluarganya membuatku sedikit cemburu. Orangtuaku telah tiada dan aku masih ingin pelukan dan kecupan manis dari mama dan papa.
Memikirkan itu, aku menangis perlahan. Aku melihat ke luar jendela dekat kasurku dan melihat ke kolam ikan. Aku melihat cahaya bulan yang terang dari kolam. Namun, kemudian aku berpikir, kok bisa ya? Karena aku menangis mataku terasa berat. Aku mengantuk, lalu perlahan aku tidur.
•••••
"Odi, bangun! Hari ini adalah hari pertama kamu sekolah lho," mendengar suara itu, aku lalu terbangun.
"Pagi kek."
"Pagi juga, sekarang kamu mandi, setelah itu sarapan ya."
"Oke."
Aku lalu pergi ke kamar mandi, sambil membawa handuk.
Setelah aku mandi, berpakaian, sarapan, dan juga pamit kepada kakek, aku lalu berangkat ke sekolah bersama Rita. Kita sudah membuat janji kemarin.
"Di, di sekolah nanti kita makan bareng ya. Aku bawa bekal yang enak dan mau bagi bekalnya ke kamu," kata Rita dengan senyum manisnya, lalu aku lantas setuju dengannya.
Sesampainya di sekolah, aku melihat papan nama berukuran besar yang bertuliskan SD Harapan Kasih. Aku melihat keadaan di sekolah, cukup ramai dan banyak anak yang bermain. Di luar gerbang banyak sekali jajanannya, aku jadi ingin membelinya.
KRING!!!
Bel sudah berbunyi dan anak -anak mulai masuk ke kelas. Untung saja aku satu kelas dengan Rita, jadi aku tidak sendirian. Yang lebih beruntungnya lagi aku duduk bersamanya. Kita memilih tempat duduk di baris tengah, karena hanya tempat itu yang kosong.
Kelas lalu dimulai dengan perkenalan. Banyak teman-teman yang memiliki nama yang bagus seperti Kiara Grace, Latupita Clara, Nila Anggraini, dan lain-lain. Aku merasa namaku biasa saja, tidak sebagus seperti nama anak yang lain. Mereka memiliki nama seperti orang luar negeri. Setelah semua anak memperkenalkan diri, tibalah giliran aku dan Rita.
Rita memperkenalkan dirinya.
"Hai teman-teman, namaku Rita Rallen. Salam kenal."
"Wah cantik banget sih dia," kata Rido, teman sekelasku.
"Iya cantik, dan juga manis," jawab Dias, yang duduk disebelah Rido.
Entah mengapa, aku tidak suka banyak anak laki-laki yang melihat Rita. Tak lama kemudian Rita kembali ke tempat duduknya dengan tepuk tangan yang meriah.
Tibalah giliranku, "Hai, namaku Odi Pratama. Salam kenal."
Aku hanya tersenyum canggung sambil menatap sekitar. Lalu aku kembali ke tempat duduk sambil diberi tepuk tangan yang tidak semeriah Rita. Pelajaran lalu dimulai.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lonely Child
General FictionOdi adalah seorang anak kecil yang berumur 5 tahun. Hidupnya yang bahagia tiba-tiba menjadi menyedihkan ketika kedua orangtuanya meninggalkannya. Lalu, Odi hidup berdua bersama Kakeknya. Apakah kisah hidup Odi akan bahagia selanjutnya? Atau bertamba...