KELAS 6

84 7 0
                                    

Seiring berjalannya waktu, tanpa sadar aku sudah 12 tahun dan aku sudah kelas 6 SD, sekarang sudah semester 2 dan banyak try out atau TO. Anak jaman sekarang sepertinya sudah berubah ada yang suka melanggar peraturan sekolah, suka ngebully, ngomongnya lu gue, dan lain-lain. Sekarang, aku masih bersahabat dengan Nila, Rita, dan Amal. Kami semua beda kelas, Nila kelas 6A, aku kelas 6B, Rita kelas 6C, dan Amal kelas 6D. Bicara soal Bryan, sekarang dia satu kelas denganku yang dari kelas 2 sampai 5 belum sekelas lagi. Sepertinya Bryan sudah berubah menjadi anak yang cukup nakal dan kurang menaati peraturan, entah mengapa dia begitu, dan dengar-dengar dia sudah pacaran dengan Dila yang nakalnya 11:12 dengan Bryan.

Hari ini hari Minggu, aku pergi ke rumah sakit untuk mengantar kakek yang belakangan ini batuk-batuk keras. Aku khawatir dengan kesehatan kakek, aku takut akan terjadi apa-apa dengannya.

Setibanya di Rumah Sakit Harapan Indah, aku mengantar kakekku ke tempat duduk didekat counter untuk mendaftarkan pasien. Rumah sakit ini sangat modern, bahkan disediakan mesin untuk tiket pendaftaran. Aku menekan tombol tiket dan memilih jalur pendaftaran, lalu keluarlah tiketnya.

Saat itu juga, nomor dari tiket yang kudapatkan dipanggil, mungkin karena rumah sakit ini sedang sepi. Karena mesinnya dekat dengan counter, aku langsung menghampiri counter nomor 3. "Selamat pagi dek." salam seorang wanita yang sedang duduk itu. "Pagi juga, mbak saya ingin mendafatarkan pasien atas nama Jaya Winara, ini KTP nya. Kakek saya sering batuk parah belakangan ini" balasku sambil memberikan KTP milik kakek. "Oh, begitu. Tunggu sebentar ya dek." kata wanita itu sambil mengambil folmulir yang akan diisi, lalu mengambil KTP nya. "Iya, mbak." balasku.

Setelah menunggu sekitar 2 menit, wanita itu memberikanku formulir yang sudah diisi dan mengembalikan KTP milik kakek. "Terimakasih mbak."
"Sama-sama, silahkan langsung ke ruangan 13, atas nama Dokter Riduan Girman."
"Ok, mbak."

Setelah itu, aku menghampiri kakek yang tengah tertidur dengan tangannya yang dilipat di kursi. "Kek, bangun. Aku sudah daftarin kakek nih." bisikku ke kakek pelan sambik duduk di sebelahnya. Lalu kakek membuka matanya dan melihat ke arahku, lalu terbatuk.

Aku melihat mata kakek dengan iba. Selama ini kakek menjagaku dengan baik, sekarang aku harus membalaskan kebaikkannya itu dengan membuat kakek sembuh.

"Ayo, kek." ajakku sambil memegang erat tangannya, lalu berdiri bersama-sama. Kami menuju ruangan dokter yang sudah dikatakan tadi.

Sesampainya di depan pintu, kulihat tidak ada pasien di sekitar ruangan, lalu aku mengetuk pintu tersebut.

Tok tok tok...

"Permisi.." salamku sambil membuka pintu, dan ternyata Dokternya sudah di dalam. "Silahkan masuk." kata dokter itu. Lalu aku mengajak kakek yang dari tadi batuk terus ke tempat duduk yang berada berhadapan dengan meja dokter. "Selamat pagi, Ada keluhan apa?" tanya dokter itu dengan ramah. "Begini dok, kakek saya sudah lama batuk keras dan sudaj mencoba berbagai obat dari apotek, namun bekum senbuh juga." jelasku. "Baik, kalau begitu, mari pak silahkan tiduran dulu, saya akan memeriksa keadaan bapak." Lalu kakek menjawabnya dengan menganggukkan kepala dan mengikuti dokter ke ranjang pasien.

Setelah diperiksa dan kakek duduk kembali, dokter menyatakan bila kakek terkena radang paru-paru ringan tapi bisa menjadi parah jika dibiarkan. Aku pun terkejut dengan hal tersebut.aku sangat khawatir dengan kakekku ini.

Setelah dari tempat dokter, aku pergi ke apotek yang berada di Rumah Sakit untuk menukarkan resep dokter dan kakek duduk di kursi yang ada disekitar sana. Aku mendapat banyak obat dari resep itu dan harga semua obatnya adalah Rp 900.000. Aku sangat terkejut dengan harganya, lalu aku membayarnya dengan kartu debit milik kakek, untung saja kakek membawanya.

•••••

Keesokan harinya aku berangkat bersama Rizky ke sekolah, dia temanku sejak sekelas di 6B. Rizky orangnya ramah dan banyak senyum, namun dia kurang lihai dalam pelajaran. Tapi Rizky sangat lihai dalam olahraga, aku saja hampir kalah.

Sesampainya di sekolah, aku malas sekali karena, kami harus naik sampai ke lantai 4.

Hosh hosh...

"Gila ya woy, walaupun kita udah semester 2, tapi masih ngerasa capet banget." kata Rizky setelah menginjak anak tangga terakhir. "Iya, ya." jawabku. Lalu kami menuju ke kelas.

Di kelas, tempat duduknya diatur oleh guru. Jadi, aku duduk bersama Dila, pacarnya Bryan. Setiap hari aku harus mendengar curhatannya Dila tentang Bryan, sampai-sampai mungkin ceritanya dia bisa dibikin skripsi anak kuliahan. Mereka sekelas, jadi yang pasti mereka pacaran tiap hari, dan itu membuatku jenuh.

"Selamat pagi, anak-anak." salam Bu Dwi sambil memasuki kelas yang sedang ramai sekali. "Pagi Buuuu..." balas anak-anak. "Ibu ada kabar baik.." kata Bu Dwi dengan semangat. "Apa itu bu?" tanya beberapa anak cowok.

The Lonely ChildTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang