Lalu, tiba-tiba pintu terbuka dan ada seseorang yang masuk dan seseorang itu adalah Om Fero dengan baju dokternya.
"Selamat siang pak." salam Om Fero yang berlogat Inggris sambil memasuki kamar disertai dengan senyumnya. "Selamat siang juga, uhuk." jawab kakek dengan sedikit terbatuk. "Bagaimana keadaannya pak? Apakah bapak sudah merasa membaik?" tanya Om Fero lagi. "Sudah baikan, dok. Terimakasih sudah sering menemani Odi dirumah." jawab kakek, memang selama kakek dirumah sakit Om Fero sering menemani aku dirumah, terkadang dia membantuku membereskan rumah dan sering membelikan makanan sehat yang lezat. "Sama-sama pak, saya rasa itu memang sudah kewajiban saya pak untuk mengasuh Odi." ucap Om Fero. Lalu setelah berbincabg cukup lama dan selesai memeriksa keadaan kakek, akhirnya Om Fero meninggalkan kamar kakek.
•••••
Aku pulang ke rumah bersama Om Fero naik mobil sport miliknya yang amat mewah. Aku sudah terbiasa dengan mobil yang tak beratap ini.
Sesampainya di rumah, Om Fero memesan pizza untukku. Kami menunggu pesananya datang sambil menonton televisi.
Selama 35 menit menunggu pizza datang, aku menyadari bahwa Om Fero mirip dengan papaku. Ia sangat suka mengelus rambutku ketika mengobrol bersamaku. Aku sangat bersyukur bisa bertemu dengan orang seperti Om Fero ini, dia sangat baik.
Akhirnya pizza yang kami tunggu tiba. Aku langsung mengambil beberapa piring di dapur, "Odi, gausah... Kita pake tangan biar lebih seru, Bagaimana? Tapi cuci tangan dulu yuk." ucap Om Fero yang menghentikanku mengambil piring di raknya. Saat mencuci tangan, aku kembali teringat dengan masa lalu.
(Flashback)
"Odi....!!" sahut papaku saat memasuki ruang tamu sambil memegang kotak pizza ditangannya. "Wah, papa udah pulang... Ada yang bisa Odi bantu?" tanyaku sembari menghampirinya. "Ini, Odi taruh di meja ruang tamu. Mumpung gaada mama, jadi kita makan pizza ya." kata papa dengan wajah ceria. "Ok, aku ambil piring dulu ya pa." jawabku. "Eh, gausah. Kita pakai tangan aja biar lebih seru." ujar papa saat aku hendak ke dapur. "Yasudah, kalau begitu. Ayo pa aku mau cuci tangan sama papa!" sahutku girang karena untuk pertama kalinya aku memakan pizza.
Sesudah selesai cuci tangan, perutku sudah tidak tahan dengan bau lezat pizza keju yang masuk kedalam hidungku. Aku pun mulai mengambil sepotong pizza keju yang ada di meja. Saat aku memakannya rasanya enak sekali. Aku dan papa memakan pizza sambil menonton tv.
(Flashback end)
Aku lalu memakan pizzanya. Kami memakannya dengan sangat lahap. Saat makan bersama, Om Fero menceritakan tentang anaknya. Katanya Bryan belakangan ini sikapnya berubah, tidak seceria dulu dan mulai melawan orang tua. Mendengarnya dari Om Fero membuatku khawatir dengannya.
Setelah selesai Om Fero pamit pulang ke rumahnya. Aku pun sendiri di rumah. Lalu aku pergi untuk mandi dan juga mengerjakan pr.
•••••
Sekarang hari Sabtu, kebetulan hari ini kakek akan keluar dari rumah sakit. Kata dokter kakek sudah boleh pulang dan akhirnya aku tidak sendirian lagi dirumah.
Hari ini rumah sakit cukup ramai, tidak seperti pertama kali aku datang kemari. Aku sudah banyak mengenal banyak suster, dokter, dan bahkan karyawan. Karena itu, aku menyapa banyak orang saat masuk rumah sakit ini.
"Kakek... ayo sekarang kita pulang, kek!" teriakku membuka pintu yang sebelumnya sudah kuketuk terlebih dahulu. Ternyata di dalam ada mamanya Bryan yang sepertinya sedang berbicara serius dengan kakek. "Eh, tante. Selamat pagi." sapaku sambil bersalaman dengannya. "Hai, Odi. Yasudah kalau begitu pak, saya pergi dulu." ucap tante. "Iya, iya. Hati-hati." balas kakek dengan nada yang ramah.
Lalu mamanya Bryan pun pergi, sesudah itu aku dan kakek bersiap untuk kembali ke rumah. Tidak terlalu banyak barang dari rumah sakit yang akan kami bawa, namun banyak dokter dan juga suster yang memberikan banyak buah-buahan kepada kakek yang membuatku harus membawanya. Jujur saja, tanganku hampir mati rasa.
Perjalanan ke rumah, kami menaiki taksi yang berada di depan rumah sakit. Bagasi taksi pun hampir tidak muat menampung berbagai macam buah dan juga pemberian lainnya dari rumah sakit. Sesudah memasukan barang-barang, kami pun lekas pergi ke rumah.
Sesampainya di rumah, kakek langsung masuk kamar dan beristirahat. Berbeda denganku, aku membereskan barang bawaan yang ada. Selepas itu aku mulai membersihkan rumah.
•••••
4 jam berlalu, dan akhirnya pekerjaan rumah selesai dengan cepat. Karena haus, aku mengambil cangkir lalu mengisinya dengan jus jeruk yang ada di kulkas. Rasanya segar sekali, karena kebetulan cuaca hari ini panas dan sekarang aku berkeringat.
Aku akan menyiapkan makan siang untuk kakek. Aku membuat sop bening resep mamaku. Baunya sangat lezat, dan rasanya enak. Aku pun langsung menyajikannya kedalam mangkuk.
Lalu pintu kamar kakek terbuka, menampakkan kakek yang sedang memakai pakaian rumahnya. Lalu kakek duduk di kursi makan dan kami pun mulai makan siang bersama.
•••••
2 bulan berlalu. Aku sangat stres dan gugup karena besok adalah Ujian. Dulu disebut UN, sekarang aku tidak ingat apa namanya, yang penting aku harus mendapat nilai bagus.
Aku sudah membeli berbagai macam buku paket dan aku sudah membuat ringkasan dari minggu lalu. Karena itu, kamarku agak berantakkan dan buku pelajaran berserakkan dimana-mana. Besok adalah ujian Bahasa Indonesia, terkesan mudah namun jarang ada anak yang mendapatkan nilai sempurna.
Pagi, siang, dan malam, aku terus belajar dari buku dan beberapa dari internet. Aku hampir saja lupa makan, tapi ternyata kakek telah membuatkan makanan untukku. Aku sangat senang, karena sudah lama kakek tidak memasakkan sesuatu untukku.
•••••
Hari ini akhirnya tiba, aku pun akan bergegas ke sekolah. "Odi, kamu harus pelan-pelan membaca soalnya ya. Setelah selesai, periksa lagi jawabannya. Kakek doakan kamu mendapat nilai terbaik." ucap kakek sebelum aku berangkat dengan senyum lebutnya. "Iya, kek terimakasih. Aku berangkat dulu." balasku. "Iya, hati-hati." ucap kakek.
Sesampainya di sekolah, tentunya sekolah hari ini sangatlah sepi karena hanya anak kelas 6 yang ada disekolah. Aku melihat Bryan dari kejauhan, ia menatapku lalu menghampiriku. "Eh, nanti gua mau ngomong sama lu." ucapnya dengan tatapan sinis. Lalu aku hanya mengangguk pelan. Entah ia ingin membicarakan hal apa, tapi tatapannya membuatku merinding.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lonely Child
General FictionOdi adalah seorang anak kecil yang berumur 5 tahun. Hidupnya yang bahagia tiba-tiba menjadi menyedihkan ketika kedua orangtuanya meninggalkannya. Lalu, Odi hidup berdua bersama Kakeknya. Apakah kisah hidup Odi akan bahagia selanjutnya? Atau bertamba...