JATUH

91 8 0
                                    

Tiba-tiba, aku merasa didorong oleh seseorang, lalu aku berguling ketanah dan terjatuh, lalu kepalaku merasa pusing dan aku pingsan.

•••••

Aku terbangun dari pingsan, dengan posisi telentang dengan kepala yang menatap ke dedaunan pohon di malam hari. Aku mencoba untuk duduk, namun kakiku tersangkut akar pohon yang melilit kaki kiriku. Aku mencoba melepaskan kakiku dari akar pohon itu, namun kepalaku pusing dan itu membuatku susah melepaskan kakiku. Namun, jerih payahku membuat aku berhasil melepaskan kakiku. Aku berdiri dengan seragamku yang sobek dan lusuh. Aku mendapatkan kertas dan pensilku yang terletak di tanah.

Sekarang sudah malam? Apa yang harus aku lakukan? Aku dimana? Hal ini mengingatku saat tersesat saat itu.

Aku mulai melangkah untuk mencari jalan untuk pulang. Langkah demi langkah aku jalani, dengan diselimuti rasa takut di dalam hatiku. Rasa lapar membuatku ingin makan masakan mamaku, yaitu sup brokoli.

Tiba-tiba ada seekor rubah, itu sangan menakutkan. Rubah itu mendekat, lalu aku mencari-cari ranting pohon di sekitar, lalu aku melemparkannya ke rubah itu. Lalu rubah itu berlari cepat seperti orang ketakutan

Aku masih mencari jalan keluar, aku merasa takut akan hantu dan aku sering melirik ke belakang, aku takut bila-bila setan akan muncul. Tiba-tiba ada suara ranting pohon jatuh. "AAAAA.....!!!" aku berteriak bagaikan raja singa yang baruu bangun. Saking takutnya, aku lari sampai jauh sekali entah kemana dan aku hampir kepeleset.

•••••

Setelah aku mencari-cari jalan pulang, aku menemukan sekolah. Sekolah nampaknya sudah sepi sekali, tapi aku melihat beberapa orang di depan sekolah. "Nah, itu Odi! Astaga nak, kamu kemana saja?" tanya Pak Pardi dengan wajah khawatir. Aku berjalan ke arah Pak Pardi dan juga ada kakek sambil memegang pensil dan juga kertasku yang tadi sempat terbang saat aku lari. "Saya tadi merasa didorong oleh seseorang pak, lalu saya terguling dan terjatuh, lalu saya rasa saya pingsan." kataku sambil memegang kepalaku. "Odi... kakek sangat mengkhawatirkan kamu nak..." kata kakek lalu memelukku lalu mengendongku. "Maaf kakek..." kataku sambil memegang kakek dengan erat.

Lalu setelah kakek dan Pak Pardi dan juga beberapa orang berbincang-bincang, aku dan kakek kembali ke rumah. Ternyata aku dilaporkan polisi saat aku hilang, tapi karena belum 24 jam, polisi belum membantu mencari. Untung aku bisa menemukan sekolah, walaupun karena kabur takut ada hantu.

Sesampainya di rumah, aku mandi dan ganti pakaian. Lalu aku merenung di kasurku. Siapa yang mendorongku? Apa yang terjadi? Begitu banyak pikiran yang terlintas di kepalaku. Lalu aku mengambil bantalku dan gulingku dan mencoba untuk tidur.

Sebelum tidur, aku berimajinasi, tentang mama dan papaku. Aku sangat ingin bertemu dengan mereka. Aku membayangkan kita naik kuda poni bersama, terbang bersama, dan menari bersama. Begitu banyak imajinasi yang keluar dalam pikiranku dan aku pun tertidur.

•••••

Pagi harinya, aku pergi ke sekolah bersama Nila saja. Aku beruntubg kali hari ini tidak ada pr karena kemarin aku langsung tidur. "Odi, astaga kemarin kamu bikin keributan rau di sekolah, semua guru khawatir..." katanya dengan heboh. "Ya.. maaf. Aku kemarin jatuh, sepertinya didorong orang, lalu aku pingsan dan terbangun di malem hari." jelasku. "Ohh, yasudah yang terpenting kamu selamat." katanya. "Iya." jawabku.

Lalu kami sampai di sekolah, lalu kami masuk di kelas. Aku duduk bersama Nila hari ini. Namun, sepertinya Rita kurang suka jika aku duduk bersam Nila. Aku jadi bingung sendiri.

Kring.....

Bel berbunyi, dan hari ini diawali dengan jalan sehat keliling sekitar komplek rumah dekat sekolah. Guru memerintahkan kami agar berjalan berdua-dua. Aku dan Amal berjalan bersama.

Kami melewati komplek yang cukup berliku-liku, dan sedikit terjal. Jalanan menjadi ramai karena anak kelas 1 sampai 6 ada di jalanan. Kelasku berada di sekumpulan barisan yang ke dua, karena aku kelas 1B.

Di perjalanan, aku berbincang dengan Amal.
"Eh, Di?"
"Iya?"
"Aku sedikit penasaran."
"Tentang apa?"
"Kamu suka sama siapa?"

Deg..

Pertanyannya membuat jantungku berdetak lebih cepat. Jika aku menjawab pertanyaannya dengan jujur, aku takut hatinya akan terluka, tapi orangtuaku mengajarkanku untuk tidak berbohong kepada siapa pun.
"Odi, kok kamu melamun?"
"Eh, eh.. enggak cuma..."

Brakk...

Tiba-tiba terdengar dari barisan depan ada seorang anak yang tertabrak mobil. Jangan-jangan Rita atau Nila, karena mereka ada di barisan depan. Semoga mereka baik-baik saja.

Lalu aku dan Amal menghampiri kerumunan orang di lokasi tempat kejadian tertabrak itu. Disaat kami sampai disana, ada bau darah yang cukup menyengat. Lalu kami mulai menerobos kerumunan orang-orang itu. Namun disaat kami mulai ingin menerobos tiba-tiba, guru menyuruh kami agar kembali ke sekolah.

Walaupun guru sudah menyuruh kami kembali tetapi kami tetap penasaran. Lalu kami mulai menerobos para anak-anak dan juga guru, dan ternyata yang tertabrak adalah...

The Lonely ChildTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang